Aspek Gejala Klinis HIVAIDS dan ODHA 1. Pengertian HIV dan AIDS

memakai telepon umum, nonton bioskop, tempat bekerja, saekolah, ataupun tinggal serumah dengan penderita AIDS Djoerban, 2000.

2.3.5. Aspek Gejala Klinis

Dalam tubuh penderita AIDS, partikel virus bergabung dengan DNA sel penderita, sehingga satu kali seseorang terifeksi HIV, seumur hidup ia akan tetap terinfeksi. Untuk diketahui sel manusia yang terutama diserang oleh HIV adalah limfosit subjenis T helper atau disebut juga sebagai limfosit CD4. Fungsi limfosit CD4 dala system kekebalan tubuh amat penting, ia mengatur dan bekerjasama dengan komponen system kekebalan yang lain. Bila jumlah limfosit CD4 berkurang, maka system kekebalan tubuh orang yang bersangkutan akan rusak, sehingga mudah dimasuki dan diserang oleh berbagai kuman penyakit. Global Programme on AIDS dari badan Kesehatan Dunia WHO membagi tingkat klinik infeksi HIV sebagai berikut: Tingkat klinik 1 Asimptomatik: 1. Tanpa gejala sama sekali 2. Limfadenopati Generalisata Persisten LGP yakni pembesaran kelenjar getah bening di beberapa tempat yang menetap. Pada tingkatan ini pasien belum mempunyai keluhan dan dapat melakukan aktivitasnya secara normal. Universitas Sumatera Utara Tingkat klinik 2 Dini: 1. Penurunan berat badan kurang dari 10 2. Kelainan mulut dan kulit yang ringan, misalnya dermatitis seboroika, prurigo, infeksi jamur pada kuku, ulkus pada mulut berulang dan cheilitis angularis 3. Herpes zoster yang timbul pada 5 tahun terakhir. 4. Infeksi saluran napas bagian ats berulang, misalnya sinusitis. Pada tingkatan ini pasien sudah menunjukkan gejalatetapi aktivitas tetap normal. Tingkat klinik 3 menengah: 1. Penurunan berat badan 10 berat badan. 2. Diare kronik1 bulan, penyebab tidak diketahui. 3. Panas yang tidak diketahui sebabnya selama lebih dari 1 bulan, hilang timbul maupun terus menerus. 4. Kandidiasis mulut. 5. Bercak putih berambut di mulut hairy leukopklakia. 6. Tuberkulosis paru setahun terakhir. 7. Infeksi bakteri yang berat misalnya pneumonia. Pada tingkat klinik ini, penderita biasanyaberbaring di tempat tidur lebih dari 12 jam sehari, selama sebulan terakhir. Tingkat klinik 4 lanjut: Universitas Sumatera Utara 1. Badan menjadi kurus HIV wasting syndrome, yaitu berat badan turun lebih dari 10 dan diare kronik tanpa diketahui sebabnya selama lebih dari satu bulan atau keleamhan kronik dan panas tanpa diketahui sebabnya selama lebih ari satu bulan. 2. Pneumonia Pneumositis Karini 3. Toksoplasmosis otak 4. Kristopridiosis dengan diare. 1 bulan. 5. Kriptokokosis di luar paru. 6. Penyakit virus sitomegalo pada organ tubuh, kecuali di limpa, hati atau kelenjar getah bening 7. Infeksi virus herpes simpleksdi mukokutan lebih dari satu bulan atau di alat dalam visceral lamanya tidak dibatasi. 8. Leukoensefalopati multifocal progresif. 9. Mikosis infeksi jamur apa saja misalnya histoplasmosis, kokkidioidomikosis yang endemic, yang menyerang banyak organ tubuh disseminata. 10. Kandidiasis esofagus, trakea, bronkus, atau paru. 11. Mikobakteriosis atipik mirip bakteri TBC, disseminate. 12. Septicemia salmonella non tifoid. 13. Tuberculosis di luar paru. 14. Limfoma 15. Sarkoma Kaposi 16. Ensefalopati HIV , sesuai criteria CDC yaitu: gangguan kognitif atau disfungsi motorik yang menggannggu aktivitas sehari-hari, progresif sesudah beberapa Universitas Sumatera Utara minggu atau beberapa bulan, tanpa dapat ditemukan penyebabnya selain HIV Djoerban, 2000 Walaupun AIDS yang sudah parah itu seringkali dapat didiagnosis secara klinis, namun perlu dianjurkan menjalani tes serologik Cock, 1996.

2.3.6. Pencegahan HIV AIDS