Analisis deskriptif variabel tahapan daur hidup perusahaan
67 dividen atau ditahan dalam bentuk laba ditahan retained earnings
guna pembiayaan investasi di masa dating. Menurut Murhadi 2008 pengukuran kebijakan dividen dapat berupa dividend yield. Dividend
Yield DY diperoleh dengan membandingkan antara dividend per share
dan share price Coyle, 2002: 17. Nilai DY perusahaan manufaktur per tahun bersumber dari laporan
keuangan perusahaan yang dipublikasikan dalam situs www.idx.co.id. Selama tahun penelitian 2005-2009 diperoleh nilai rata-rata DY
tertinggi sebesar 5.92 2008 dan terendah sebesar 3.45 2006. DY dalam 5 tahun penelitian ini terlihat fluktuatif berubah-ubah atau naik-
turun, hal ini dapat dilihat dari data yang diperoleh dimana DY pada tahun 2005 adalah 4.44, 2006 turun menjadi 3.45, pada tahun 2007
naik menjadi 3.62, dan pada tahun tahun 2008 naik menjadi 5.92 namun mengalami penurunan pada tahun 2009 menjadi 4.41.
Pergerakan DY yang naik-turun ini akan berdampak pada fluktuasi harga saham. Menurut Black 1976, saat pembayaran dividen oleh
perusahaan meningkat
maka pemegang
saham akan
menginterpretasikan peningkatan ini sebagai signal bahwa pihak manajemen memiliki prediksi arus kas yang tinggi, sebaliknya
penurunan pembayaran dividen diinterpretasikan sebagai antisipasi manajer terhadap terbatasnya arus kas di masa yang akan datang.
Sehingga, penurunan ataupun peningkatan pembayaran dividen oleh perusahaan akan memberikan signal positif ataupun negatif bagi
68 pemegang saham. Namun keadaan ini bisa berbalik, dalam atian bahwa
dividen memiliki pengaruh negatif terhadap perubahan harga saham seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Litzenberger dan
Ramaswamy 1979, hal ini disebabkan karena pajak atas dividen lebih tinggi dari pada pajak yang dikenakan atas capital gain. Murhadi,
2008 Agar lebih mudah dipahami dan komunikatif, berikut ini adalah
grafik nilai rata-rata Dividen Yield DY 20 perusahaan manufaktur untuk periode 2005-2009.
2005 2006
2007 2008
2009 DY
4.44 3.45
3.62 5.92
4.41 0.00
1.00 2.00
3.00 4.00
5.00 6.00
7.00
Sumber: Data diolah, 2010.
Gambar 4.5 Rata-rata
Dividend Yield DY Perusahaan dalam satuan kali f.
Analisis deskriptif variabel harga saham
Harga saham masing-masing perusahaan manufaktur yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga penutupan saham per tahun
atau closing price CP untuk periode tahun 2005-2009 yang diperoleh
69 dari data perdagangan saham. Berikut ini adalah nilai rata-rata CP 20
perusahaan manufaktur untuk periode 2005-2009.
2005 2006
2007 2008
2009 CP
11088.00 13832.50
14953.90 11858.45
27623.30 11088.00
13832.50 14953.90
11858.45 27623.30
5000 10000
15000 20000
25000 30000
Sumber: Data diolah, 2010.
Gambar 4.6 Rata-rata Harga Saham CP Perusahaan dalam rupiah penuh
Pada grafik di atas, nilai rata-rata CP tertinggi sebesar Rp 27623.30 2009 dan terendah sebesar Rp 11088.00 2005.
Sepanjang tahun 2005-2007, nilai rata-rata CP perusahaan manufaktur mengalami peningkatan yaitu Rp 11088.00 di tahun 2005,
naik menjadi Rp 13832.50 di tahun 2006, dan naik kembali di tahun 2007 menjadi Rp 14953.90. Hal ini menunjukkan bahwa permintaan
atas saham perusahaan manufaktur selalu mengalami peningkatan yang direspon dengan harga saham yang selalu meningkat tiap tahunnya, dan
kondisi ini juga akan memberikan sinyal atau tanda positif bagi para investor perihal prospek berinvestasi pada saham tersebut.
Kenaikan ini berlangsung selama 3 tahun penelitian, dan pada tahun ke-4 2008 mengalami penurunan menjadi Rp 11858.45. Hal ini
70 tentunya akan memberikan respon yang buruk kepada investor. Namun
penurunan ini hanya berlaku 1 tahun saja karena di tahun 2009 nilai rata-rata CP mengalami peningkatan hingga pada titik harga Rp
27623.30. Kondisi ini—peningkatan nilai rata-rata CP selama 2005-2007,
penurunan di tahun 2008, dan kenaikan yang signifikan di tahun 2009, secara tidak langsung, ada faktor-faktor yang mendukung perubahan
naik-turun nilai rata-rata CP baik faktor dari dalam perusahaan internal maupun faktor dari luar perusahaan eksternal. Menurut
Mendari 2008: 133 faktor-faktor fundamental dapat dikatakan sebagai faktor internal perusahaan seperti tingkat penjualan dan laba usaha
perusahaan. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi harga saham menurut Husnan 2005 dapat berupa kondisi makro ekonomi,
stabilitas politik, kebijakan pemerintah dalam dunia industri dan usaha atau faktor sejenis yang terjadi pada perusahaan merupakan variabel
yang bisa ikut memicu arah pergerakan kurs saham. Sebagai contoh penurunan nilai rata-rata CP pada tahun 2008 lebih dipicu oleh keadaan
ekonomi tepatnya krisis keuangan global yang dimulai dari Amerika dan meluas ke hampir seluruh belahan dunia termasuk Indonesia.