Kebijakan Pembagian Dividen Kebijakan Dividen

26 dibayarkan digunakan oleh investor sebagai signal tentang prospek perusahaan dimasa yang akan datang. Hal ini disebabkan adanya asymmetric information antara manajer dengan investor, sehingga para investor menggunakan kebijakan dividen sebagai indikator tentang prospek perusahaan.

D. Hubungan Kebijakan Dividen dan Harga Saham

Harga saham menurut Undang-undang No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal adalah penerimaan besarnya pengorbanan yang dilakukan oleh setiap investor untuk penyertaan dalam perusahaan. Pergerakan harga saham dapat ditentukan oleh permintaan dan penawaran oleh para investor. Pada saat kondisi permintaan lebih banyak daripada penawaran maka harga saham cenderung naik, demikian sebaliknya pada saat penawaran lebih besar daripada permintaan maka harga saham cenderung akan turun. Harga saham menurut Brigham dan Houston 2001 dapat dibedakan menjadi dua yaitu harga pasar dan harga teoritis nilai intrinsik. Harga pasar adalah aktual saham di pasar modal, sedangkan nilai instrinsik adalah present value arus kas return yang diharapkan dari sebuah saham pada periode tertentu. Harga pasar suatu saham dibedakan menjadi harga pasar rata-rata selama satu periode, harga pembukaan pada satu periode open price dan harga penutupan pada satu periode closing price. Menurut Sartono 1998: 370, nilai perusahaan ditentukan oleh nilai modal sendiri dan nilai utang. Sementara itu jika diperhatikan model harga 27 saham untuk satu perusahaan yang mengalami pertumbuhan, Po = D 1 Ke-g, menunjukkan bahwa pembayaran dividen yang lebih besar cenderung akan meningkatkan harga saham. Kemudian meningkatnya harga saham berarti meningkatnya nilai perusahaan. Tetapi perlu diingat bahwa pembayaran dividen yang semakin besar akan mengurangi kemampuan perusahaan untuk investasi sehingga menurunkan tingkat pertumbuhan perusahaan dan selanjutnya akan menurunkan harga saham. Sementara itu, MM berkesimpulan bahwa reaksi investor terhadap pembayaran dividen tidak berarti sebagai indikasi bahwa investor lebih menyukai dividen disbanding dengan laba ditahan. Kenyataan bahwa harga saham berubah mengikuti perubahan dividen semata-mata karena adanya information content dalam pengumuman dividen. Sudah banyak penelitian untuk menguji hipotesis ini, namun demikian hingga saat ini masih sulit untuk menentukan apakah perubahan harga saham yang mengikuti perubahan dividen disebabkan karena: 1. Kebijakan dividen dilihat sebagai satu tanda bagi investor disebut juga signaling effect, atau 2. Karena memang investor lebih menyukai dividen daripada capital gain disebut juga dengan preference effect, atau 3. Karena kombinasi keduanya. Menurut Black 1976 dalam Murhadi, 2008: 2 mengatakan bahwa pengumuman dividen oleh suatu perusahaan, merupakan signal bagi pemegang saham. Pada dasarnya antara manajer dengan pemegang saham 28 memiliki informasi yang berbeda, dimana manajer lebih memiliki informasi yang lengkap daripada pemegang saham. Pemegang saham akan menginterpretasikan peningkatan pembayaran dividen oleh perusahaan sebagai signal bahwa pihak manajemen memiliki prediksi arus kas yang tinggi di masa yang akan datang. Sebaliknya, penurunan pembayaran dividen diinterpretasikan sebagai antisipasi manajer terhadap terbatasnya arus kas di masa yang akan datang. Sedangkan menurut Husnan 2005: 307 dalam Faizah 2009 harga saham yang beragam pada umumnya mencerminkan keadaan fundamental perusahaan pada periode tertentu. Namun, adakalanya harga saham lebih dipengaruhi oleh faktor ekstern di luar faktor fundamental, seperti kondisi makro ekonomi, stabilitas politik, kebijakan pemerintah dalam dunia industri dan usaha atau faktor sejenis yang terjadi pada perusahaan merupakan variabel yang bisa ikut memicu arah pergerakan kurs saham. Alli 1993 dalam Prihantoro 2003: 9 membedakan variabel yang mempengaruhi pembayaran dividen, diantaranya adalah: 1. Batasan Legal legal restriction. Peraturan tertentu yang akan membatasi besarnya dividen yang akan dibayarkan. 2. Posisi Likuiditas liquidity position. Keuntungan yang diperoleh dan laba ditahan yang tinggi tidak harus menyebabkan posisi kas yang tinggi juga. Karena ada kemungkinan bahwa keuntungan dan laba ditahan tersebut telah digunakan untuk membayar hutang atau melekat pada aktiva selain kas.