Garis yang terdapat dalam diagram vee menyatakan bahwa setiap elemen dari masing-masing aspek harus diperhatikan dalam proses
penemuan. Jika konsep tidak cukup maka siswa akan mengalami kesulitan dalam penemuan pengetahuan baru dan jika data tidak berdasarkan fakta,
maka jawaban dari pertanyaan fokus tidak terbentuk dengan benar. Bentuk modifikasi diagram vee menurut Afamasaga-
Fuata’i ditunjukkan pada gambar berikut:
Gambar 2.2 Bentuk Diagram
Vee Afamasaga- Fuata’i yang dimodifikasi dari
Novak dan Gowin
19
19
Ozgul Keles and Sibel Ozsoy, op. cit., h. 129
Klaim Pengetahuan :
Menjawab pertanyaan fokus
Catatan :
Informasi yang diberikan
Konsep :
Apa konsep yang utama ?
Teori :
Apa teori yang relevan ?
Pertanyaan Fokus :
Masalah apa yang diminta ?
KejadianObjek :
Pernyataan masalah yang diberikan
Transformasi :
Bagaimana data akan disajikan ?
Prinsip :
Apa prinsip yang relevan untuk menjawab masalah
yang diberikan ? Konseptual Knowing
Metodologi Process
Penerapan strategi heuristik vee yang akan dilakukan dalam penelitian, menggunakan bentuk vee pengembangan dan perpaduan konsep yang
dipaparkan Karoline Afamasaga- Fuata’I. Bentuk heuristik vee yang
digunakan dalam penelitian, sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematika siswa, ditampilkan dalam gambar dibawah
ini:
Gambar 2.3 Bentuk Diagram
Vee Penelitian
Konseptual Knowing Metodologi Process
Konsep-konsep terkait
Konsep KunciUtama Prosedur dan Hasil
Gambar
PetunjukInformasi Pertanyaan
Fokus
KejadianMasalah
d. Tahap-tahap Penerapan Strategi Pembelajaran Heuristik Vee
Lima tahap strategi pembelajaran Heuristik Vee dalam pembelajaran matematika terangkum dalam Tabel 2.1 berikut :
Tabel 2.1 Tahapan Strategi Pembelajaran Heuristik
Vee No.
Tahapan Perilaku
1 Orientasi
Guru memusatkan perhatian peserta didik dengan menyebutkan beberapa kejadian dalam
kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan topik yang akan dipelajari
2 Pengungkapan Gagasan
Peserta didik Siswa melakukan penyelidikan melalui
lembar kerja siswa dan mengungkapkan gagasan konseptual yang dimilkinya dengan melengkapi
aspek knowing 3
Pengungkapan permasalahanpertanyaan
fokus Guru
mengajukan permasalahan
yang berkaitan dengan penyelidikan yang dilakukan
siswa dalam bentuk pertanyaan kunci. 4
Pengkontruksian pengetahuan baru
Untuk mengkonstruksi pengetahuan baru peserta didik diminta melakukan eksperimen.
Guru mengawasi siswa dan memberikan bimbingan seperlunya. Guru meminta peserta
didik untuk memberikan presentasi terhadap hasil pengamatan pada lembar kerja siswa serta
menuangkannya dalam diagram vee. 5
Evaluasi Peserta didik diminta melakukan tanya
jawab diskusi yang dipandu oleh guru untuk mengetahui gagasan mana yang paling benar
pada masalah
yang dipelajari
dan pengkonstruksian pengetahuan yang baru. Guru
mencatat dan mendiskusikan jawaban peserta
didik yang salah. Dengan demikian peserta didik dapat melihat ketidaksesuaian gagasan yang
dimiliki sebelumnya
dan kemudian
mengubahnya memperbaikinya.
Belajar menggunakan strategi pembelajaran Heuristik Vee adalah belajar mengkoneksikan masalah dengan menggunakan ide-ide atau konsep-
konsep yang telah dimiliki oleh peserta didik sebelumnya dengan pengetahuan yang baru kemudian dituangkan dalam diagram vee dan
menggunakan prosedur-prosedur penemuan itu untuk pengungkapan permasalahan.
e. Kelebihan Strategi Pembelajaran Heuristik Vee
Berdasarkan literatur Novak Gowin, 1984; Wandersee, 1990 menjelaskan bahwa terdapat beberapa kelebihan heuristik vee atau diagram
vee, yaitu:
20
1. Konsep dipetakan melalui penyusunan bermakna yang lebih
koheren dan luas 2.
Struktur pengetahuan yang ada menjadi terbuka, kesalahan konsep dapat dihilangkan dan kesenjangan dalam pengetahuan
dapat diselidiki. 3.
Melalui heuristik vee, pembelajar akan lebih percaya diri dalam proses belajar dan akan merasa lebih baik karena apa yang
dilakukan lebih bermakna, para pembelajar akan dapat mengatur apa yang dipikirkan dengan cara yang koheren.
4. Pembelajar akan dapat menggambar heuristik vee dengan
mengatur informasi baru menggunakan apa yang mereka sudah ketahui.
20
Ibid., h. 126
3. Strategi Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional
merupakan suatu
istilah dalam
pembelajaran yang lazim diterapkan dalam pembelajaran sehari-hari. Sistem pembelajaran
konvensional kental
dengan suasana
instruksional. Pembelajaran konvensional yang peneliti maksudkan adalah guru dalam
melakukan pembelajaran di kelas diawali dengan penjelasan materi pembelajaran yakni kompetensi dasar memahami pengertian. Kemudian
memberikan contoh-contoh persoalan yang penyelesaiannya menggunakan teori pengertian. Selanjutnya guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk melakukan tanya jawab berkaitan dengan pokok pembahasan, dan dilanjutkan guru memberikan soal evaluasi.
Beberapa metode yang digunakan dalam pembelajaran konvensional antara lain adalah metode ceramah, metode diskusi, metode tanya jawab,
metode driil atau latihan, metode pemberian tugas, metode demontrasi, metode permainan, dan lain-lain.
Menurut Syaiful Sagala dalam pembelajaran konvensional, perbedaan individu kurang diperhatikan karena
seorang guru hanya mengelola kelas dan mengelola pembelajaran dari depan kelas. Pembelajaran konvensional cenderung menempatkan siswa
dalam posisi pasif. Dalam pembelajarannya siswa dituntut untuk selalu memusatkan perhatiannya pada pelajaran, kelas harus sunyi dan siswa harus
duduk di tempat masing-masing mengikuti uraian guru.
21
Pembelajaran konvensional dilaksanakan berdasarkan kerangka pembelajaran konvensional menurut Sujarwo sebagai berikut :
22
Tahap 1 : Guru memberikan informasi atau mendiskusikan bersama
siswa dari
materi pelajaran
yang disampaikan.
Tahap 2 : Guru memberi latihan soal yang dikerjakan secara
21
Mawardi dan Puspasari Nur, Perbedaan Efektifitas Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dengan Pembelajaran Konvensional pada Mata Pelajaran PKn Kelas IV SD Negeri 1
Badran Kecamatan Kranggan Kabupaten Temanggung, Scholaria Jurnal Ilmu Pendidikan Ke-SD- an : Universitas Kristen Satya Wacana. Vol:1 No: 1 Mei 2011 , h. 216
22
Ibid., h. 219
individu oleh siswa. Tahap 3 : Guru bersama siswa membahas latihan soal dengan
cara beberapa siswa disuruh mengerjakan di papan tulis.
Tahap 4 : Guru memberi tugas kepada siswa sebagai pekerjaan rumah.
Pada pembelajaran konvensional yang ditekankan adalah hasil berupa prestasi bukan proses dan pemahaman siswa selama pembelajaran sehinga
kemampuan berpikir siswa tidak dikembangkan secara optimal. Dalam penelitian ini metode yang digunakan dalam pembelajaran konvensional
yaitu strategi pembelajaran ekspositori. Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara
verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal.
Oleh karena strategi ekspositori lebih menekankan kepada proses bertutur, maka sering juga
dinamakan istilah strategi “chalk and talk”. Terdapat beberapa karakteristik dari strategi ekspositori, yaitu
23
1. Strategi ekspositori dilakukan dengan cara menyampaikan materi
pelajaran secara verbal, artinya bertutur secara lisan merupakan alat utama dalam melakukan strategi ini, oleh karena itu sering orang
mengidentikannya dengan ceramah. 2.
Biasanya materi yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus
dihafal sehingga tidak menuntut siswa untuk berpikir ulang. 3.
Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran itu sendiri. Artinya, setelah proses pembelajaran berakhir siswa
diharapkan dapat memahaminya dengan benar dengan cara dapat mengungkapkan kembali materi yang telah diuraikan.
23
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2011, Cet. VIII, h. 179