Intrinsic Religious Orientation Extrinsic Religious Orientation

X 6 = perceived social support significant others X 7 = intrinsic religious orientation X 8 = extrinsic religious orientation X 9 = pengalaman mengenai kematian X 10 = jenis kelamin e = residu Selanjutnya analisis regresi, dimulai secara simultan, kemudian dari satu per satu IV. Sehingga nilai R 2 yang dihasilkan dapat dilihat secara murni. Fungsi R 2 ini adalah untuk melihat proporsi varians dari komitmen organisasi yang dipengaruhi IV yang ada. Melihat jumlah R 2 x dikalikan 100. Maka dihasilkanlah proporsi varians atau determinant. R 2 sendiri didapatkan dengan rumus : Selanjutnya, untuk membuktikan apakah regresi Y dan X signifikan atau tidak, maka digunakanlah uji F untuk membuktikan hal tersebut menggunakan rumus: Dimana pembilang disini adalah R 2 dengan df nya dilambangkan k, yaitu sejumlah IV yang dianalisis, sedangkan penyebutnya 1 – R 2 dibagi dengan df nya N – k – 1 dimana N adalah jumlah sampel. Dari hasil uji F yang dilakukan nantinya, dapat dilihat apakah IV yang diujikan memiliki pengaruh terhadap DV. Kemudian peneliti melakukan uji T dari tiap-tiap IV yang dianalisis. Maksud uji T adalah melihat apakah signifikan dampak dari tiap IV terhadap DV. Uji T dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Dimana b adalah koefisien regresi dan S b adalah standar error dari b. Hasil uji T ini akan diperoleh dari hasil regresi yang akan dilakukan oleh peneliti nantinya. Adapun seluruh perhitungan penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan software SPSS 17.0 for windows. 81

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA

Dalam bab ini akan dibahas hasil dari penelitian yang telah dilakukan. Pembahasan tersebut mencakup analisis deskriptif, dan pengujian hipotesis penelitian

4.1 Analisis Deskriptif

Subjek dalam penelitian ini adalah 150 orang lansia di RW 09 Kelurahan Kebon Pala, Jakarta Timur. Selanjutnya akan dijelaskan gambaran subjek berdasarkan jenis kelamin, dan pengalaman mengenai kematian. Tabel 4.1 Gambaran Subjek Kategori Frekuensi Persentase Jenis Kelamin Laki-Laki 44 29,3 Perempuan 106 70,7 Pengalaman Mengenai Kematian Tidak bermakna 50 33,3 bermakna 100 66,7 Subjek dalam penelitian ini berasal dari jenis kelamin yang berbeda, laki-laki dan perempuan. Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat sebagian besar lansia yang menjadi responden adalah perempuan. Selanjutnya akan dipaparkan mengenai distribusi sampel penelitian berdasarkan tingkat death anxiety, sebagai berikut: Tabel 4.2 Tabel subjek berdasarkan tingkat death anxiety Kategorisasi Frekuensi Persentase Rendah 64 42,7 Tinggi 86 57.3 Subjek dalam penelitian ini memiliki tingkat death anxiety yang berbeda, berdasarkan hasil skoring jawaban kuesioner yang diterima oleh peneliti. Untuk kategori ini peneliti membagi tingkat death anxiety dalam 2 kategori yaitu tinggi, dan rendah. Kedua kategori tersebut didapatkan berdasarkan nilai skor minimum subjek 20,20 dan nilai maksimum subjek 71,26 M=50,00 ; SD=9,05926. Tingginya tingkat death anxiety artinya individu memiliki tingkat kecemasan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kematian, atau kecemasan yang intens ketika seseorang memikirkan kematian. Sedangkan orang dengan tingkat death anxiety yang rendah tidak menunjukkan kecemasan ketika dihadapkan dengan situasi atau pikiran tetang kematian. Selanjutnya, perbedaan tingkat death anxiety berdasarkan jenis kelamin adalah sebagai berikut: Tabel 4.3 Tabel subjek berdasarkan tingkat death anxiety pada pria dan wanita Kategori Frekuensi Persentase Pria Rendah 26 59,1 Tinggi 18 40,9 Wanita Rendah 38 35,8