tidak lebih intens dari kehilangan pasangan atau orangtua. Kematian saudara merupakan hal yang sering dirasakan oleh lansia, namun juga menyisakan rasa duka
yang mendalam. Kematian orangtua bukan hanya menunjukkan efek jangka panjang ketika terjadi pada masa anak-anak karena perpisahan dengan pengasuhnya, namun
juga pada lansia hal tersebut juga merupakan kehilangan yang besar. Kemudian, kehilangan pasangan hidup merupakan kehilangan yang paling umum dirasakan oleh
lansia dan membuat lansia harus menghadapi rasa duka yang mendalam serta tantangan-tantangan hidup lainnya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengalaman mengenai kematian adalah pengalaman mengenai meninggalnya orang-orang yang ada di sekitar kita, baik
keluarga, teman, maupun orang lain yang menyisakan duka maupun tidak.
2.6.1 Pengukuran Pengalaman mengenai Kematian
Untuk mengukur variabel pengalaman mengenai kematian, peneliti memberikan pertanyaan apakah responden pernah mengalami kehilangan baik keluarga, teman,
maupun orang lain. Kemudian, peneliti membuat skala kebermaknaan kematian tersebut kedalam 2 alternatif pilihan, sangat bermakna dan tidak bermakna.
Responden harus memilih salah satu dari dua alternatif pilihan yang paling menggambarkan kebermaknaan tersebut.
2.7 Kerangka Berpikir
Peningkatan populasi lansia di Indonesia tidak terlepas dari peningkatan harapan hidup. Akan tetapi, sebagaimana manusia yang sedang berada di akhir tahap
perkembangan, lansia mengalami banyak penurunan fungsi yang kompleks, baik fisik, mental, minat, dan finansial. Lansia juga mengalami lebih banyak paparan
terhadap kematian, terlihat dari banyaknya rekan-rekan seusianya serta keluarga yang telah meninggal. Karena hal-hal tersebut, lansia rentan mengalami kecemasan,
terutama kecemasan yang berkaitan dengan kematian. Setiap orang memiliki persepsi yang berbeda terhadap kematian. Persepsi yang positif akan memunculkan
penerimaan terhadap kematian dan persepsi negatif akan memunculkan death anxiety. Death anxiety dapat dirasakan berbeda bagi pria dan wanita. Wanita yang
cenderung rentan pada kecemasan, memandang kematian sebagai suatu hal yang emosional sehingga wanita rentan memiliki death anxiety yang tinggi. Sedangkan
pria lebih memandang kematian dari segi kognitif, oleh karena itu, pria lebih memiliki sikap terhadap kematian yang lebih positif.
Seseorang yang memiliki ketakutan akan kematian tidak terlepas dari pegalamannya mengenai kematian itu sendiri. Individu yang telah mengalami atau
menyaksikan keluarga, kerabat, atau temannya meninggal dapat memiliki death anxiety yang berbeda dengan individu yang mengalami perpisahan dengan orang
yang kurang berarti dalam hidupnya. Orang yang lebih sering terpapar oleh kematian diasumsikan memiliki sikap terhadap kematian yang lebih baik dibandingkan orang