Analisis Deskriptif HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA

SD=8,69313. Tingkat perceived social support friends yang tinggi menandakan bahwa seseorang memiliki perasan bahwa dirinya mendapatkan dukungan berupa kenyamanan, perhatian, atau bantuan yang diperoleh dari teman-teman atau rekan. Sedangkan tingkat perceived social support friends yang rendah memiliki arti bahwa seseorang kurang mendapatkan dukungan tersebut dari teman. Selanjutnya akan dipaparkan mengenai distribusi sampel penelitian berdasarkan tingkat perceived social support significant others sebagai berikut: Tabel 4.8 Tabel subjek berdasarkan tingkat perceived social support significant others Kategorisasi Frekuensi Persentase Rendah 92 61,3 Tinggi 58 38,7 Subjek dalam penelitian ini memiliki tingkat perceived social support significant others yang berbeda, berdasarkan hasil skoring jawaban kuesioner yang diterima oleh peneliti. Untuk kategori ini peneliti membagi tingkat perceived social support significant others dalam 2 kategori yaitu tinggi dan rendah. Kedua kategori tersebut didapatkan berdasarkan nilai skor minimum subjek 22,73 dan nilai maksimum subjek 62,73 M=50,00 ; SD=9,43854. Tingkat perceived social support significant others yang tinggi mengindikasikan bahwa seseorang memiliki perasan bahwa dirinya mendapatkan dukungan berupa kenyamanan, perhatian, atau bantuan yang diperoleh dari orang lain yang turut andil dalam kehidupannya, seperti pelayan masyarakat, dokter, perawat, dan lain-lain. Sedangkan tingkat perceived social support significant others yang rendah memiliki arti bahwa seseorang kurang mendapatkan dukungan tersebut dari orang lain tersebut. Selanjutnya akan dipaparkan mengenai distribusi sampel penelitian berdasarkan tingkat intrinsic religious orientation sebagai berikut: Tabel 4.9 Tabel subjek berdasarkan tingkat intrinsic religious orientation Kategorisasi Frekuensi Persentase Rendah 72 48 Tinggi 78 52 Subjek dalam penelitian ini memiliki tingkat intrinsic religious orientation yang berbeda, berdasarkan hasil skoring jawaban kuesioner yang diterima oleh peneliti. Untuk kategori ini peneliti membagi tingkat intrinsic religious orientation dalam 2 kategori yaitu tinggi dan rendah. Kedua kategori tersebut didapatkan berdasarkan nilai skor minimum subjek 29,73 dan nilai maksimum subjek 62,52 M=50,00 ; SD=9,18124. Tingkat intrinsic religious orientation yang tinggi berarti bahwa individu telah menemukan motivasi dalam beragama, yaitu untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, telah menginternalisasikan keyakinannya dan mengikuti ajaran-ajaran agamanya. Selanjutnya akan dipaparkan mengenai distribusi sampel penelitian berdasarkan tingkat extrinsic religious orientation sebagai berikut: Tabel 4.10 Tabel subjek berdasarkan tingkat extrinsic religious orientation Kategorisasi Frekuensi Persentase Rendah 91 60,7 Tinggi 59 39,3 Subjek dalam penelitian ini memiliki tingkat extrinsic religious orientation yang berbeda, berdasarkan hasil skoring jawaban kuesioner yang diterima oleh peneliti. Untuk kategori ini peneliti membagi tingkat extrinsic religious orientation dalam 2 kategori yaitu tinggi dan rendah. Kedua kategori tersebut didapatkan berdasarkan nilai skor minimum subjek 32,59 dan nilai maksimum subjek 73,33 M=50,00 ; SD=8,37832. Individu dengan extrinsic religious orientation yang tinggi cenderung beribadah demi memperoleh pencapaian manfaat-manfaat sosial dan personal, atau individu yang “menggunakan” agamanya.

4.2 Uji Hipotesis Penelitian

4.2.1 Analisis Regresi Variabel Penelitian

Pada tahapan ini peneliti menguji hipotesis dengan teknik analisis regresi berganda dengan menggunakan software SPSS 17. Seperti yang sudah disebutkan pada bab 3, dalam regresi ada 3 hal yang dilihat, yaitu melihat besaran R square untuk mengetahui berapa persen varians DV yang dijelaskan oleh IV, kedua apakah secara keseluruhan IV berpengaruh secara signifikan dengan DV, kemudian terakhir melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi dari masing masing IV. Langkah pertama peneliti menganalisis dampak dari seluruh variabel independen terhadap death anxiety lansia. Adapun hasil uji F dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut ini. Tabel 4.11 Tabel Anova ANOVA b Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 1828.348 9 203.150 2.735 .006 a Residual 10400.105 140 74.286 Total 12228.454 149 a. Predictors: Constant, gender, roextrinsic, locinternal, lossofloved, pssfriend, rointrinsic, locexternal, psssignificat, pssfamily b. Dependent Variable: deathanxiety Dari tabel Anova, diperoleh nilai F hitung yang didapat adalah sebesar 2,735. Sementara nilai probabilitas hitung atau taraf signifikansi yang didapat adalah 0,006 karena taraf signifikansi 0,05 maka persamaan regresi yang dipergunakan dapat diterapkan dalam analisis data. Hal ini menjadi dasar bagi peneliti untuk menerima hipotes is penelitian yang berbunyi “ada pengaruh yang signifikan dari locus of control, perceived social support, religious orientation, pengalaman kematian, dan jenis kelamin terhadap death anxiety pada lansia. Langkah kedua peneliti melihat besaran Rsquare untuk mengetahui berapa persen varians DV yang dijelaskan oleh IV. Selanjutnya untuk Rsquare dapat dilihat pada tabel 4.12 Tabel 4.12 Tabel Rsquare Model Summary Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .387 a .150 .095 8.61896 a. Predictors: Constant, gender, roexternal, locinternal, lossofloved, pssfriend, rointernal, locexternal, psssignificat, pssfamily Berdasarkan tabel diatas diketahui nilai koefisien determinasi R Square pada penelitian ini adalah sebesar 0,150. Artinya seluruh variabel independen yang diteliti secara simultan menjelaskan 15 proporsi varian death anxiety. Hal ini menunjukkan bahwa 85 dari bervariasinya death anxiety pada lansia dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Langkah ketiga adalah melihat koefisien regresi setiap independen variabel. Jika nilai p 0,05 maka koefisien regresi tersebut signifikan yang berarti bahwa IV tersebut memiliki dampak yang signifikan terhadap death anxiety. Adapun penyajiannya pada tabel 4.13 berikut: Tabel 4.13 Koefisien Regresi Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant 51.256 8.858 5.786 .000 locinternal -.110 .095 -.103 -1.152 .251 locexternal -.061 .101 -.056 -.609 .544 pssfamily .075 .114 .074 .665 .507 pssfriend -.018 .110 -.017 -.165 .870 psssignificat .017 .105 .018 .161 .872 rointrinsic -.128 .095 -.130 -1.352 .178 roextrinsic .027 .088 .025 .311 .756 lossofloved -2.066 1.530 -.108 -1.350 .179 gender 7.058 1.673 .356 4.220 .000 a. a. Dependent Variable: deathanxiety keterangan: signifikan Berdasarkan tabel diatas, dapat dijelaskan persamaan regresi sebagai berikut: death anxiety: 51.256 - .110 internal locus of control - .061 external locus of control + 0,075 perceived social support family - 0,018 perceived social support friend + 0,017 perceived social support significant others - 0,128 intrinsic religious orientation + 0,027 extrinsic religious orientation - 2.066 pengalaman kematian + 7,058 jenis kelamin Dari tabel 4.12 , diketahui bahwa hanya ada satu variabel independen yang signifikan, yaitu variabel jenis kelamin dengan nilai beta 3,56 dan nilai signifikansinya sebesar 0,000 p 0,05, sedangkan sisanya delapan variabel tidak signifikan. Adapun penjelasan dari nilai koefisien regresi yang diperoleh pada masing-masing variabel independen adalah sebagai berikut: 1. Nilai koefisien regresi internal locus of control sebesar -0,110 dan nilai signifikansinya sebesar 0,251 p 0,05. Hal ini berarti variabel internal locus of control secara negatif berpengaruh terhadap death anxiety tetapi tidak signifikan berdasarkan analisis statistik. Jadi semakin tinggi skor internal locus of control maka semakin rendah death anxiety pada lansia. 2. Nilai koefisien regresi external locus of control sebesar -0,61 dan nilai signifikansinya sebesar 0,544 p 0,05. Hal ini berarti variabel external-chance locus of control secara negatif berpengaruh terhadap death anxiety tetapi tidak signifikan berdasarkan analisis statistik. Jadi semakin tinggi skor external locus of control maka semakin rendah death anxiety pada lansia. 3. Nilai koefisien regresi perceived social support family sebesar +0,075 dan nilai signifikansinya sebesar 0,507 p 0,05. Hal ini berarti variabel perceived social support family secara positif berpengaruh terhadap death anxiety tetapi tidak signifikan berdasarkan analisis statistik. Jadi semakin tinggi skor perceived social support family maka semakin tinggi death anxiety pada lansia. 4. Nilai koefisien regresi perceived social support friend sebesar -0,018 dan nilai signifikansinya sebesar 0,870 p 0,05. Hal ini berarti variabel perceived social support friend secara negatif berpengaruh terhadap death anxiety tetapi tidak signifikan berdasarkan analisis statistik. Jadi semakin tinggi skor perceived social support friend maka semakin rendah death anxiety pada lansia. 5. Nilai koefisien regresi perceived social support significant others sebesar +0,017 dan nilai signifikansinya sebesar 0,872 p 0,05. Hal ini berarti variabel perceived social support significant others secara positif berpengaruh terhadap death anxiety tetapi tidak signifikan berdasarkan analisis statistik. Jadi semakin tinggi skor perceived social support significant others maka semakin tinggi death anxiety pada lansia. 6. Nilai koefisien regresi intrinsic religious orientation sebesar -0,128 dan nilai signifikansinya sebesar 0,178 p 0,05. Hal ini berarti variabel intrinsic religious orientation secara negatif berpengaruh terhadap death anxiety tetapi tidak signifikan berdasarkan analisis statistik. Jadi semakin tinggi skor intrinsic religious orientation maka semakin rendah death anxiety pada lansia. 7. Nilai koefisien regresi extrinsic religious orientation sebesar +0,027 dan nilai signifikansinya sebesar 0,756 p 0,05. Hal ini berarti variabel extrinsic religious orientation secara positif berpengaruh terhadap death anxiety tetapi tidak signifikan berdasarkan analisis statistik. Jadi semakin tinggi skor extrinsic religious orientation maka semakin tinggi death anxiety pada lansia. 8. Nilai koefisien pengalaman mengenai kematian sebesar -2,066, dan nilai signifikansinya sebesar 0,179 p 0.05. Hal ini berarti tidak ada perbedaan yang signifikan dari pengalaman mengenai kematian dengan death anxiety pada lansia. 9. Nilai koefisien regresi jenis kelamin sebesar 7,058 dan nilai signifikansinya sebesar 0,000 p 0.05. Hal ini berarti ada perbedaan yang signifikan dari jenis kelamin dengan death anxiety pada lansia. Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini dari sepuluh hipotesis minor yang ada, hanya satu hipotesis minor yang ditolak, yaitu: