Penolakan terhadap Death Anxiety

Perbedaan agama juga membuat persepsi kematian yang berbeda pada masing-masing pengikutnya. Williams 1990 menyatakan bahwa orang yahudi dan Kristen menganggap kematian adalah jalan menuju sebuah keabadian, sedangkan orang Hindu di India mempersepsikan kematian lewat perspektif reinkarnasi. b Locus of Control Bagaimana cara kita memandang apa yang terjadi pada diri kita, apakah cenderung ke faktor luar diri atau dalam diri, juga dapat mempengaruhi tingkat death anxiety. Williams 1990 menyatakan bahwa individu yang memiliki kecenderungan locus of control internal terlihat lebih mampu mengendalikan lingkungan luar dan juga lingkungan afektif dari dalam yang kemudian dapat menghasilkan perilaku kematian yang lebih baik. Vargo dan Black dalam Williams, 1990 melaporkan adanya hubungan antara locus of control eksternal dan death anxiety pada mahasiswa kedokteran. Dan Hickson, Housley, dan Boyle dalam Williams, 1990 melaporkan adanya interaksi yang signifikan antara locus of control dan usia dengan death anxiety. Fry dalam Daaleman dan Dobbs, 2010 juga menyatakan bahwa individu dengan keyakinan yang kuat terhadap dirinya cenderung berpikir untuk mengatur dan memainkan control yang kuat terhadap pikiran-pikiran mereka dan hal itu akan menurunkan tingkat death anxiety. c Kepribadian Tipe kepribadian yang melandasi bagaimana kita berperilaku juga memegang peranan penting terhadap death anxiety dan perilaku seperti apa yang akan ditampilkan. Frazier dan Foss-Goodman dalam Williams, 1990 melaporkan bahwa death anxiety dengan tingkat yang tinggi berkorelasi dengan neurotisisme dan behavioral pattern type A. d Social Support Dukungan sosial juga dibuktikan memiliki pengaruh terhadap death anxiety. Menurut Becker 1973 dalam Daaleman dan Dobbs 2010, Orang tua yang memiliki social support yang kuat cenderung memiliki ketakutan yang lebih rendah karena adanya perasaan aman dari ikatan dirinya dengan orang lain. Khawar, Aslam, Aamir 2013 juga menunjukkan hasil penelitian dimana terdapat hubungan yang negatif antara perceived social support dengan death anxiety. e Usia Death anxiety diketahui memiliki hubungan dengan usia. Russac et. al. 2007 dalam penelitiannya membuktikan bahwa wanita menunjukkan tingkat death anxiety yang tidak terduga selama awal usia 50 tahun. Setelah berusia 60 tahun, kecenderungannya menurun dan menjadi stabil. Namun, Chuin Choo 2009 membuktikan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara death anxiety dengan faktor usia. f Jenis Kelamin Antara pria dan wanita diketahui memiliki pola pikir yang berbeda satu sama lain, perbedaan pola pikir tersebut juga mempengaruhi death anxiety. Holcomb, Neimeyer, dan Moore 1993, dalam Bath, 2010 membuktikan bahwa wanita cenderung melihat kematian sebagai suatu kepastian dan kehidupan selanjutnya dibanding pria. Namun, studi lainnya membuktikan hal yang tidak sejalan. Neimeyer 1994, dalam Bath, 2010 menemukan bahwa tidak ada perbedaan antara pria dan wanita dalam ketakutan akan kematian. Dari faktor-faktor tersebut, penulis memutuskan bahwa faktor-faktor yang akan peneliti gunakan sebagai variabel bebas adalah Religious Orientation, Locus of Control dan Perceived Social Support.

2.2.4 Pengukuran Death Anxiety

Untuk mengukur variabel death anxiety, peneliti menggunakan alat ukur berdasarkan skala baku Death Anxiety Scale dari Templer 1970. Alat ukur ini akan diadaptasi kedalam bahasa Indonesia dan akan disesuaikan dengan norma yang ada di Indonesia. Alat ukur ini terdiri dari 15 item dan memiliki dua alternatif jawaban, True benar dan False salah. Dalam penelitian ini, peneliti mengganti alternatif pilihan jawaban menjadi 4, yaitu SS sangat setuju, S setuju, TS tidak setuju, dan STS sangat tidak setuju agar dapat dianalisis lebih lanjut. Responden harus memilih salah satu dari empat alternatif jawaban yang paling menggambarkan dirinya.

2.3 Locus of Control

2.3.1 Pengertian Locus of Control