Aspek-Aspek Social Support Religious Orientation

Menerima dukungan atau bantuan dari orang lain terkadang membuat penerima bantuan dianggap tidak mampu mengatasi masalahnya sendiri, yang dapat mengakibatkan self-esteem yang rendah Lepore et al., 2008 dalam Sarafino Smith, 2011. Konsekuensi negatif inilah yang menjadi alasan bahwa manfaat kesehatan yang diterima dari persepsi seseorang bahwa dirinya memiliki dukungan menjadi prediktor yang lebih baik daripada dukungan yang benar-benar diterima Uchino, 2004, dalam Sarafino Smith, 2011. Perceived social support atau perceived support adalah fungsi dukungan yang dipersepsikan selalu tersedia jika dibutuhkan Wills Shinar, 2000. Cobb 1974 dalam Wills Shinar, 2000 menyatakan bahwa fungsi dukungan dapat membantu seseorang mengatasi permasalahan dan perubahan. Selain itu ia juga menyatakan bahwa efek dari dukungan tersebut timbul dari informasi yang membuat seseorang percaya bahwa ia diperhatikan, dicintai, dihargai, dinilai, dan dianggap sebagai bagian dari sebuah jaringan komunikasi. Jenis dukungan seperti ini dianggap mampu membantu seseorang dalam menghadapi stres, dan memungkinkan seseorang untuk menghadapi permasalahan hidup lainnya. Adanya persepsi dukungan ini terbukti memiliki signifikansi yang tinggi dalam kesehatan.

2.5.4 Pengukuran Perceived Social Support

Untuk mengukur variabel perceived social support, peneliti menggunakan alat ukur berdasarkan skala baku MSPSS Multidimensional Scale of Perceived Social Support dari Dahlem, Zimet, Walker 1991. Alat ukur ini akan diadaptasi kedalam bahasa Indonesia dan akan disesuaikan dengan norma yang ada di Indonesia. Alat ukur ini memiliki empat alternatif jawaban, yaitu Sangat Setuju SS, Setuju S, Tidak Setuju TS, dan Sangat Tidak Setuju STS. Responden harus memilih salah satu dari empat alternatif jawaban yang paling menggambarkan dirinya.

2.6 Pengalaman Terhadap Kematian

Hampir semua orang akan mengalami kehilangan orang yang dicintainya selama masa hidupnya. Ketika seseorang menua, coping terhadap rasa duka akibat kehilangan orang yang disayangi akan menjadi hal yang sulit Azaiza et al., 2011. Malkinson Bar-Tur 2005 dalam Azaiza, et al., 2011 menyatakan bahwa orangtua akan mengalami kehilangan yang signifikan: anggota keluarga dan teman yang sakit dan kemudian meninggal, masa pensiun yang dapat mengurangi relasi sosial, berkurangnya aktifitas yang dulu dilakukan ketika bekerja, serta rumah yang terasa sepi. Kemudian, orangtua atau lansia akan merasa cemas mengenai kematian yang akan datang padanya dan mengkhawatirkan keluarga yang akan terbengkalai ketika dirinya meninggal Malkinson Bar-Tur, 1999 dalam Azaiza, 2011. Hoyer Roodin 2003 menyatakan terdapat beberapa kematian yang sulit untuk dilupakan. Yaitu kematian anak yang masih kecil, kematian anak yang telah dewasa, kematian saudara, kematian orangtua, dan kematian pasangan. Kematian anak yang masih kecil menyisakan rasa duka yang sulit dipulihkan, terutama jika penyebab kematian adalah kecelakaan atau penyakit berat. Kematian anak yang sudah dewasa juga dapat menyisakan rasa duka yang mendalam, namun tidak lebih intens dari kehilangan pasangan atau orangtua. Kematian saudara merupakan hal yang sering dirasakan oleh lansia, namun juga menyisakan rasa duka yang mendalam. Kematian orangtua bukan hanya menunjukkan efek jangka panjang ketika terjadi pada masa anak-anak karena perpisahan dengan pengasuhnya, namun juga pada lansia hal tersebut juga merupakan kehilangan yang besar. Kemudian, kehilangan pasangan hidup merupakan kehilangan yang paling umum dirasakan oleh lansia dan membuat lansia harus menghadapi rasa duka yang mendalam serta tantangan-tantangan hidup lainnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengalaman mengenai kematian adalah pengalaman mengenai meninggalnya orang-orang yang ada di sekitar kita, baik keluarga, teman, maupun orang lain yang menyisakan duka maupun tidak.

2.6.1 Pengukuran Pengalaman mengenai Kematian

Untuk mengukur variabel pengalaman mengenai kematian, peneliti memberikan pertanyaan apakah responden pernah mengalami kehilangan baik keluarga, teman, maupun orang lain. Kemudian, peneliti membuat skala kebermaknaan kematian tersebut kedalam 2 alternatif pilihan, sangat bermakna dan tidak bermakna. Responden harus memilih salah satu dari dua alternatif pilihan yang paling menggambarkan kebermaknaan tersebut.

2.7 Kerangka Berpikir