Peran Guru Pendidikan Agama Islam
dewasa yang karena hak dan kewajibannya bertanggung jawab tentang pendidikan dan siterdidik.
11
Berdasarkan uraian-uraian di atas maka disimpulkan, bahwa seorang guru adalah seorang memiliki pekerjaan yang tugas intinya adalah mengajar. Namun
demikian tugasnya bukan hanya pada mengajar saja, karena seorang guru dilibatkan untuk memiliki keahlian khusus, dan tanggung jawab yang besar pada
perkembangan anak didik.Anak dalam perkembangannya menuju kedewasaannya memilki hak untuk dididik, dibina, dibimbing, dan dilatih oleh seorang yang
ikhlas melakukan kewajibannya sebagai guru. Seorang guru harus menyadari dan memahami tugasnya agar mampu melakukan perannya dengan.
Untuk memahami tugas guru dapat dilihat dalam: 1
Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab XI pasal 39 ayat menyebutkan bahwa Pendidik merupakan tenaga
profesional yang bertugas merencakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan
pelatihan.
12
2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 74 tahun 2008 Pasal I ayat
1, menyebutklan bahwa yang dimaksuddengan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidik menengah.
13
Disamping dua hal yang disampaikan di atas, S. Nasution dalam Abuddin Nata mengatakan pula bahwa tugas guru ada 3 bagian, yaitu:
1 Mengkomunikasikan pengetahuan; dalam hal ini guru harus memiliki
pengetahuan yang mendalam tentang bahan yang akan diajarkannya
11
D. Marimba dalam Arifuddin Arif, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kultura, 2008, cet. I, h. 62
12
Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 dalam Abdul Rozak, Fauzan, Ali Nurdin, Kompilasi Undang-undang dan Peraturan Bidang Pendidikan, Jakarta, FITK Press UIN Syarif
Hidayatullah, 2010, cet. I, h. 18
13
Peraturan Pemerintah RI No. 74 tahun 2008 dalam Abdul Rozak, Fauzan, Ali Nurdin, Ibid, h. 224-225
2 Menjadi model dalam bidang studi yang diajarkan; guru tersebut menjadi
model atau contoh nyata dari yang dikehendaki oleh mata pelajaran tersebut 3
Menjadi model sebagai pribadi; guru harus berpikir cermat, berdisiplin, mencintai pelajarannya, atau yang mematikan idealisme dan picik dalam
pandangannya.
14
Dari uraian di atas menjelaskan bahwa seorang guru memang mempunyai profesi yang tidak biasa dibanding profesi lainnya. Tugas guru sangat universal
dan cukup berat. Begitu beratnya tugas guru, sehingga apapun itu bentuknya, tentunya adalah hal yang sangat mulia. Bila seseorang memilih pekerjaan menjadi
guru, berarti dia tidak meletakkan kepentingan dirinya sendiri di atas pekerjaan itu, melainkan karena sudah ada niat yang tertanam dari hati yang ikhlas untuk
mendidik dan membina anak didik. agar mereka mampu menjadi generasi penerus suatu bangsa, agama, bahkan kelangsungan hidup manusia di alam semesta ini.
3. Pengertian Pendidikan
a. Secara bahasa
Pengertian pendidikan secara bahasa adalah sebagai berikut: 1
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dikatakan, bahwa pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seorang atau kelompok orang di
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik.
15
2 Dalam bahasa Inggris ditemukan kata education sebagai terjemahan dari
kata pendidikan.
16
3 Dalam kamus bahasa Arab ditemui kata tarbiyahyang memiliki
maknapendidikan.
17
Dalam kamus lain dikatakan bahwa kata tarbiyah memiliki pengertian yang luas, yaitu pendidikan, pengembangan,
14
S. Nasution dalam Nata, op. Cit., h. 5
15
Departemen Pendidikan Nasional, op.cit., h. 263
16
John M. Echols and Hassan Sadily, op.cit, h. 207
17
Kasir Ibrahim, Kamus Arab Indonesia – Indonesia Arab, Surabaya: Apollo, anggota
IKAPI, h. 57
pengajaran, perintah, pembinaan kepribadian, memberi makan, dan pertumbuhan.
18
b. Secara istilah
Pengertian Pendidikan dalam pandangan para ahli, yaitu antara lain: 1
Hasan Langgulung mengemukakan pendapatnya bahwa, pendidikan adalah suatu proses yang mempunyai tujuan yang biasanya diusahakan untuk
menciptakan pola-pola tingkah laku tertentu pada kanak-kanak atau orang yang sedang dididik.
19
2 D. Marimba dalam Ahmad Tafsir, mengatakan bahwa pendidikan adalah
bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya
kepribadian yang utama.
20
Dari dua pengertian di atas baik secara bahasa maupun istilah penulis menyimpulkan bahwa pendidikan berkaitan dengan proses dan cara. Dalam proses
itu harus ada cara atau langkah-langkah yang tepat untuk mencapai tujuannya.Tujuan dari proses itu seperti yang ada pada Undang-undang RI No. 20
tahun 2003 tentang tujuan pendidikan Nasional, yaitu: “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif,
mandiri, dan menjadi warga yang demokrasi serta bertanggung jawab
.”
21
Dari semua uraian di atas maka disimpulkan bahwa pendidikan adalah, proses perubahan tingkah laku pada anak didik, dalam rangka membangun suatu
pola tingkah laku dengan cara membina, menumbuhkan, serta mengembangkan seluruh potensi peserta didik, agar menjadi manusia yang memiliki kemampuan
18
Wehr, op.cit, h. 324
19
Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan, Jakarta: Radar Jaya Offset, 1989, cet II, h. 32
20
Marimba dalam Ahmad Tafsir, op.cit., h. 24
21
Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 dalam Abd. Rozak, Fauzan, dan Ali Nurdin, op.cit., h. 6
dan kepribadian yang sehat jasmani dan rohaninya, hingga menjadi manusia yang sempurna.
4. Pengertian Agama Islam
a. Secara bahasa
Agama Islam terdiri dari dua kata yaitu Agama dan Islam. Dijelaskan dalam buku dengan judul Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya oleh Harun
Nasution bahwa agama dalam bahasa Arab dikenal dengan kata din yang mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, hutang, balasan dan kebiasaan.
Dijelaskan pula bahwa agama memang membawa peraturan-peraturan yang berupa hukuman, yang harus dipatuhi.
22
Selanjutnya agama memang menguasai diri seseorang untuk tunduk dan patuh kepada Tuhannya dengan menjalankan ajaran agama. Agama juga
membawa kewajiban pada seseorang yang bila tidak dijalankan kewajiban tersebut akan menjadi hutang, dan harus ditunaikan. Bila seseorang sudah terbiasa
dalam keadaan patuh, taat, tunduk, dan rela menjalankan kewajibannya, maka dia akan mendapat balasan yang baik dari Tuhan.
23
Sementara itu Khurshid Ahmad dalam bukunya Islam: Its Meaning and Message mengatakan bahwa kata Islam berasal dari bahasa Arab, yaitu kata
salima yang berarti selamat, sentosa dan damai. Dari asal kata itu dibentuk kata aslama, yuslimu, islaman, yang berarti menyerahkan diri, tunduk, patuh, dan
taat.
24
Dikatakan oleh Maulana Muhammad Ali, bahwa kata salima yang selanjutnya dirubah menjadi bentuk aslama yang berarti berserah diri masuk
dalam kedamaian.
25
Dari uraian di atas, ada persamaan pengertian dari Agama dan Islam yaitu, patuh, tunduk, dan taat. Maka dapat disimpulkan bahwa agama adalah Islam,
Islam adalah agama itu sendiri. Islam adalah cerminan kemurnian dari makna
22
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilik I, Jakarta: UI-Press, 2008, Ed. II, h. 1-2
23
Ibid.
24
Khurshid Ahmad dalam Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006, Cet. I, h. 91.
25
Maulana Muhammad Ali dalam Muhammad Alim, Ibid.
agama yang mewujudkan manusia untuk memiliki kebiasaan dan perilaku baik yang selalu patuh dan taat kepada Allah SWT semata, agar hidupnya selamat
dunia dan akhirat.
b. Secara istilah
Harun Nasution dalam bukunya Islam Ditinjau Dalam Berbagai Aspeknya mengatakan bahwa agama adalah:
1. Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dan kekuatan gaib yang
harus dipatuhi 2.
Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia 3.
Mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan pada suatu sumber yang berada di luar diri manusia dan yang
mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia 4.
Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan cara hidup tertentu
5. Suatu sistem tingkah-laku code of conduct yang berasal dari suatu
kekuatan gaib 6.
Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini bersumber pada suatu kekuatan gaib
7. Pemujaan terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemah dan
perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat dalam alam sekitar manusia.
26
Sementara itu Muhammad Alim dalam bukuknya Pendidikan Agama Islam , mengatakan bahwa Islam adalah agama Allah yang diwahyukan kepada Rasul-
rasulNya untuk diajarkan kepada manusia. Dibawa secara berantai dari satu generasi ke generasi selanjutnya dari satu angkatan ke angkatan berikutnya. Islam
adalah rahmat, hidayah, dan petunjuk bagi manusia dan merupakan manisfestasi dari sifat rahman dan rahim Allah SWT.
27
26
Ibid, h. 2-3
27
Muhammad Alim, Pendididkan Agama Islam, Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 2006, cet. I, h. 93
Dari uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Agama Islam adalah suatu ajaran Allah SWT yang ditaati dan diakui yang memiliki kekuatan untuk
mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia yang sesuai dengan syariat agama Islam.
5. Peran Guru Pendidikan Agama Islam
Makna dari peranan guru dijelaskan oleh Wrightman dalam Moh. Uzer Usman yang mengatakan bahwa,:
“Peranan guru adalah terciptanya serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam suatu situasi tertentu serta berhubungan
dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa yang menjadi tujuannya
.”
28
Peran guru memiliki keragaman yang menuntut keahlian khusus dalam mewujudkan tujuannya untuk mendewasakan anak, guru mempunyai banyak
peran. Untuk mengetahui apa saja peran guru, maka dibawah ini penulis mengutip beberapa pendapat tentang peran guru, yaitu:
a. E Mulyasa mengindentifikasikan sedikitnya ada 19 peran guru yakni, guru
sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pelatih, penasihat, pembaharu innovator, model dan teladan, pribadi, peneliti, pendorong kreativitas,
pembangkit pandangan, pekerja rutin, pemindah kemah, pembawa ceritera, aktor, emansipator, evaluator, pengawet, dan kulminator.
29
b. Adams Decey dalam Usman, mengemukakan antara lain ada 10 peran
guru, yaitu: pengajar, pemipin kelas, pembimbing, pengatur lingkungan, partisipan, ekspeditor, perencana, supervisor, motivator, dan konselor.
30
Dari uraian di atas penulis menyimpulkan betapa universalnya peran yang harus dijalankan oleh seorang guru. Tampak begitu beragam dan kompleksnya,
hal ini tentu membutuhkan keahlian dan harus bisa memetakan kapan peran-peran tersebut dilakukan. Untuk itu penulis sepakat dengan apa yang ditulis oleh Moh.
28
Wrightman dalam Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005, cet. XVII, h. 4
29
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007, cet. V, h. 37
30
Adam and Decey dalam Usman, op. Cit., h. 9
Uzer Usman dalam bukunya „Menjadi Guru Profesional’yang membagi peran
guru menjadi empat bagian peran guru, sehingga guru dengan mudah menempatkan perannya pada tempat yang tepat. Empat bagian peran guru yang
dimaksud adalah sebagai berikut: a.
Peran Guru dalam Proses Belajar-Mengajar : Guru sebagai demonstrator,
pengelola kelas, mediator, fasilitator, dan evaluator. Artinya bahwa seorang guru Pendidikan Agama Islam harus mampu menguasai bahan ajar materi
agar mudah
mendemontsrasikannya dengan
baik, senantiasa
mengembangkan kemampuannya untuk mengelola kelas, menguasai media pendidikan yang merupakan alat komunikasi yang efektif dan efisiensi
dalam proses belajar-mengajar, mengembangkan kemampuan diri untuk berinterasi dan mampu menciptakan komunikasi aktif dengan siswa untuk
memunculkan minat dan kegiatan aktif dari siswa di kelas, terakhir guru harus mampu mengevaluasi pencapaian tujuan apakah perannya dalam
proses belajar mengajar efektif memberikan pengaruh pada hasil belajar siswa.
b. Peran Guru dalam Pengadministrasian
: Guru sebagai pengambilan inisiatif, pengarah, dan penilaian kegiatan-kegiatan pendidikan, sebagai
wakil masyarakat, sebagai orang yang ahli dalam mata pelajaran, sebagai penegak disiplin, sebagai pelaksana administrasi pendidikan, sebagai
pemimpin generasi muda, dan sebagai penerjemah kepada masyarakat. Artinya bahwa seorang guru Pendidikan Agama Islam sebagai pemenuh
harapan masyarakat dan panutan harus memiliki wawasan yang luas untuk turut serta dalam merancang kegiatan pendidikan, bertanggung untuk
mewariskan kebudayaan pada siswa berupa pengetahuan, mampu berdisplin dalam segala hal, disamping merancang kegiatan juga harus mampu
melakukan kegiatan-kegiatan administrasi, mampu menjadi pemimpin dalam membina dan mempersiapkan generasi muda menjadi pribadi yang
dewasa, dan mampu memberikan informasi terutama tentang perkembangan masalah pendidikan yang ada di sekitarnya.
c. Peran Guru Secara Pribadi
: Guru sebagai petugas sosial, pelajar dan ilmuwan, orang tua, pencari teladan, dan pencari keamanan. Artinya bahwa
seorang guru Pendidikan Agama Islam harus mampu memiliki sifat yang dapat dipercaya, pandai dan selalu mengikuti perkembangan, menjadi wakil
orang tua yang baik bagi siswa, menjadi teladan yang berakhlak mulia, dan menjadi tempat berlindung yang nyaman serta selalu memberikan rasa aman
bagi siswa. d.
Peran Guru Secara Psikologis : Guru sebagai ahli psikologi pendidikan,
seniman dalam hubungan antar manusia, pembentuk kelompok, catalytic agent, petugas kesehatan mental.Artinya bahwa seorang guru Pendidikan
Agama Islam harus mampu menguasai ilmu psikologi yang memahami prinsip-prinsip psikologi, menguasai teknik bagaimana membuat hubungan
antar manusia, dan bertanggung pada pembinaan kesehatan mental siswa.
31
Dari uraian tentang peran guru di atas, maka dapat disimpulkan bahwa seorang guru memiliki peran yang sangat kompleks dan butuh keahlian khusus,
karena tugas dan peran guru termasuk guru Pendidikan Agama Islam, sangat tidak mudah untuk dilaksanakan begitu saja. Seorang guru Pendidikan Agama Islam
juga harus memahami tujuan pendidikan yang sedang dilaksanakannya. Al-Abrashyi dalam Hasan Langgulung menyimpulkan lima tujuan umum
bagi pendidikan Islam: a.
Untuk mengadakan pembentukan akhlak yang mulia b.
Persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat c.
Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi manfa’at d.
Menumbuhkan semangat
ilmiah pada
pelajar dan
memuaskan keingintahuan, lalu mengkaji ilmu pengetahuan
e. Menyiapkan pelajar dari segi profesional.
32
Selanjutnya Hasan Langgulung menyimpulan tujuan akhir atau tujuan khusus dari dari pendidikan dalam Islam adalah, membentuk watak manusia
31
Usman, Ibid., h. 9-13
32
Al-Abrashyi dalam Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan, Jakarta: Radar Jaya Offset, 1989, cet. II, h. 60-61
sebagai khalifah di bumi ini, atau dengan kata lain, pembentukan pribadi khalifah pada anak didik yang memiliki fitrah, roh disamping badan, kemauan yang bebas,
dan akal.
33
Dengan demikian peran Guru Pendidikan Agama Islam dapat penulis simpulkan dengan:
“Seperangkat tingkah laku seorang guru Pendidikan Agama Islam yang memiliki kompetensi dan keahlian sesuai bidangnya, utnuk mendidik,
membina, dan mengembangkan potensi siswa, sesuai dengan kaidah-kaidah agama Islam yang berlaku”. Diharapkan guru Pendidikan Agama Islamdalam
melaksanakan perannya hingga memenuhi harapan masyarkat serta memberikan pengaruh positif pada siswa, terutama terhadappembentukan akhlak siswa yang
kelak menjadi khalifah di muka bumi.