Peran Guru Pendidikan Agama Islam

dewasa yang karena hak dan kewajibannya bertanggung jawab tentang pendidikan dan siterdidik. 11 Berdasarkan uraian-uraian di atas maka disimpulkan, bahwa seorang guru adalah seorang memiliki pekerjaan yang tugas intinya adalah mengajar. Namun demikian tugasnya bukan hanya pada mengajar saja, karena seorang guru dilibatkan untuk memiliki keahlian khusus, dan tanggung jawab yang besar pada perkembangan anak didik.Anak dalam perkembangannya menuju kedewasaannya memilki hak untuk dididik, dibina, dibimbing, dan dilatih oleh seorang yang ikhlas melakukan kewajibannya sebagai guru. Seorang guru harus menyadari dan memahami tugasnya agar mampu melakukan perannya dengan. Untuk memahami tugas guru dapat dilihat dalam: 1 Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab XI pasal 39 ayat menyebutkan bahwa Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan. 12 2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 74 tahun 2008 Pasal I ayat 1, menyebutklan bahwa yang dimaksuddengan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidik menengah. 13 Disamping dua hal yang disampaikan di atas, S. Nasution dalam Abuddin Nata mengatakan pula bahwa tugas guru ada 3 bagian, yaitu: 1 Mengkomunikasikan pengetahuan; dalam hal ini guru harus memiliki pengetahuan yang mendalam tentang bahan yang akan diajarkannya 11 D. Marimba dalam Arifuddin Arif, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kultura, 2008, cet. I, h. 62 12 Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 dalam Abdul Rozak, Fauzan, Ali Nurdin, Kompilasi Undang-undang dan Peraturan Bidang Pendidikan, Jakarta, FITK Press UIN Syarif Hidayatullah, 2010, cet. I, h. 18 13 Peraturan Pemerintah RI No. 74 tahun 2008 dalam Abdul Rozak, Fauzan, Ali Nurdin, Ibid, h. 224-225 2 Menjadi model dalam bidang studi yang diajarkan; guru tersebut menjadi model atau contoh nyata dari yang dikehendaki oleh mata pelajaran tersebut 3 Menjadi model sebagai pribadi; guru harus berpikir cermat, berdisiplin, mencintai pelajarannya, atau yang mematikan idealisme dan picik dalam pandangannya. 14 Dari uraian di atas menjelaskan bahwa seorang guru memang mempunyai profesi yang tidak biasa dibanding profesi lainnya. Tugas guru sangat universal dan cukup berat. Begitu beratnya tugas guru, sehingga apapun itu bentuknya, tentunya adalah hal yang sangat mulia. Bila seseorang memilih pekerjaan menjadi guru, berarti dia tidak meletakkan kepentingan dirinya sendiri di atas pekerjaan itu, melainkan karena sudah ada niat yang tertanam dari hati yang ikhlas untuk mendidik dan membina anak didik. agar mereka mampu menjadi generasi penerus suatu bangsa, agama, bahkan kelangsungan hidup manusia di alam semesta ini. 3. Pengertian Pendidikan a. Secara bahasa Pengertian pendidikan secara bahasa adalah sebagai berikut: 1 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dikatakan, bahwa pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seorang atau kelompok orang di usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik. 15 2 Dalam bahasa Inggris ditemukan kata education sebagai terjemahan dari kata pendidikan. 16 3 Dalam kamus bahasa Arab ditemui kata tarbiyahyang memiliki maknapendidikan. 17 Dalam kamus lain dikatakan bahwa kata tarbiyah memiliki pengertian yang luas, yaitu pendidikan, pengembangan, 14 S. Nasution dalam Nata, op. Cit., h. 5 15 Departemen Pendidikan Nasional, op.cit., h. 263 16 John M. Echols and Hassan Sadily, op.cit, h. 207 17 Kasir Ibrahim, Kamus Arab Indonesia – Indonesia Arab, Surabaya: Apollo, anggota IKAPI, h. 57 pengajaran, perintah, pembinaan kepribadian, memberi makan, dan pertumbuhan. 18 b. Secara istilah Pengertian Pendidikan dalam pandangan para ahli, yaitu antara lain: 1 Hasan Langgulung mengemukakan pendapatnya bahwa, pendidikan adalah suatu proses yang mempunyai tujuan yang biasanya diusahakan untuk menciptakan pola-pola tingkah laku tertentu pada kanak-kanak atau orang yang sedang dididik. 19 2 D. Marimba dalam Ahmad Tafsir, mengatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. 20 Dari dua pengertian di atas baik secara bahasa maupun istilah penulis menyimpulkan bahwa pendidikan berkaitan dengan proses dan cara. Dalam proses itu harus ada cara atau langkah-langkah yang tepat untuk mencapai tujuannya.Tujuan dari proses itu seperti yang ada pada Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 tentang tujuan pendidikan Nasional, yaitu: “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri, dan menjadi warga yang demokrasi serta bertanggung jawab .” 21 Dari semua uraian di atas maka disimpulkan bahwa pendidikan adalah, proses perubahan tingkah laku pada anak didik, dalam rangka membangun suatu pola tingkah laku dengan cara membina, menumbuhkan, serta mengembangkan seluruh potensi peserta didik, agar menjadi manusia yang memiliki kemampuan 18 Wehr, op.cit, h. 324 19 Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan, Jakarta: Radar Jaya Offset, 1989, cet II, h. 32 20 Marimba dalam Ahmad Tafsir, op.cit., h. 24 21 Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 dalam Abd. Rozak, Fauzan, dan Ali Nurdin, op.cit., h. 6 dan kepribadian yang sehat jasmani dan rohaninya, hingga menjadi manusia yang sempurna. 4. Pengertian Agama Islam a. Secara bahasa Agama Islam terdiri dari dua kata yaitu Agama dan Islam. Dijelaskan dalam buku dengan judul Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya oleh Harun Nasution bahwa agama dalam bahasa Arab dikenal dengan kata din yang mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, hutang, balasan dan kebiasaan. Dijelaskan pula bahwa agama memang membawa peraturan-peraturan yang berupa hukuman, yang harus dipatuhi. 22 Selanjutnya agama memang menguasai diri seseorang untuk tunduk dan patuh kepada Tuhannya dengan menjalankan ajaran agama. Agama juga membawa kewajiban pada seseorang yang bila tidak dijalankan kewajiban tersebut akan menjadi hutang, dan harus ditunaikan. Bila seseorang sudah terbiasa dalam keadaan patuh, taat, tunduk, dan rela menjalankan kewajibannya, maka dia akan mendapat balasan yang baik dari Tuhan. 23 Sementara itu Khurshid Ahmad dalam bukunya Islam: Its Meaning and Message mengatakan bahwa kata Islam berasal dari bahasa Arab, yaitu kata salima yang berarti selamat, sentosa dan damai. Dari asal kata itu dibentuk kata aslama, yuslimu, islaman, yang berarti menyerahkan diri, tunduk, patuh, dan taat. 24 Dikatakan oleh Maulana Muhammad Ali, bahwa kata salima yang selanjutnya dirubah menjadi bentuk aslama yang berarti berserah diri masuk dalam kedamaian. 25 Dari uraian di atas, ada persamaan pengertian dari Agama dan Islam yaitu, patuh, tunduk, dan taat. Maka dapat disimpulkan bahwa agama adalah Islam, Islam adalah agama itu sendiri. Islam adalah cerminan kemurnian dari makna 22 Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilik I, Jakarta: UI-Press, 2008, Ed. II, h. 1-2 23 Ibid. 24 Khurshid Ahmad dalam Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006, Cet. I, h. 91. 25 Maulana Muhammad Ali dalam Muhammad Alim, Ibid. agama yang mewujudkan manusia untuk memiliki kebiasaan dan perilaku baik yang selalu patuh dan taat kepada Allah SWT semata, agar hidupnya selamat dunia dan akhirat. b. Secara istilah Harun Nasution dalam bukunya Islam Ditinjau Dalam Berbagai Aspeknya mengatakan bahwa agama adalah: 1. Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dan kekuatan gaib yang harus dipatuhi 2. Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia 3. Mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan pada suatu sumber yang berada di luar diri manusia dan yang mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia 4. Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan cara hidup tertentu 5. Suatu sistem tingkah-laku code of conduct yang berasal dari suatu kekuatan gaib 6. Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini bersumber pada suatu kekuatan gaib 7. Pemujaan terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemah dan perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat dalam alam sekitar manusia. 26 Sementara itu Muhammad Alim dalam bukuknya Pendidikan Agama Islam , mengatakan bahwa Islam adalah agama Allah yang diwahyukan kepada Rasul- rasulNya untuk diajarkan kepada manusia. Dibawa secara berantai dari satu generasi ke generasi selanjutnya dari satu angkatan ke angkatan berikutnya. Islam adalah rahmat, hidayah, dan petunjuk bagi manusia dan merupakan manisfestasi dari sifat rahman dan rahim Allah SWT. 27 26 Ibid, h. 2-3 27 Muhammad Alim, Pendididkan Agama Islam, Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 2006, cet. I, h. 93 Dari uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Agama Islam adalah suatu ajaran Allah SWT yang ditaati dan diakui yang memiliki kekuatan untuk mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia yang sesuai dengan syariat agama Islam. 5. Peran Guru Pendidikan Agama Islam Makna dari peranan guru dijelaskan oleh Wrightman dalam Moh. Uzer Usman yang mengatakan bahwa,: “Peranan guru adalah terciptanya serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam suatu situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa yang menjadi tujuannya .” 28 Peran guru memiliki keragaman yang menuntut keahlian khusus dalam mewujudkan tujuannya untuk mendewasakan anak, guru mempunyai banyak peran. Untuk mengetahui apa saja peran guru, maka dibawah ini penulis mengutip beberapa pendapat tentang peran guru, yaitu: a. E Mulyasa mengindentifikasikan sedikitnya ada 19 peran guru yakni, guru sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pelatih, penasihat, pembaharu innovator, model dan teladan, pribadi, peneliti, pendorong kreativitas, pembangkit pandangan, pekerja rutin, pemindah kemah, pembawa ceritera, aktor, emansipator, evaluator, pengawet, dan kulminator. 29 b. Adams Decey dalam Usman, mengemukakan antara lain ada 10 peran guru, yaitu: pengajar, pemipin kelas, pembimbing, pengatur lingkungan, partisipan, ekspeditor, perencana, supervisor, motivator, dan konselor. 30 Dari uraian di atas penulis menyimpulkan betapa universalnya peran yang harus dijalankan oleh seorang guru. Tampak begitu beragam dan kompleksnya, hal ini tentu membutuhkan keahlian dan harus bisa memetakan kapan peran-peran tersebut dilakukan. Untuk itu penulis sepakat dengan apa yang ditulis oleh Moh. 28 Wrightman dalam Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005, cet. XVII, h. 4 29 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007, cet. V, h. 37 30 Adam and Decey dalam Usman, op. Cit., h. 9 Uzer Usman dalam bukunya „Menjadi Guru Profesional’yang membagi peran guru menjadi empat bagian peran guru, sehingga guru dengan mudah menempatkan perannya pada tempat yang tepat. Empat bagian peran guru yang dimaksud adalah sebagai berikut: a. Peran Guru dalam Proses Belajar-Mengajar : Guru sebagai demonstrator, pengelola kelas, mediator, fasilitator, dan evaluator. Artinya bahwa seorang guru Pendidikan Agama Islam harus mampu menguasai bahan ajar materi agar mudah mendemontsrasikannya dengan baik, senantiasa mengembangkan kemampuannya untuk mengelola kelas, menguasai media pendidikan yang merupakan alat komunikasi yang efektif dan efisiensi dalam proses belajar-mengajar, mengembangkan kemampuan diri untuk berinterasi dan mampu menciptakan komunikasi aktif dengan siswa untuk memunculkan minat dan kegiatan aktif dari siswa di kelas, terakhir guru harus mampu mengevaluasi pencapaian tujuan apakah perannya dalam proses belajar mengajar efektif memberikan pengaruh pada hasil belajar siswa. b. Peran Guru dalam Pengadministrasian : Guru sebagai pengambilan inisiatif, pengarah, dan penilaian kegiatan-kegiatan pendidikan, sebagai wakil masyarakat, sebagai orang yang ahli dalam mata pelajaran, sebagai penegak disiplin, sebagai pelaksana administrasi pendidikan, sebagai pemimpin generasi muda, dan sebagai penerjemah kepada masyarakat. Artinya bahwa seorang guru Pendidikan Agama Islam sebagai pemenuh harapan masyarakat dan panutan harus memiliki wawasan yang luas untuk turut serta dalam merancang kegiatan pendidikan, bertanggung untuk mewariskan kebudayaan pada siswa berupa pengetahuan, mampu berdisplin dalam segala hal, disamping merancang kegiatan juga harus mampu melakukan kegiatan-kegiatan administrasi, mampu menjadi pemimpin dalam membina dan mempersiapkan generasi muda menjadi pribadi yang dewasa, dan mampu memberikan informasi terutama tentang perkembangan masalah pendidikan yang ada di sekitarnya. c. Peran Guru Secara Pribadi : Guru sebagai petugas sosial, pelajar dan ilmuwan, orang tua, pencari teladan, dan pencari keamanan. Artinya bahwa seorang guru Pendidikan Agama Islam harus mampu memiliki sifat yang dapat dipercaya, pandai dan selalu mengikuti perkembangan, menjadi wakil orang tua yang baik bagi siswa, menjadi teladan yang berakhlak mulia, dan menjadi tempat berlindung yang nyaman serta selalu memberikan rasa aman bagi siswa. d. Peran Guru Secara Psikologis : Guru sebagai ahli psikologi pendidikan, seniman dalam hubungan antar manusia, pembentuk kelompok, catalytic agent, petugas kesehatan mental.Artinya bahwa seorang guru Pendidikan Agama Islam harus mampu menguasai ilmu psikologi yang memahami prinsip-prinsip psikologi, menguasai teknik bagaimana membuat hubungan antar manusia, dan bertanggung pada pembinaan kesehatan mental siswa. 31 Dari uraian tentang peran guru di atas, maka dapat disimpulkan bahwa seorang guru memiliki peran yang sangat kompleks dan butuh keahlian khusus, karena tugas dan peran guru termasuk guru Pendidikan Agama Islam, sangat tidak mudah untuk dilaksanakan begitu saja. Seorang guru Pendidikan Agama Islam juga harus memahami tujuan pendidikan yang sedang dilaksanakannya. Al-Abrashyi dalam Hasan Langgulung menyimpulkan lima tujuan umum bagi pendidikan Islam: a. Untuk mengadakan pembentukan akhlak yang mulia b. Persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat c. Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi manfa’at d. Menumbuhkan semangat ilmiah pada pelajar dan memuaskan keingintahuan, lalu mengkaji ilmu pengetahuan e. Menyiapkan pelajar dari segi profesional. 32 Selanjutnya Hasan Langgulung menyimpulan tujuan akhir atau tujuan khusus dari dari pendidikan dalam Islam adalah, membentuk watak manusia 31 Usman, Ibid., h. 9-13 32 Al-Abrashyi dalam Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan, Jakarta: Radar Jaya Offset, 1989, cet. II, h. 60-61 sebagai khalifah di bumi ini, atau dengan kata lain, pembentukan pribadi khalifah pada anak didik yang memiliki fitrah, roh disamping badan, kemauan yang bebas, dan akal. 33 Dengan demikian peran Guru Pendidikan Agama Islam dapat penulis simpulkan dengan: “Seperangkat tingkah laku seorang guru Pendidikan Agama Islam yang memiliki kompetensi dan keahlian sesuai bidangnya, utnuk mendidik, membina, dan mengembangkan potensi siswa, sesuai dengan kaidah-kaidah agama Islam yang berlaku”. Diharapkan guru Pendidikan Agama Islamdalam melaksanakan perannya hingga memenuhi harapan masyarkat serta memberikan pengaruh positif pada siswa, terutama terhadappembentukan akhlak siswa yang kelak menjadi khalifah di muka bumi.

B. Pembentukan Akhlak Siswa

1. Pengertian Akhlak

a. Secara bahasa Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia akhlak berarti budi pekerti, kelakuan. 34 Jamil Shaliba dalam bukunya Al- Mu’jam al-Falsafi Juz I dalam Moh Ardani dalam bukunya Akhlak Tasawufmengatakan bahwa pengertian akhlak dari segi bahasa berasal dari bahasa Arab, yang berarti perangai, tabi’at, watak dasar kebiasaan, sopan dan santun agama. 35 selanjutnya Moh. Ardani menyampaikan pendapatnya bahwa akhlak bersumber pada agama. 36 b. Secara istilah Pengertian akhlak secara istilah adalah antara lain: 1 Ibnu Shadaruddin Asy Syarwan, berkata bahwa: “Akhlak adalah ilmu tentang perbuatan-perbuatan mulia serta cara memiliki perbuatan tersebut agar menghias diri, dan ilmu tentang 33 Hasan Langgulung, Ibid., h. 67 34 Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 20 35 Jamil Shaliba dalam Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf; Nilai-nilai AkhlakBudipekerti dalam Ibadat dan Tasawuf, Jakarta: CV. Karya Mulia, anggota IKAPI, 2005, Ed. II, h. 25 36 Moh. Ardani, ibid, 27 perbuatan-perbuatan buruk serta cara menjauhinya agar diri menjadi bersih darinya ” . 37 2 Ibnu Maskawaih dalam kitabnya, Tahdzib Al Akhlaq menyatakan bahwa: “Akhlak adalah suatu keadaan dalam diri yang mengajaknya kepada berbagai tindakan tanpa perlu berpikir dan pertimbangannya .” Keadaan tersebut terbagi dua yaitu, : a yang menjadi tabiat sejak lahir seperti tergerak bangkit karena hal sepele lalu marah, dan b yang diperoleh dari pembiasaan, latihan, pikiran, dan pertimbangan. 38 3 Al Ghazali dalam Al Ihya’Ulum al-Din berkata pula bahwa: “Akhlak adalah kondisi dalam diri yang melahirkan tindakah-tindakan tanpa perlu berpikir dan pertimbangan. Jika keadaan itu melahirkan tindakan-tindakan yang baik menurut akal dan syariah, maka tindakan tersebut disebut akhlak yang baik, dan jika melahirkan tindakan-tindakan yang buruk maka tindakan tersebut disebut akhlak yang buruk .” 39 Al Ghazali juga mencakup empat hal, yaitu : a Kekuatan pengetahuan, b Kekuatan emosi, c Kekuatan keinginan, dan d Kekuatan keadilan. Al Ghazali juga mengatakan bahwa yang membedakan perbuatan baik dan buruk adalah sifat yang melahirkannya. 40 4 Prof. Dr. Ahmad Amin mengatakan bahwa: “Sementara orang mengetahui bahwa yang disebut Akhlak ialah kehendak yang dibiasakan. Artinya kehendak itu bila membiasakan sesuatu, kebiasaan itu dinamakan akhlak .” 41 Berdasarkan pengertian di atas,disimpulkan bahwa akhlak adalah sikap pilihan dari seseorang yang lahir begitu saja dari jiwanya karena adanya motivasi diri yang sangat kuat yang lahir begitu saja dari dalam jiwa tanpa pertimbangan, 37 Ibnu Shadaruddin Asy-Syarwan dalam Iman Abul Mukmin Sa’aduddin, Meneladani Akhlak Nabi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006, cet. I, h. 17 38 Ibnu Maskawaih dalam Iman Abul Mukmin Sa’aduddin, ibid. 39 Al Ghazali dalam Iman Abdul Mukmin Sa’aduddin, ibid, h. 29 40 Al Ghazali dalam Iman Abdul Mukmin Sa’aduddin, ibid, h. 18 41 Ahmad Amin dalam Zahrudin AR, Hasaduddin Sinaga , Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada , cet. I, h. 2 yang artinya dapat Sikap pilihan yang lahir itu adalah pilihan bebasnya yang dirasakan begitu kuat hingga menjadi kehendak, karena kehendak ini selalu muncul hingga menjadi kebiasaan, yang akhirnya munculah akhlak, maka dapat dikatakan akhlak lahir melalui proses pembentukan. Namun demikian tetap harus memperhatikan bahwa akhlak itu itu juga ada yang terbentuk dari sejak lahir yang artinya pembawaan. Bila akhlak yang dibawanya sudah baik, adalah hal yang baik, namun bila sebaliknya maka perlu pembinaan kembali untuk dilatih dan dibiasakan menjadi akhlak yang baik.

2. Macam-macam Akhlak

Setiap manusia memiliki perilaku yang berbeda khasnya masing-masing. Untuk dapat memahami perilaku apa atau akhlak apa yang dimiliki seseorang, maka dibawah ini dijabarkan dalam dua kelompok besar macam-macam akhlak yaitu akhlak terpuji akhlak al-karimah, dan akhlak tercela akhlak al- mazmumah. a. Akhlak Al-Karimah Akhlak al-karimah atau akhlak yang mulia amat banyak jumlahnya, namun dilihat dari segi hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia, dan manusia dengan manusia. Akhlak al-karimah ini dibagi kepada tiga bagian, pertama akhlak mulia kepada Allah, kedua akhlak terhadap diri sendiri, dan ketiga akhlak mulia terhadap sesama manusia. 42 1 Akhlak mulia terhadap Allah Titik tolak akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Dia memiliki sifat-sifat yang terpuji dan demikian Agung sifat itu, jangankan manusia, malaikatpun tidak akan mampu menjangkau hakikatNya. 43 42 Kutipan Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, CV. Karya Mulia, 2005, ed. II, h. 49 43 Ibid. Alasan dari mengapa manusia berakhlak baik kepada Allah. Di antaranya adalah hal-hal sebagai berikut: a Karena Allah telah menciptakan manusia dengan segala keistimewaan dan kesempurnaanya. b Karena Allah telah memberikan perlengkapan pancaindera, hati nurani, dan naluri kepada manusia. c Karena Allah menyediakan berbagai bahan dan sarana kehidupan yuang terdapat di bumi, seperti tumbuhan, air, udara, binatang, dan lain sebagainnya. d Karena Allah telah memuliakan manusia, dengan diberikannya kemampuan uantuk menguasai daratan dan lautan. 44 Banyak cara yang dapat dilakukan dalam berakhlak kepada Allah dengan menanamkan nilai-nilai ketuhanan. Nilai-nilai ketuhanan yang sangat mendasar adalah: a Iman , sikap batin yang penuh kepercayaan kepada Tuhan, b Ihsan,kesadaran yang sedalam-dalamnya bahwa Allah senantiasa hadir atau bersama manusia dimanapun manusia berada, c Takwa , sikap yang sadar penuh bahwa Allah selalu selalu mengawasi manusia, d Ikhlas, sikap murni dalam tingkah laku dan perbuatan, semata-mata memperoleh ridho Allah, e Tawakal , sikap senantiasa bersandar kepada Allah, f Syukur , sikap penuh rasa terima kasih dan pernghargaan atas segala nikmat dari Allah, g Sabar, sikap tabah menghadapi segala kepahitan hidup, besar dan kecil, lahir dan bathin. 45 2 Akhlak mulia terhadap diri sendiri 44 Kutipan Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006, cet. I, h. 152 -153 45 Ibid., h. 153-154