Adalah akhlak tercela yang secara umum sebagai lawan atau kebalikan dari akhlak yang baik tersebut di atas. Berdasarkan petunjuk Islam macam
akhlak tercela, diantaranya: 1
Berbohong, ialah memberikan atau menyampaikan informasi yang tidak
cocok dengan yang sebenarnya. Berdusta ada tiga macam: a berdusta dengan perbuatan, b berdusta dengan lisan, c berdusta dalam hati
2
Sombongtakabur, ialah merasa atau mengaku diri besar, tinggi, mulia,
melebihi orang lain. Pendek kata merasa diri paling hebat. Takabur ada tiga macam: a takabur kepada Tuhan, sikap yang tidak mau pedulikan ajaran-
ajaranNya, b takabur kepada RasulNya, berupa merasa rendah bila mengikuti dan mematuhi Rasul, c takabur kepada manusia, menganggap
dirinya lebih hebat dari orang lain 3
Dengki, ialah rasa atau sikap tidak senang atas kenikmatan yang diperoleh
orang lain, dan berusaha untuk menghilangkannya dari orang itubaik dengan maksud agar pindah ke tangan sendiri atau tidak
4
Kikir bakhil, ialah orang yang sangat demikian hemat dengan apa yang
dimilikinya, bahkan sangat sukar mengurangi sebagian yang milikinya itu untuk diberikan kepada orang lain.
49
Dari penjelasan kedua macam akhlak di atas, penulis menambahkan bahwa, manusia bebas memilih akhlak mana yang akan menjadi cerminan dirinya.
Konsekwensinya hanya bertanggung jawab saja di hadapan Allah atas pilihannya kelak. Masing-masing akhlak mempunyai nilai di sisi Allah. Allah akan
memberikan balasan yang setimpal sesuai perbuatan manusia dengan akhlak pilihannya. Seperti yang tercantum dalam firman Allah SWT, surah Al-
Zalzalah 99 ayat 7 – 8:
“7 Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat balasannya. 8 Dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan
49
Ibid., h. 57-59
sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat balasannya pula. Al-Zalzalah : 7 – 8.
50
3. Faktor Pembentuk Akhlak
Faktor-faktor pembentuk akhlak, adalah sebagai berikut. 1
Adat atau kebiasaan: Akhlak itu dibentuk melalui praktek, kebiasaan, banyak mengulangi perbuatan dan terus menerus pada perbuatan itu.
2 Sifat keturunan: Berpindahnya sifat-sifat orang tua kepada anak cucu. Sifat
keturunan ini bukan yang tampak saja, tetapi juga yang tidak tampak, seperti
kecerdasan, keberanian, kedermawanan, dan lain-lain
3
Lingkungan: Adalah lingkungan masyarakat yang mengitari kehidupan
seseorang dari rumah, lembaga pendidikan, hingga ke tempat pekerjaan.
51
Dari teori faktor pembentukan akhlak di atas, dapat disimpulkan bahwa akhlak itu ada yang terbentuk karena adanya pembiasaanlatihan, dan ada juga
karena sifat bawaan, namun keduanya bisa berkembang dengan adanya pengaruh lingkunga yang ada. Dengan demikian akhlakpun mengalami tahapan atau fase.
Adapun fase terjadinya akhlak dari Imam Abdul Mukmin Sa’adduddin
dalam bukunya Meneladai Akhlak Nabi,adalah sebagai berikut: 1
Ide, yaitu kata hati atas suatu kecendrungan
2 Kecenderungan,yaitu tertuju kepada salah satu ide yang tergambar dalam
hati dan ingin mencapainya. Jika salah satu kecenderungan mengalahkan kecenderungan lainnya, maka disebut harapan
3
Harapan, yaitu menangnya salah satu kecenderungan atas kecenderungan-
kecenderungan lainnya dalam hati seseorang. Jika orang itu memikirkan dan mempertimbangkan harapan ini secara matang, lalu membulatkan tekad
kepadanya, maka harapan ini menjadi suatu keinginan 4
Keinginnan, yaitu sifat diri yang telah membulatkan tekad pada salah satu harapan di atas untuk dapat dibuktikan. Jika keinginan ini terus berulang-
ulang maka jadilah suatu adatkebiasaan
50
Surat Az-Zalzalah 99 : 7-8, Departemen Agama RI, Al- Qur’an dan Terjemahnya,
Semarang: CV. AS- SYIFA’, h. 481
51
Imam Abdul Mukmin Sa’aduddin, Meneladani Akhlak Nabi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006, cet. I, h. 41
5 Adatkebiasaan, yaitu keinginan yang berulang-ulang, dan lahir dari
keadaan bagian dalam. Adat inilah yang akhirnya disebut akhlak.
52
4. Akhlak Siswa
Siswa biasa disebut dengan anak didik. Anak didik memiliki sifat yang unik dan khas, karena mereka memiliki perkembangan dan kebutuhan yang berbeda-
beda. Akhlak siswa dapat ditinjau dari sifat umum anak yang ada pada tahapan perkembangannya. Setiap tahapan memiliki sifat yang berbeda, beda jenjang
pendidikan beda pula sifatnya. Anak sekolah S.C. Utami Munandar dalam bukunya Mengembangkan Bakat dan
Kreativitas Anak Sekolahmengutip pendapat para ahli bahwa siswa Sekolah Dasarmasuk pada masa anak lanjut atau anak masa sekolah, yaitu usia 6-13
tahun. Masa kelas rendah sekolah dasar, sekitar usia 6-9 tahun, dan masa kelas- kelas tinggi sekolah dasar, sekitar usia 10 sampai 12 -13 tahun.
53
Pada usia-usia anak sekolah dasar khususnya kelas tinggi kelas 4, 5, dan 6, akan ditemui sifat seperti antara lain:
a. Memilki minat pada kehidupan praktis kongkret sehari-hari; kecendrungan
membandingkan pekerjaan yang praktis b.
Amat realistis, ingin tahu, ingin belajar c.
Mampu membuat peraturan sendiri dalam bermain d.
Memandang nilai angka rapor sebagai ukuran yang tepat terhadap prestasi sekolah.
54
Havigurst dalam Munandar menjelaskan tentang tugas perkembangan anak yang oleh lingkungan sosial atau masyarakat diharap dapat dilaksanakan oleh
anak, yaitu: a.
Mampu mengembangkan hati nurani dan sistem nilai sebagai pedoman prilaku
b. Belajar menjadi pribadi yang mandiri
52
Ibid., h. 42
53
KutipanS.C. Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, Jakarta: PT. Gramedia, 1999, cet. III, h. 1
54
Ibid., h. 4-5
c. Belajar bergaul dan bekerja sama dengan kelompok sebaya
d. Mampu mengembangkan konsep diri yang sehat.
55
M. Ch. Mu’min, dalam bukunya Mengelola TK Al-Qur’an juga mengutip pendapat para ahli bahwa anak dalam usia 10-12 berada di Periode intelektual,
yaitu pada fase sintesa logis dengan ciri-ciri mulai tumbuh wawasan akal budinya.
56
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa akhlak siswa pada usia anak sekolah, terutama anak sekolah dasar pada kelas tinggi, bisa saja muncul
akhlak yang baik atau akhlak yang buruk. Sifat dan tugas tugas perkembangan tersebut di atas, menunjukkan hal-hal yang positif dan yang negatif. Dapat
dikatakan hal-hal tersebut adalah sifat bawaan, maka baik buruknya akhlak yang akan muncul adalah tergantung pada kekuatan pengaruh dari lingkungan
pendidikan siswa. Chatibul Umam dalam bukunya Aqidah Akhlaq menguraikan beberapa
contoh akhlak baik dan akhlak buruk, seperti berikut ini: antara lain adalah: Contoh akhlak baik:
a. Memiliki rasa cinta, taat,taqwa, tawakal, ridho, dan syukur kepada Allah
b. Ikhlas karena Alah, dan
khusyu’ beribadah c.
Mencintai, patuh, dan taat pada Rasulullah d.
Berbakti kepada orang tua e.
Mampu mengendalikan hawa nafsu f.
Qana’ah, bersikap jujur, dan mempunyai rasa malu g.
Pemurah, menepati
janji, menyambung
silahturami, dan
suka bermusyawarah
h. Saling maaf memaafkan, menghargai, menghormat, dan menutupi aib
sendiri juga aib orang lain i.
Menyantuni orang lemah dan anak yatim
55
Havigurst dalam Munanda, Ibid. h, 7-8
56
Kutipan M. Chairul Mu’min, Petunjuk Praktis Mengelola TK Al-Qur’an, Jakarta: PT.
Fikahati Aneska, 1995, Cet. III, h. 26-27
j. Dan lain-lain.
57
Adapun contoh akhlak buruk, adalah antara lain: a.
Bohong, ingkar janji, fitnah, dan munafik b.
Takabur, riya, dan ujub c.
Iri dengki hasad, putus asa, pengecut, pemalas, fasiq, dan dendam d.
Tamak, rakus, dan kikir e.
Dzalim, suka mengicuh, adu domba, dan memutuskan silahturrahim. f.
Dan lain-lain.
58
5. Pembentukan Akhlak Siswa
Pembentukan adalah sebuah kata benda yang memiliki arti proses, cara, atau perbuatan membentuk.
59
Bika demikian maka dapat disimpulkan bahwa pembentukan membutuh suatu cara, untuk melakukan sesuatu bentukan, dan hal
itu melalui proses. Dapat dibayangkan bahwa pembentukan itu bukan hal yang mudah. Untuk hasil yang baik harus ada keahlian, kesungguhan dan ketulusan,
karena semua itu dapat memberikan pengaruh yang baik pada bentuk yang akan dihasilkan. Hal tesebut di atas juga berlaku pada pembentukan akhlak siswa.
Dr. Iman Abdul Mukmin Sa’aduddin dalam bukunya Meneladani Akhlak Nabi menyampaikan pendapatnya tentang 5 lima cara atau metode dalam
pembinaan akhlak, yaitu: a.
Memberikan pelajaran atau nasihat, menunjukkan yang baik dan maslahat dengan maksud agar menghindari mudarat.
b. Membiasakan akhlak yang baik, mengulangi kegiatan tertentu berkali-kali
agar menjadi bagian hidup, seperti shalat dan shalat c.
Memilih teman yang baik, karena teman itu tak lepas dan saling mempengaruhi, dan temanlah yang menunjukkan tentang orang yang
ditemaninya
57
Chatibul Umam, Aqidah Akhlaq untuk Madrasah Tsanawiyah kelas I, Kudus: Menara Kudus, 1990, h. 175 - 176
58
Ibid., h. 176-177
59
Departemen Pendidikan Nasional, op. Cit., h. 136