Pembentukan Akhlak Siswa Pembentukan Akhlak Siswa

2. Penelitian Aris Winarni mengupas peran guru pada batas peran kepribadiannya yaitu keteladanan, sedangkan penelitian penulis adalah keseluruhan dari peran guru 3. Perumusan penelitian Aris Winarni adalah mencari hubungan positif antara keteladanan guru Pendidikan Agama Islam dengan akhlak siswa, sementara penelitian penulis adalah mencari pengaruh positif antara peran guru Pendidikan Agama Islam pada akhlak siswa 4. Persamaan metodologi penelitian yang dilakukan oleh Aris Winarni dan penulis yaitu, adalah sama-sama menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan teknik statistik memakai rumus Product Moment untuk mencari angka korelasinya. Sedangkan jenisnya termasuk penelitian deskriptif, yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap obyek yang diteliti. Teknik pengumpulan data sama-sama dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara, dan angket.

D. Kerangka Berpikir

Peranan guru Pendidikan Agama Islam , sangat komplek dan membutuhkan keahlian, kecerdasan, dan tanggung jawab yang besar, di mana tugasnya bukan hanya mengajar semata, melainkan mendidik, membina, dan melatih anak didik. Di samping itu guru Pendidikan Agama Islam juga harus menanamkan, membina, dan membentuk kepribadian anak didiknya. Sehingga anak didiknya menjadi anak yang memiliki akhlak yang baik, yaitu akhlak kepada Allah, akhlak kepada diri senidiri, dan akhlak kepada sesama manusia. Tujuan khusus Pendidikan Agama Islam adalah untuk membentuk watak manusia sebagai khalifah di muka bumi ini. Dengan demikian Pendidikan Agama Islam untuk siswa, adalah untuk menempatkan anak didik berada pada fitrahnya sebagai khalifah di muka bumi ini. Usaha yang utama dalam keberhasilan tujuan ini adalah usaha pembentukan akhlak mulia siswa. Usaha pembentukkan akhlak mulia siswa, melibatkan peranan guru Pendidikan Agama Islam secara efektif dan efisien, baik perannya dalam proses belajar mengajar, sampai pada perannya sebagai psikiater untuk anak didik. Semakin maksimal peranan itu dijalankan semakin baik pula hasil yang diharapkan. Guru Pendidikan Agama Islam harus mampu melaksanakan perannya dan memahami betul apa yang harus dilakukannya. Langkah-langkah yang tepat untuk membentuk akhlak siswa melalui peranan guru Pendidikan Agama Islam adalah dengan keteladanan, adat kebiasaan pembiasaan, nasihat, perhatian, dan hukuman. Maka kerangka berpikir dari penelitian ini adalah, bahwa semakin maksimal seorang guru Pendidikan Agama Islam melakukan perannya, maka diduga akan memberikan pengaruh pada pembentukan akhlak siswa.

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian. 62 Hipotesis pada penelitian ini adalah: 1. Ha: Peran guru Pendidikan Agama Islam berpengaruh positif terhadap pembentukan akhlak siswa 2. H : Peran guru Pendidikan Agama Islam tidak berpengaruh terhadap pembentukan akhlak siswa 62 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta CV, 2010, cet IX, h. 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pada Bab sebelum telah dikupas beberapa kajian teori yang terkait dengan penelitian ini, dan pada bab III akan diuraikan hal-hal yang berhubungan dengan metode-metode yang digunakan dalam penelitian ini.

A. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di SDIT As- Sa’adah, yang letaknya di kelurahan Kalisari, Pasar Rebo, Jakarta Timur. Alasan penulis meneliti di SDIT As- Sa’adah ini, karena disamping lokasinya berdekatan dengan tempat tinggal penulis, juga karena ingin mengetahui apakah peran guru Pendidikan Agama Islam di sekolah ini berpengaruh pembentukkan akhlak siswa atau tidak. Adapun pengajuan penelitian dilakukan pada bulan Maret 2012, dan penelittian dilaksanakan pada bulan Mei 2012.

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode deskriptif. Menurut Whitney dalam Moh. Nazir dalam buku Metode Penelitian mengatakan bahwa metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan intpretasi yang tepat. 1 Moh. Nazir juga mengatakan penelitian deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuannya adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antrafenomena yang diselidiki. Dalam mengumpulkan data pada penelitian deskriptif ini menggunakan teknik wawancara, dengan menggunakan 1 Whitney dalam Moh. Nazir, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988, cet. III, h. 63