mencari hal yang aneh-aneh, seperti gambar-gambar yang tidak senonoh, atau video- video aneh yang bersifat “asusila” lainnya yang dapat mempengaruhi jiwa dan
kepribadian dari siswa itu sendiri, sehingga siswa terpengaruh dan mengganggu konsentrasinya terhadap proses pembelajaran di sekolah, namun demikian tidak
semua siswa melakukan hal yang demikian, hanya segelintir mahasiswa yang usil saja yang dapat melakukannya karena kurang memiliki rasa tanggungjawab terhadap
diri pribadi dan sekitarnya Ntha, 2008. Hasil lainnya juga diungkapkan dalam laporan penelitian Evlyn R.H,M
Suza, D.E 2007, tentang hubungan antara persepsi tentang seks dan perilaku seksual remaja di SMA Negeri 3 Medan dijelaskankan bahwa kurangnya informasi tentang
seks membuat remaja berusaha mencari akses dan melakukan eksplorasi sendiri. Informasi yang salah tentang seks dapat mengakibatkan pengetahuan dan persepsi
seseorang mengenai seluk-beluk seks itu sendiri menjadi salah. Hal ini menjadi salah satu indikator meningkatnya perilaku seks bebas di kalangan remaja saat ini.
Pengetahuan yang setengah-setengah justru lebih berbahaya dibandingkan tidak tahu sama sekali, kendati dalam hal ini ketidaktahuan bukan berarti tidak
berbahaya Selamiharja Yudana, 1997. Banyak remaja yang melakukan aktivitas seks tanpa informasi yang akurat tentang kesehatan reproduksi.
b. Pengaruh Sikap Remaja tentang Internet terhadap Perilaku Seksual di
SMA Methodist 4 Medan
Berdasarkan analisis bivariat antara sikap remaja tentang internet terhadap perilaku seksual di SMA Methodist 4 Medan, diperoleh nilai probabilitasnya p=0,040
Universitas Sumatera Utara
p0,05, artinya terdapat hubungan yang bermakna antara sikap tentang internet dengan perilaku seksual remaja di SMA Methodist 4 Medan.
Sikap siswa SMA Methodist 4 Medan tentang internet dikategorikan tidak baik yaitu sebesar 54,5. Kebanyakan dari siswa SMA Methodist 4 Medan tidak
memanfaatkan internet sebagai sarana pembelajaran untuk menunjang proses belajar mereka di Sekolah. Internet umumnya mereka gunakan sebagai sarana bermain-main
game serta untuk mencari informasi yang tidak berkaitan dengan proses belajar mereka, seperti jejaring sosial.
Hal ini didukung juga dari hasil penelitian Nuraliya, dkk 2010, tentang hubungan pengetahuan dan sikap tentang penggunaan internet dengan akses situs
porno pada remaja pengunjung warnet di Kota Makassar tahun 2010 menunjukkan bahwa ada hubungan antara sikap tentang penggunaan internet dengan akses situs
porno pada remaja pengunjung warnet p=0,04. Menurut Haryadi 2004, ada beberapa faktor yang menyebabkan anak-anak
mengakses pornografi melalui internet maupun di rumah sendiri antara lain: 1 Kurangnya pengawasan, pendidikan dan pembinaan dari guruorang tua kepada
siswaanaknya tentang bagaimana penggunaan internet yang sehat, manfaat internet dan dampak negatif serta cara menghindarinya; 2 Sikap ketertutupan dari guruorang
tua kepada siswaanak-anak tentang sex education, akibat rasa penasaran yang begitu besar dicari jawabannya di luar sekolahrumah, seperti warnet; 3 Guruorang tua
yang gagap teknologi gaptek; 4 Kurangnya upaya proteksi oleh guruorang tua yang memiliki internet di sekolah di rumah atau kamar anak-anak; 5 Orientasi
Universitas Sumatera Utara
keuntungan financial para pemilik warnet, sehingga siapa pun bisa menyewa internet termasuk anak-anakremaja; 6 Murahnya biaya untuk dapat mengonsumsi bahkan
memiliki foto-foto atau video porno dengan cara mendownloadnya dari sebuah situs porno dan menyimpannya pada disket, CD, atau flasdisk; 7 Sikap keterbukaan
masyarakat, termasuk orang tua yang sedikit demi sedikit tidak menganggap tabu hal- hal yang bersifat pornografi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan mengungkapkan bahwa meningkatnya minat seksual remaja mendorong bagi remaja itu sendiri untuk selalu berusaha
mencari informasi dalam berbagai bentuk. Sumber informasi itu dapat diperoleh dengan bebas mulai dari teman sebaya, buku-buku, film, video, bahkan dengan
mudah membuka situs-situs lewat internet. Dampak negatif dari media terutama pornografi merupakan hal yang serius untuk ditangani. Untuk itu perlu disarankan
adanya program pendidikan seks di kalangan remaja, perlunya orang tua menciptakan komunikasi yang sehat dengan anak, dan perlunya adanya peraturan ketat dari
pemerintah yang khusus ditujukan kepada warung-warung internet untuk memblokir situs-situs porno yang selama ini dapat diakses dengan mudah oleh remaja, begitu
juga hendaknya di sekolah.
c. Pengaruh Tindakan Remaja tentang Internet terhadap Perilaku Seksual Di