Pengaruh Tindakan Remaja tentang Televisi terhadap Perilaku Seksual Di Pengaruh Umur dan Jenis Kelamin terhadap Perilaku Seksual Siswa SMA

berhubungan dengan tayangan sinetron bertema percintaan di televisi. Setelah menyaksikan adegan sinetron percintaan tersebut, siswa bisa mempraktekkan hal yang sama di kehidupan nyata. Menurut Hamzah 2009, agaknya pemahaman bahwa tayangan televisi sebagai media yang mampu menimbulkan atau mempengaruhi perilaku pemirsanya belum seutuhnya disadari. Berdasarkan kajian psikologi komunikasi tayangan- tayangan televisi menawarkan atau menyajikan pesan-pesan yang akan menstimulus organisme penontonnya. Stimulus pesan-pesan televisi ini sebelum menimbulkan respon akan mengendap di organisme penontonnya setelah melalui tahapan perhatian, pengertian, dan penerimaan. Bagi penonton dewasa tentu efek negatif yang ditimbulkan tidak begitu besar dibandingkan penonton anak-anak atau remaja.

f. Pengaruh Tindakan Remaja tentang Televisi terhadap Perilaku Seksual Di

SMA Methodist 4 Medan Berdasarkan analisis bivariat antara tindakan remaja tentang televisi dengan perilaku seksual di SMA Methodist 4 Medan, diperoleh nilai probabilitasnya p=0,020 p0,05, artinya terdapat hubungan yang bermakna antara tindakan tentang TV dengan perilaku seksual remaja di SMA Methodist 4 Medan. Dari hasil penelitian diketahui bahwa remaja memiliki tindakan yang tidak baik tentang televisi yaitu sebesar 59,1. Menurut Vaughan dan Hogg 2005 berpendapat bahwa media yang paling berpengaruh untuk membentuk sikap adalah televisi. MacKay dan Covell dalam Vaughan Hogg, 2005 menemukan adanya sebuah hubungan antara menonton image-image seksual dari seorang wanita dalam Universitas Sumatera Utara iklan dan sikap permisif terhadap agresi seksual. Selanjutnya, keterpaparan yang sering terhadap program prime-time yang bersifat seksi diasosiasikan dengan dukungan yang lebih kuat untuk seks yang bersifat rekreasi Ward Friedman, 2006. Situs christianpost.com, Anita Chandra, ilmuwan perilaku Rand Corp juga mengungkapkan bahwa hasil riset baru mendapatkan tingkat kehamilan lebih tinggi di antara remaja yang menonton banyak acara TV dengan dialog dan perilaku seksual diantara mereka yang memiliki selera tontonan lebih tidak liar. Studi baru adalah penghubung pertama dengan kebiasaan-kebiasaan yang berhubungan dengan kehamilan remaja. Remaja-remaja yang menonton program-program agak cabul menunjukkan dua kali lebih bisa menjadi hamil selama lebih dari tiga tahun dibandingkan yang sedikit menonton program-program seperti itu. Riset sebelumnya oleh ilmuwan-ilmuwan yang sama menemukan bahwa menonton lebih banyak seks pada TV dapat mempengaruhi remaja-remaja untuk melakukan seks di usia lebih muda.

g. Pengaruh Umur dan Jenis Kelamin terhadap Perilaku Seksual Siswa SMA

Methodist 4 Medan Hasil analisis bivariat antara umur remaja dengan perilaku seksual di SMA Methodist 4 Medan, diperoleh nilai probabilitasnya p=0,697 p0,05, artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara umur siswa dengan perilaku seksual remaja di SMA Methodist 4 Medan. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan umur, persentase siswa SMA Methodist 4 Medan tertinggi pada kelompok umur 17 tahun yaitu sebesar 54,5. Hal ini sangat mungkin terjadi karena kelas yang menjadi populasi penelitian adalah kelas X dan kelas XI. Oleh karena itu, mayoritas umur siswanya berumur 17 tahun. Umumnya masa pubertas terjadi pada kisaran umur 12-16 tahun pada laki-laki dan 11-15 tahun pada perempuan. Namun, tidak serta-merta saat itu juga mereka siap untuk reproduksi. Butuh beberapa tahun lagi agar mereka benar-benar siap melakukan proses reproduksi. Rentang umur seorang remaja adalah dimulai antara pubertas biasanya diambil angka 12 tahun sampai kira-kira umur 21 tahun. Jadi kira-kira anak sekolah SMP sampai mahasiswa awal. Mereka sedang menggebu dalam urusan hasrat seksual karena baru saja beranjak dari kanak-kanak ke kemasakan seksual. Para remaja lazimnya tertarik dengan lawan jenis dan mulai menjalin hubungan serius berupa pacaran. Tidak jarang bahkan ada yang menikah pada umur belasan. Berdasarkan penelitian Soetjiningsih dalam portal UGM bahwa kelompok remaja usia 15-18 tahun banyak melakukan perilaku seksual pranikah. Adapun faktor-faktor yang memengaruhinya antara lain hubungan orangtua-remaja, self esteem, tekanan negatif teman sebaya, religiusitas dan eksposur media pornografi memiliki pengaruh signifikan baik langsung maupun tidak langsung terhadap perilaku seksual pranikah remaja. Sumbangan faktor-faktor tersebut secara bersama sebesar 79 persen. Artinya 79 persen dari variasi perilaku seksual pranikah remaja dapat Universitas Sumatera Utara dijelaskan atau diprediksi melalui variabel-variabel hubungan orangtua-remaja, self esteem, tekanan sebaya, religiusitas dan eksposur media pornografi. Berdasarkan analisis bivariat antara jenis kelamin dengan perilaku seksual remaja di SMA Methodist 4 Medan diperoleh nilai probabilitasnya p=0,697 p0,05, artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin siswa dengan perilaku seksual remaja di SMA Methodist 4 medan. Berdasarkan penelitian Israwati 2011, tentang faktor-faktor yang mempengaruhi sikap terhadap perilaku seksual pra nikah pada remaja di Indonesia menunjukkan bahwa terdapat hubungan variabel jenis kelamin dengan perilaku seksual pra nikah pada remaja. Remaja laki-laki cenderung 2 kali lebih besar untuk bersikap setuju jika remaja melakukan hubungan seksual pra nikah dibanding remaja perempuan, sedangkan remaja dari perkotaan cenderung 1,4 kali lebih banyak untuk bersikap setuju melakukan hubungan seksual pra nikah dibanding remaja dari perdesaan. Hasil penelitian Triratnawati 1999 juga mengungkapkan hal yang sama yaitu remaja laki-laki memang cenderung mempunyai seks yang agresif, terbuka, gigih, terang-terangan serta lebih sulit menahan diri dibandingkan remaja perempuan. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor umur dan jenis kelamin bukan berdiri sendiri memengaruhi perilaku seksual pada remaja. Ada faktor-faktor lain yang menentukan seperti hubungan orangtua-remaja, self esteem, tekanan negatif teman sebaya, religiusitas dan eksposur media pornografi. Universitas Sumatera Utara

5.2. Pengaruh Faktor Pemungkin Enabling terhadap Perilaku Seksual Di SMA Methodist 4 Medan