masyarakat. Di sisi lain, tiada moral dan religi ini seringkali dituding sebagai faktor penyebab meningkatnya kenakalan remaja Sarwono, 2006. Dari semua faktor-faktor
yang mempengaruhi kehidupan remaja dapat disimpulkan bahwa, faktor orang tua dan teman sebaya merupakan salah satu faktor yang terdekat dengan kehidupan
remaja. Untuk lebih jelasnya diungkapkan sebagai berikut :
a. Orang tua
Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi perkembangan anak. Usia 4-5 tahun dianggap sebagai titik awal proses identifikasi diri menurut jenis
kelamin, sehingga peran ibu dan ayah atau orang tua pengganti nenek, kakek, dan orang dewasa lainnya sangat besar. Apabila proses identifikasi ini tidak berjalan
dengan lancer, maka dapat timbul proses identifikasi yang salah. Lingkungan keluarga yang dapat berpengaruh terhadap perkembangan jiwa remaja adalah sebagai
berikut Poltekkes Depkes Jakarta I, 2010. 1
Pola asuh keluarga Proses sosialisasi sangat dipengaruhi oleh pola asuh keluarga, diantaranya
sebagai berikut : 1.
Sikap orang tua yang otoriter mau menang sendiri, selalu mengatur, semua perintah harus diikuti tanpa memperhatikan pendapat dan kemauan anak
akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian remaja. 2.
Sikap orang tua yang permisif serba boleh, tidak pernah melarang, selalu memberi kehendak anak, selalu memanjakan akan menumbuhkan sikap
Universitas Sumatera Utara
ketergantungan dan sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial di luar keluarga.
3. Sikap orang tua yang selalu membandingkan anak-anaknya, akan
menumbuhkan persaingan tidak sehat dan saling curiga antara saudara. 4.
Sikap orang tua yang berambisi dan terlalu menuntut anak-anaknya akan mengakibatkan anak cenderung mengalami frustasi, takut gagal, dan
merasa tidak berharga. 5.
Orang tua yang demokratis, akan mengikuti keberadaan anak sebagai individu dan makhluk sosial, serta mau mendengarkan dan menghargai
pendapat anak. 2
Kondisi Keluarga Hubungan orang tua yang harmonis akan menumbuhkan kehidupan emosional
yang optimal terhadap perkembangan kepribadian anak. Pendidikan moral dalam keluarga adalah upaya menanamkan nilai-nilai akhlak atau budi pekerti
kepada anak di rumah. Pengertian budi pekerti mengandung nilai-nilai berikut ini :
1. Keagamaan
Pendidikan agama diharapkan dapat menumbuhkan sikap anak yang mampu menjauhi hal-hal yang dilarang dan melaksanakan perintah yang
dianjurkan.
Universitas Sumatera Utara
2. Kesusilaan
Meliputi nilai-nilai yang berkaitan dengan orang lain, misalnya sopan santun, kerja sama, tenggang rasa, saling menghayati, saling menghormati,
menghargai orang lain, dan sebagainya. 3.
Kepribadian Memiliki nilai dalam kaitan pengembangan diri, misalnya keberanian, rasa
malas, kejujuran, kemandirian, dan sebagainya. Agar tercipta lingkungan yang kondusif bagi remaja sehingga tidak
melakukan perbuatan yang membahayakan kesehatan, termasuk hubungan seksual pranikah, perlu upaya dari orang tua antara lain Poltekkes Depkes Jakarta I, 2010.
1. Orang tua memberikan perhatian pada remaja dalam arti tidak mengekang
remaja, namun memberikan kebebasan yang terkendali. Misalnya, bila remaja mengadakan pesta, maka orang tua turut menghadiri pesta tersebut, pesta tidak
dilakukan sampai larut malam, dan tidak menggunakan cahaya yang remang- remang.
2. Orang tua tidak memberikan fasilitas termasuk uang saku yang berlebihan.
Penggunaan uang harus termonitor oleh orang tua. Orang tua mengarahkan dan memfasilitasi kegiatan yang positif melalui kelompok sebaya.
Menurut Madani 2003, faktor lingkungan termasuk salah satunya faktor orang tua dapat mempengaruhi perilaku seks menyimpang pada remaja. Hal tersebut
dijelaskan sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
1. Ketidaktahuan orang tua akan pendidikan seks. Banyak orang tua yang tidak
mengerti konsep pendidikan seks, sehingga mereka cenderung menyembunyikan masalah seks dari anak-anak, dan membiarkan mereka
mencari informasi di luar rumah yang justru sering mengarahkan mereka pada solusi yang menjerumuskan. Para seksolog Barat menganjurkan agar anak
dikenalkan dengan pendidikan seks sejak dini. 2.
Rangsangan seksual dalam keluarga. Kebanyakan para orang tua kurang mampu menjaga perilaku seksualnya dihadapan anak, misalnya: Bermesraan
di depan anak, berciuman di depan anak atau perilaku-perilaku kecil lainnya yang dapat menimbulkan rasa penasaran dan rangsangan seks pada anak.
3. Anak tidak terlatih untuk meminta izin. Masih banyak orang tua yang tidak
membiasakan anak untuk meminta ijin ketika masuk kamar orang tua, sehingga terkadang anak dapat melihat aktivitas seksual orang tua.
4. Tempat tidur yang berdekatan. Kebanyakan orang tua belum mengerti, bahwa
membiarkan anak tidur dalam satu selimut dengan saudaranya, atau membiarkan anak laki-lakinya yang sudah remaja tidur dengan anak
perempuannya dapat menyebabkan munculnya perilaku seks menyimpang. 5.
Orang tua memandang remeh ciuman anak laki-laki dan perempuan pada periode terakhir masa kanak-kanak, padahal hal ini juga dapat memicu
munculnya perilaku seks penyimpang.
Universitas Sumatera Utara
6. Keluarga mengabaikan pengawasan terhadap media informasi, sehingga anak
mudah meniru perilaku-perilaku berciuman bermesraan dan lain sebagainya yang tidak jarang diperagakan oleh artis-artis di TV.
Bila setiap orang tua dan keluarga memberikan perhatian yang cukup pada remaja dan turut serta mendukung terpeliharanya nilai-nilai moral dan etika, maka
akan tercipta suasana sehat bagi kehidupan remaja. Penanaman nilai-nilai budi pekerti dalam keluarga dapat dilakukan melalui keteladanan orang tua atau orang dewasa
lainnya, bacaan yang sehat, pemberian tugas, dan komunikasi efektif antar anggota keluarga. Sebaliknya, apabila keluarga tidak peduli terhadap hal ini, misalnya
membiarkan anak tanpa komunikasi dan memperoleh nilai di luar moral dan sosial, membaca buku dan menonton VCD porno, bergaul bebas, minuman keras dan
merokok, maka akan berakibat buruk terhadap perkembangan jiwa remaja Poltekkes Depkes Jakarta I, 2010.
b. Teman Sebaya