II. 6. 1. Stabilisasi Mekanis
Stabilisasi jenis ini dilakukan dengan penambahan material dengan gradasi tertentu pada material yang akan distabilisasi untuk memperbaiki gradasi material
tersebut sehingga akan meningkatkan daya ikat interlocking antar partikel material ketika dipadatkan. Material yang ditambahkan dapat berupa batu pecah, abu batu,
maupun berbagai jenis filler dengan gradasi yang diperlukan untuk memperbaiki gradasi material yang akan distabilisasi.
Universitas Sumatera Utara
Jenis stabilisasi ini merupakan jenis stabilisasi yang paling umum digunakan dalam perkerasan jalan, lapisan stabilisasi yang dihasilkan dalam perencanaan tebal
perkerasan diasumsikan sebagai unbound material.
II. 6. 2. Stabilisasi Kimiawi
Stabilisasi jenis ini menggunakan aditif berupa bahan kimia yang dapat terdiri dari semen Portland, kapur, abu terbang fly ash dan beberapa jenis aditif lainnya
berupa senyawa kimia dalam bentuk polymer yang dikembangkan untuk digunakan dalam proses stabilisasi.
Khusus untuk stabilisasi dengan bahan pengikat semen cemented material, dikenal 2 jenis tingkatan stabilisasi yang dibuat berdasarkan kriteria kekuatan
struktural structural performance yang dihasilkan material yang distabilisasi, yaitu mofidied material dan bound material[5].
Modified material merupakan stabilisasi yang diproleh dengan penambahan jumlah semen yang relatif sedikit terhadap material jalan yang hanya cukup untuk
memperbaiki kekurangan sifat material yang distabilisasi tanpa menyebabkan perubahan kekakuan material[16]. Penambahan semen yang dilakukan umumnya
dilakukan untuk menurunkan nilai Indeks Plastisitas material yang tinggi, mengurangi sensitifitas material berbutir halus terhadap pengaruh air serta untuk menyediakan alas
working platform untuk pengerjaan pemadatan lapisan diatasnya. Dalam perencanaan tebal perkerasan, stabilisasi jenis ini digolongkan kedalam unbound
material karena kekakuannya yang tidak berubah. Namun ada kalanya seiring berjalannya waktu, material yang distabilisasi memperoleh peningkatan kekuatan
seperti pada stabilisasi dengan menggunakan slow setting binder sehingga dalam
Universitas Sumatera Utara
perencanaan jangka panjang, stabilisasi jenis ini dapat diasumsikan sebagai bound material dengan modulus 1000 Mpa.
Bound material merupakan stabilisasi yang diperoleh melalui penambahan semen dalam jumlah yang cukup untuk menaikkan kekakuan dan kemampuan
memikul tegangan tarik akibat beban lalu lintas[19]. Penggunaan stabilisasi jenis ini akan menghasilkan pengurangan tebal perkerasan apabila dibandingkan dengan
perkerasan yang menggunakan lapis pondasi yang tidak distabilisasi. Hal ini karena kekakuannya yang cukup tinggi sehingga dengan tebal lapisan yang cukup tipis sudah
mampu memikul beban yang direncanakan padanya. Namun disisi lain, karena kekakuannya yang tinggi tersebut lapisan stabilisasi ini menjadi lebih rentan terhadap
retak fatigue akibat pengulangan beban. Untuk mengatasi hal ini, maka diperlukan tebal minimum untuk lapisan stabilisasi sebesar minimal 250 mm[5], sebagai contoh,
analisa yang dilakukan dengan menggunakan program Circly[22], dimana analisa yang dilakukan untuk perkerasan dengan stabilisasi bound material dengan modulus
E=3500 MPa diatas tanah dasar dengan CBR=5, lalu lintas rencana = 1x10
5
ESAs, menunjukkan bahwa tebal lapis stabilisasi yang diperlukan untuk mencegah terjadinya
alur pada tanah dasar cukup sebesar 55 mm. Namun untuk mencegah terjadinya retak fatigue pada lapis stabilisasi akibat pengulangan beban, perhitungan yang dilakukan
menunjukkan bahwa diperlukan lapisan setebal 290 mm. Hal ini memberikan kesimpulan bahwa kegagalan yang terjadi pada lapis stabilisasi jenis bound material
lebih diakibatkan oleh terjadinya retak fatigue akibat pengulangan beban. Untuk itu disarankan penggunaan tebal minimum lapis sebesar minimal 250 mm untuk
mencegah terjadinya retak fatigue akibat tebal lapisan yang terlalu tipis. Dari pengalaman praktis, diperoleh besaran penambahan semen sebesar 1
sampai 2 dari berat untuk memperoleh karakteristik stabilisasi jenis modified
Universitas Sumatera Utara
material, penambahan semen sebesar 2 sampai 3 untuk mendapatkan karakteristik stabilisasi lightly bound dan penambahan semen lebih besar dari 4 untuk
mendapatkan karakteristik stabilisasi jenis heavily bound [11][19]. Secara garis besar, tipikal propertis material dan penambahan jumlah semen yang dibutuhkan untuk
setiap jenis stabilisasi cemented material dapat dilihat pada Tabel 2. 5 dan Gambar 2. 4. berikut.
Tabel 2. 5. Tipikal Propertis Cemented Material [5] Type material
Tebal lapisan mm Kekuatan MPA
Modulus MPA
Modifield Sembarang
UCS1.0 1.000
Lightly bound 250
UCS 1-4 1.500-3.000
Heavily bound 250
UCS4.0 ≥ 5000
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2. 4. Kekuatan Modified Dan Bound Material Untuk Berbagai Kandungan Semen[19].
II. 6. 3. Stabilisasi Bitumen