3. Penyebab Kerusakan Jalan 3. 1. Faktor Kelebihan Muatan

D. Lapisan Tanah Dasar Subgrade Yaitu lapisan tanah setebal 50 – 100 cm yang terletak di bawah lapis pondasi bawah. Lapisan tanah dasar dapat berupa tanah asli yang dipadatkan jika tanah aslinya baik, atau tanah yang didatangkan dari tempat lain dan dipadatkan atau tanah yang distabilisasi dengan kapur atau bahan lainnya.

II. 3. Penyebab Kerusakan Jalan

Perkerasan jalan sering mengalami kerusakan atau kegagalan sebelum mencapai umur rencana. Kegagalan pada perkerasan dapat dilihat dari segi kondisi kerusakan struktural dan kerusakan fungsional[22]. Kerusakan struktural adalah kerusakan yang mencakup kegagalan perkerasan dari satu atau lebih komponen perkerasan yang mengakibatkan perkerasan tidak dapat lagi memikul beban lalu lintas. Kerusakan struktural dapat disebabkan oleh kondisi lapisan tanah dasar yang tidak stabil, beban lalu lintas, kelelahan permukaan, dan pengaruh kondisi lingkungan disekitarnya. Sementara kerusakan fungsional adalah suatu kondisi kerusakan dimana kenyamanan dan keamanan dari pengguna jalan terganggu dan biaya operasi kendaraan meningkat. Kerusakan fungsional ini dapat berdiri sendiri dan dapat pula diiukuti dengan kerusakan struktural. Selama ini, kelebihan muatan kendaran dituding sebagai penyebab utama kerusakan jalan. Namun kelebihan muatan bukanlah satu-satunya penyebab kerusakan jalan, masih ada faktor-faktor lainnya yang juga dapat memicu timbulnya kerusakan jalan, seperti adanya genangan air, bencana alam atau faktor teknis lain di lapangan. Dari data penelitian transportasi Departemen Perhubungan [Suara Merdeka, 26 Februari 2008], 40 penyebab kerusakan jalan adalah karena air, 30 akibat Universitas Sumatera Utara kelebihan muatan dan sisanya adalah akibat bencana alam. Bencana alam yang dimaksud disini dapat berrupa terjadinya tanah longsor, banjir dan sebagainya. Disamping itu, faktor teknis di lapangan seperti kesalahan perencanaan maupun pelaksanaan juga dapat menyebabkan jalan mengalami kerusakan dini[2].

II. 3. 1. Faktor Kelebihan Muatan

Prinsip dasar perencanaan perkerasan jalan adalah untuk mengakomodasi beban lalu lintas sesuai standar dengan meningkatkan kemampuan tanah dasar melalui lapis-lapis konstruksi perkerasan[2]. Perencanaan konstruksi jalan dibuat berdasarkan prakiraan terhadap beban lalu lintas yang akan melewatinya dengan mengkonversikannya menjadi beban sumbu standar untuk memudahkan perhitungan. Beban sumbu standar merupakan beban dimana setiap satu kali lintasan sumbu standar akan memberikan daya rusak damage factor terhadap perkerasan sebesar satu[12]. Muatan standar truk untuk perencanaan perkerasan yang dimaksud adalah sebesar 8,16 ton dibulatkan menjadi 8,2 ton, muatan ini mengacu kepada ketentuan yang dikeluarkan AASHTO[1] yang menetapkan beban sumbu standar standard axle load sebesar 18.000 lbs atau setara dengan 8,16 ton, dengan asumsi dimana setiap lintasan truk as tunggal dengan beban sumbu sebesar 8,16 ton akan memberikan faktor perusak terhadap perkerasan sama dengan satu. Sementara untuk semua kendaraan lain dengan beban sumbu yang berbeda, diekivalenkan terhadap beban sumbu standar dengan menggunakan angka ekivalen sumbu E. Dinas Bina Marga memberikan rumus untuk menentukan angka ekivalen beban sumbu sebagai berikut[14]: Universitas Sumatera Utara [Pers. 2. 1] [Pers. 2. 2] Dengan asumsi tidak ada kendaraan yang kelebihan muatan muatan sumbu terberat melebihi beban sumbu standar, maka umur rencana jalan dapat ditentukan dengan memperkirakan lamanya periode yang diperlukan sampai tercapainya jumlah lintasan beban standar yang direncanakan. Permasalahan terjadi ketika pada tahap perencanaan, beban yang diperhitungkan merupakan beban standar, namun kenyataan yang terjadi di lapangan banyak dijumpai truk-truk dengan muatan sumbu terberat melebihi beban sumbu standar kelebihan muatan. Dalam hal ini, akibat adanya faktor pangkat empat yang digunakan untuk menghitung angka ekivalen beban standar, maka untuk setiap penambahan beban tiap roda kendaraan akan mengakibatkan penambahan daya rusak kendaraan damage factor terhadap perkerasan sebesar pangkat empat dari rasio antara beban nyata yang bekerja dengan beban standar. Sehingga penambahan beban pada truk yang kelebihan muatan akan memberikan peningkatan yang sangat signifikan pada angka ekivalen kendaraan. Sementara langkah yang dilakukan untuk mencegah terjadinya kelebihan muatan tersebut adalah dengan menerapkan batasan berat yang diizinkan untuk setiap jenis kendaraan yang akan melintas di jalan raya. Namun permasalahan yang terjadi selanjutnya adalah terjadinya pemisahan wewenang antara instansi terkait yang bertanggung jawab melakukan perencanaan perkerasan jalan dengan instansi yang Universitas Sumatera Utara bertanggung jawab melakukan kontrol terhadap muatan kendaraan yang akan melintasi jalan raya. Disatu sisi, perencanaan perkerasan dilakukan tanpa memperhitungkan adanya beban berlebih, sementara disisi lain dinas perhubungan memberlakukan batasan Jenis Berat yang diizinkan JBI untuk truk tunggal sebesar 15 ton, truk ganda 21 ton dan truk tiga sumbu 29 ton. Berat yang jauh lebih besar dari beban standar yang direncanakan sebesar 8 ton untuk truk tunggal, 15 ton untuk truk ganda dan 20 ton untuk truk tiga sumbu. Hal ini juga masih belum sepenuhnya diikuti karena masih adanya toleransi yang mengizinkan kendaraan untuk tetap melintas dengan kelebihan beban. Bahkan pada saat awal diberlakukannya, toleransi yang diberikan mencapai 90 dari JBI baru kemudian berangsur-angsur diturunkan sampai menjadi 50 yang mulai diterapkan sejak 1 Februari 2008 oleh DLLAJ delapan propinsi se-sumatera dan jawa[26]. Hal ini juga tidak sepenuhnya menjamin tidak adanya lagi truk yang melewati batasan toleransi yang diberikan karena masih adanya anggapan bahwa tujuan adanya jembatan timbang adalah untuk memperoleh retribusi atau pendapatan denda pelanggaran, sementara tujuannya sebagai alat untuk mengontrol kelebihan muatan kendaraan menjadi kabur. Sehingga sampai saat ini masih banyak dijumpai truk-truk yang kelebihan muatan. Penelitian yang dilakukan oleh Zarkasi[26] di jalur Pantura menemukan bahwa kurang lebih 51 turk as tunggal melebihi beban 8,2 ton dan 42 truk as ganda melebihi beban 15 ton. Sehingga dapat dipahami kenapa kondisi perkerasan jalan pada umumnya cepat rusak mengalami kerusakan dini. Universitas Sumatera Utara Tabel 2. 1. Nilai VDF Dan ADT Jalur Pantura[24]

II. 3. 2. Faktor Desain

Dokumen yang terkait

Evaluasi Tebal Lapis Perkerasan Lentur Manual Desain Perkerasan Jalan No.22.2/KPTS/Db/2012 Dengan Menggunakan Program Kenpave

17 135 102

Pembuatan Papan Partikel Komposit Polietilena Kerapatan Rendah Daur Ulang Dan Serat Tandan Kosong Kelapa Sawit

2 41 86

Kajian Tentang Kelayakan Proses Daur Ulang Air Limbah Rumah Tangga Menjadi Air Baku Untuk Air Bersih Di Pemukiman Karyawan PT. Inalum Tanjung Gading Kabupaten Batubara

3 49 89

Daur Ulang Kemasan Kantongan Plastik (Polietilen) Dan Pelepah Kelapa Sawit Untuk Saklar Listrik

2 64 84

Konsep Daur Ulang pada Material Bekas sebagai Elemen Interior Kafe di Medan (Studi Kasus: Resep Nenek Moyangku, Lekker Urban Food House, dan Hungry Tummy)

9 90 188

ANALISA PERBANDINGAN KONSTRUKSI JALAN PERKERASAN LENTUR DENGAN PERKERASAN KAKU DITINJAU DARI METODE Analisa Perbandingan Konstruksi Jalan Perkerasan Lentur Dengan Perkerasan Kaku Ditinjau Dari Metode Pelaksanaan Dan Biaya (Studi Kasus: Pekerjaan Peningka

0 3 16

ANALISA PERBANDINGAN KONSTRUKSI JALAN PERKERASAN LENTUR DENGAN PERKERASAN KAKU Analisa Perbandingan Konstruksi Jalan Perkerasan Lentur Dengan Perkerasan Kaku Ditinjau Dari Metode Pelaksanaan Dan Biaya (Studi Kasus: Pekerjaan Peningkatan Struktur Jalan Ma

0 2 20

ANALISA LENDUTAN DAN MODEL RETAK LAPIS PERKERASAN AC-WC DAUR ULANG YANG DIPERKUAT GEOGRID PRA-TEGANG Analisa Lendutan Dan Model Retak Lapis Perkerasan Acwc Daur Ulang Yang Diperkuat Geogrid Pra-Tegang.

0 1 15

KONSTRUKSI LAPIS PERKERASAN ACWC DAUR ULANG DIPERKUAT DENGAN GEOGRID PRA-TEGANG Konstruksi Lapis Perkerasan Acwc Daur Ulang Diperkuat Dengan Geogrid Pra-Tegang.

0 1 16

KONSTRUKSI LAPIS PERKERASAN ACWC DAUR ULANG DIPERKUAT DENGAN GEOGRID PRA-TEGANG Konstruksi Lapis Perkerasan Acwc Daur Ulang Diperkuat Dengan Geogrid Pra-Tegang.

0 0 8