Gambar 2. 4. Kekuatan Modified Dan Bound Material Untuk Berbagai Kandungan Semen[19].
II. 6. 3. Stabilisasi Bitumen
Material yang distabilisasi dengan bitumen akan menghasilkan suatu lapisan Yang lebih fleksibel sehingga lebih tahan terhadap retak fatigue bila dibandingkan
dengan material yang distabilisasi dengan semen cemented material. Material yang distabilisasi dengan bitumen juga lebih tahan terhadap retak susut sehingga dapat
segera dibuka untuk lalu lintas setelah konstruksinya selesai [4]. Jenis pengikat yang sering digunakan dalam stabilisasi ini dapat berupa emulsi
aspal dan busa aspal. Emulsi aspal dihasilkan dari proses pengemulsian aspal keras dalam air yang mengandung bahan pengemulsi emulsifier. Aspal emulsi dibedakan
atas ion yang terkandung di dalamnya, yang terdiri dari [24] : -
Aspal emulsi anionic, yaitu aspal emulsi yang mengandung ion negatif -
Aspal emulsi kationik, yaitu aspal yang mengandung ion positif -
Aspal mulsi non ionic, yaitu aspal emulsi yang tidak mengandung ion Sementara busa aspal dihasilkan ketika sejumlah air dingin dan udara
disemprotkan pada aspal panas sehingga menyebabkan timbulnya busa pada aspal. Busa aspal pada umumnya terdiri dari 97 aspal, 2.5 air, dan 0.5 zat aditif. Sifat
busa aspal dipengaruhi oleh dua faktor utama, meliputi [24] : -
Rasio ekspansi, yaitu perbandingan volume maksimum buat aspal dalam kondisi berbusa dengan volume aspal sebelum menjadi berbusa
- Waktu paruh half life, yaitu waktu yang dibutuhkan busa aspal untuk
menurunkan volumenya dari volume maksimum yang dapat dicapai menjadi separuh dari volume tersebut
Universitas Sumatera Utara
Alasan utama penggunaan aspal emulsi maupun busa aspal aditif stabilisasi adalah untuk memudahkan mencampur aspal dengan material yang dingin dan
lembab[4], seperti kondisi yang terjadi pada material daur ulang perkerasan jalan dimana material yang digunakan dalam keadaan dingin dan lembab.
Disamping jenis stabilisasi yang telah diuraikan diatas, juga dikenal jenis stabilisasi yang menggunakan campuran bahan pengikat, seperti stabilisasi dengan
campuran semen-aspal emulsi, semen-busa aspal, semen-kapur dan sebagainya. Tujuan penggunaan campuran bahan pengikat ini adalah untuk memperbaiki
kekurangan yang dimiliki oleh satu jenis bahan pengikat dengan menggunakan kelebihan dari bahan pengikat lainnya, seperti untuk meningkatkan kuat ikat awal
early strength maupun untuk menambah waktu kerja working period sehingga memudahkan untuk proses pelaksanaannya. Sebagai contoh, pada penambahan sedikit
semen yang digunakan pada stabilisasi dengan busa aspal maupun emulsi aspal. Penambahan semen pada stabilisasi jenis ini bertujuan untuk meningkatkan kuat awal
early strength dari stabilisasi tersebut, sementara busa aspal maupun emulsi aspal berfungsi untuk meningkatkan daya tahan lapis stabilisasi terhadap timbulnya retak
fatigue[24].
Universitas Sumatera Utara
BAB III TEKNIK DAUR ULANG SEBAGAI ALTERNATIF