e. Truk Tangki Air
Truk tangki air berfungsi untuk menambahkan air pada lapisan yang akan didaur ulang sebelum lapisan dipadatkan. Penambahan air diperlukan untuk
mempercepat proses hidrasi semen dan memudahkan proses pemadatan. Penambahan air dilakukan dengan penyiraman air secara langsung sampai
diperoleh kadar air optimum untuk proses pemadatan. Truk tangki yang digunakan dalam pekerjaan daur ulang jalan juga sama dengan truk tangki
yang umum digunakan dalam pekerjaan konstruksi jalan lainnya.
III. 5. 1. 1. Perencanaan Campuran
Bahan campuran CTRB dan CTRSB terdiri atas bahan garukan perkerasan, semen dan air. Apabila bahan garukan tidak memenuhi persyaratan gradasi atau
jumlahnya tidak mencukupi, maka harus ditambahkan material agregat baru. Perencanaan campuran dilakukan untuk menentukan mengacu pada Pedoman
Perencanaan Campuran Lapis Pondasi Hasil Daur Ulang Perkerasan Lama Dengan Semen, Pd. T – 08 – 2005-B[7]. Perencanaan campuran dilakukan untuk menentukan :
- Kuat Tekan Bebas UCS atau kuat tekan silinder
- Kadar semen yang dibutuhkan
- Kadar air optimum
- Berat isi kering pada kadar air optimum
Kekuatan campuran CTRB dan CTRSB ditentukan berdasarkan Kuat Tekan Bebas benda uji kuat tekan bebas pada umur 7 dengan kriteria kekuatan minimum yang
dipersyaratkan seperti yang ditunjukkan oleh Tabel 3. 4 berikut.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3. 4. Kriteria Kekuatan CTRB dan CTRSB[9]
Peruntukan Kuat Tekan Pada Umur 7 Hari Kgcm
2
UCS
diameter 70 mm x tinggi 140 mm
Kuat Tekan Beton Silinder
diameter 150 mm x tinggi 300 mm
CTRB Min. 30
Min. 35 CTRSB
Min. 20 Min. 25
III. 5. 1. 2. Pelaksanaan Dilapangan
1. Penyiapan Permukaan Jalan. Penyiapan badan jalan dilakukan dengan menggunakan motor grader untuk
memperbaiki, meratakan serta membentuk elevasi badan jalan sebelum pekerjaan daur ulang dilakukan. Permukaan jalan yang ada dibersihkan dari
material yang tidak diinginkan yang dapat mengganggu pelaksanaan dan kualitas CTRB yang dihasilkan. Setiap permukaan jalan yang rusak seperti
adanya lubang, amblas dan sebagainya harus diperbaiki sebelum pekerjaan CTRB dilaksanakan. Apabila diperlukan adanya penambahan agregat baru,
penghamparan agregat baru juga dilakukan pada tahapan pekerjaan ini.
2. Penebaran semen. Penebaran semen dilakukan dengan menggunakan truk penebar semen
cement spreader truck. Semen disebar dengan jumlah yang telah ditentukan pada percobaan campuran sebelumnya. Semen disebar diatas
permukaan perkerasan yang akan didaur ulang setelah sebelumnya dibersihkan dari kotoran yang mungkin ada.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3. 6. Penebaran Semen[10]
3. Pencampuran Pada proses pembuatan CTRB, terdapat dua metode pencampuran yang
terdiri dari pencapuran kering dry mix dan pencampuran basah wet mix, yaitu :
a. Pencampuran kering dry mix. Pencampuran kering dilakukan setelah semen selesai dihampar
pada permukaan jalan. Selanjutnya dengan menggunakan alat soil reclaimer, permukaan perkerasan dan hamparan semen dicampur
dengan cara menghancurkan permukaan perkerasan sampai kedalaman yang telah ditentukan melalui perencanaan struktural perkerasan.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3. 7. Pencampuran[10]
b. Pencampuran basah wet mix Setelah pencampuran kering selesai, selanjutnya campuran
tanah dan semen ditambahkan air sampai mencapai kadar air optimumnya. Setelah pemberian air, selanjutnya campuran diaduk
kembali dengan menggunakan alat soil reclaimer sampai air yang diberikan tercampur meratan dan campuran tanah dan semen mulai
terhidrasi. 4. Pemadatan.
Pemadatan harus segera dilaksanakan secepat mungkin setelah proses wet mix selesai dilaksanakan dan harus selesai dalam waktu 120 menit setelah
pencampuran semen dengan air dilakukan[9]. Hal ini disebabkan karena semen akan mengalami hidrasi segera setelah bercampur dengan air,
sehingga hidrasi semen tidak akan menghalangi tercapainya kepadatan yang diinginkan. Pemadatan dilakukan dengan menggunakan penggilas kaki
Universitas Sumatera Utara
kambing pada tahap breakdown roller dan menggunakan penggilas roda baja pada tahap intermediate dan finishing roller. Jumlah lintasan dan kombinasi
lintasan yang diperlukan sampai tercapainya kepadatan kering maksimum MDD ditentukan dengan membuat test section, dimana dilakukan
percobaaan pemadatan dan pencatatan tingkat kepadatan yang diperoleh untuk setiap lintasan pemadatan yang dilakukan.
Gambar 3. 8. Pemadatan[10] 5. Perataan dan pembentukan elevasi permukaan.
Proses ini dilakukan diantara proses pemadatan. Proses ini dilakukan dengan menggunakan motor grader untuk meratakan dan membentuk
elevasi awal muka jalan. Setelah proses ini, lapisan CTRB dipadatkan kembali dengan penggilas roda baja untuk mendudukkan dan memadatkan
kembali material-material yang mungkin terlepas selama proses perataan dan pembentukan elevasi berlangsung. Proses ini disebut juga dengan
finishing roller.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3. 9. Perataan[10]
6. Perawatan curing Setelah pemadatan dan perataan selesai, proses selanjutnya adalah proses
perawatan curing. Proses ini dilakukan dengan penyiraman air maupun penyemprotan curing compound berupa Bituminous Emulsi CSS-1 dengan
batasan pemakaian 0,35 – 0, 50 liter per meter persegi pada lapisan CTRB yang bertujuan menjaga untuk kelembaban campuran sehingga proses
hidrasi semen dapat berjalan dengan baik dan menghasilkan kekuatan stabilisasi yang direncanakan[9]. Disamping itu, proses ini juga bertujuan
untuk mengurangi polusi akibat debu yang akan terjadi apabila jalan dibuka kembali untuk sementara sampai jalan tersebut siap untuk mendapat lapis
overlay aspal.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3. 10. Pemberian Air[10]
III. 5. 1. 3. Kendali Mutu