memproduksi agregat yang berkualitas seperti batu pecah dibutuhkan energi yang cukup besar yang digunakan dalam operasional mesin pemecah batu stone crusher.
Dengan metode konvensional, kebutuhan agregat akan lebih banyak bila dibandingkan dengan teknik daur ulang, sehingga energi yang digunakan untuk
memproduksi agregat juga lebih besar. Maka dengan penggunaan teknik daur ulang, penghematan energi dapat dilakukan. Demikian juga halnya dengan transportasi yang
digunakan untuk mengangkut material perkerasan dari semuber material ke lokasi pekerjaan yang juga membutuhkan energi yang cukup besar.
III. 2. 3. Penghematan Biaya
Dari segi biaya, jelas terlihat bahwa teknik daur ulang dapat menghemat penggunaan biaya yang diperlukan untuk pengadaan material baru. Hal ini karena
dalam metode konvensional, pemakaian material perkerasan baru lebih banyak bila dibandingkan dengan teknik daur ulang, sehingga pengeluaran biaya untuk pengadaan
material tersebut juga akan lebih besar. Namun hal itu semua juga harus didukung oleh ketersediaan peralatan yang
diperlukan untuk pelaksanaan teknik daur ulang, dimana peralatan tersebut masih sulit untuk diperoleh di Indonesia, sehingga biaya untuk mendatangkannya terkadang dapat
menjadi lebih besar bila dibandingkan dengan metode konvensional.
III. 2. 4. Pelestarian Lingkungan
Keuntungan lain yang tidak kalah penting dengan digunakannya teknik daur ulang perkerasan adalah terpeliharanya kelestarian sumber daya alam dan lingkungan.
Hal ini disebabkan karena dalam teknik daur ulang, material perkerasan lama dapat
Universitas Sumatera Utara
dimanfaatkan kembali, sementara dalam metode konvensional, material perkerasan lama yang telah dibongkar biasanya dibiarkan berserakan disekitar lokasi pekerjaan.
Kondisi ini disamping mengganggu keindahan juga dapat mengganggu aktifitas lainnya. Umumnya material perkerasan lama yang dibuang tersebut memakan tempat,
dan mengganggu ruang gerak disekitar lokasi pembuangan material tersebut.
III. 3. Pertimbangan Teknik Daur Ulang Sebagai Alternatif Perbaikan Jalan
Teknik daur ulang merupakan salah satu dari beberapa alternatif perbaikan perkerasan jalan. Sebelum menentukan teknik alternatif yang akan digunakan, perlu
dilakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap kerusakan perkerasan jalan dengan melakukan pengujian lapangan seperti survey kondisi permukaan perkerasan, tingkat
kekasaran, nilai lendutan serta uji laboratorium terhadap contoh material perkerasan untuk mengetahui penyebab kerusakan jalan serta karakteristik material perkerasan
eksisting. Selanjutnya berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh, dibuat evaluasi untuk menetukan alternatif perbaikan yang paling sesuai untuk mengatasi kerusakan
yang terjadi. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan teknik daur ulang sebagai
alternatif perbaikan jalan antara lain[3]: -
Pertimbangan Teknis -
Pertimbangan Ekonomi -
Pertimbangan Lingkungan.
Universitas Sumatera Utara
III. 3. 1. Pertimbangan Teknis
Merujuk kepada konsep yang digunakan oleh Dinas Bina Marga, dimana untuk jalan yang telah memasuki kondisi kritis dimana nilai IRI lebih besar atau sama
dengan 12, maka langkah penanganan yang diambil adalah berupa rekonstruksi jalan dengan menutup permukaan jalan lama dengan material agregat kelas A untuk
selanjutnya dilapisi dengan lapisan penutup berupa lapisan beraspal yang terdiri dari dua lapisan yaitu laston lapis aus AC – WC dan laston lapis antara AC – BC. Pada
kondisi ini, struktur perkerasan lama dianggap sebagai tanah dasar atau underlying base material, dimana pada kondisi ini struktur perkerasan lama dianggap tidak lagi
memberikan kontribusi terhadap daya dukung perkerasan dianggap sama dengan nol.
Meskipun konsep ini dianggap mampu untuk mengatasi permasalahan yang terjadi, namun sebagai suatu metode rehabilitasi tentunya metode ini juga memiliki
beberapa kelemahan antara lain : -
Membutuhkan material baru import material dalam jumlah yang besar. -
Pelapisan ulang yang dilakukan secara berulang-ulang akan semakin menambah tebal keseluruhan dari konstruksi perkerasan. Hal ini dapat
menjadi masalah ketika struktur perkerasan yang dilapis ulang berada diatas struktur jembatan mapun flyover, dimana dengan bertambahnya
tebal, secara otomatis juga dapat menambah berat struktur perkerasan yang menjadi beban pada lantai jembatan, dan sebagainya.
- Dengan bertambahnya tebal perkerasan, maka elevasi muka jalan juga
akan mengalami peningkatan, akibatnya perlu penyesuaian elevasi
Universitas Sumatera Utara
bangunan pelengkap jalan terhadap perubahan elevasi muka jalan tersebut, sehingga hal ini akan menambah jumlah pekerjaan yang harus dilakukan
ketika melaksanakan pekerjaan rehabilitasi jalan. Salah satu alternatif lain yang dapat digunakan untuk melaksanakan pekerjaan
rehabilitasi jalan adalah dengan menggunakan teknik daur ulang. Dengan menggunakan teknik daur ulang, struktur pekerasan lama diolah kembali untuk
menghasilkan lapis pondasi daur ulang yang distabilisasi dengan semen sebagai bahan pengikatnya Cement Treated Recycling BaseCTRB untuk selanjutnya ditutup
dengan lapisan penutup berupa lapisan beraspal. Pada teknik ini, lapis penutup beraspal yang digunakan umumnya cukup satu lapisan saja, yaitu laston lapis aus AC
– WC. Hal ini disebabkan karena lapis CTRB yang dihasilkan melalui proses daur ulang memiliki kekakuan yang cukup tinggi sehingga walaupun hanya ditutup dengan
satu lapis lapisan aus, kekuatannya sudah menyamai kekuatan perkerasan konvensional yang menggunakan dua lapis lapisan penutup seperti yang telah
diuraikan diatas. Sehingga dengan menggunakan teknik daur ulang, penggunaan material baru dapat dihemat dan permasalahan yang ditimbulkan oleh penambahan
tebal maupun peningkatan elevasi perkerasan dapat dihindari. Pada teknik daur ulang ini, ketebalan lapis perkerasan yang akan didaur ulang
ditentukan oleh tebal lapis perkerasan lama yang tersedia di lapangan yang dapat diketahui dengan melakukan penyelidikan menyeluruh terhadap kondisi perkerasan
eksisting di lapangan, serta ketebalan lapis pondasi daur ulang CTRB yang dibutuhkan. Dengan kata lain, tebal lapis perkerasan yang tersdia untuk didaur ulang
harus lebih besar atau sama dengan tebal lapis CTRB yang dibutuhkan. Dalam hal dimana tebal perkerasan lama yang akan didaur ulang lebih kecil daripada tebal CTRB
Universitas Sumatera Utara
yang diperlukan, maka permukaan perkerasan lama harus ditimbun terlebih dahulu dengan material baru dengan gradasi agregat yang sesuai dengan gradasi material
yang diperlukan sampai mencapai ketebalan yang mencukupi untuk melakukan proses daur ulang. Material baru yang dapat digunakan untuk menambah ketebalan lapis
perkerasan lama agar memenuhi ketebalan yang dibutuhkan tersebut dapat berupa agregat kelas B, dengan gradasi bergantung pada gradasi material yang tersedia di
lapangan, serta gradasi material yang diperlukan untuk pembuatan CTRB.
Gambar 3. 2. Teknik Alternatif Rehabilitasi Jalan
III. 3. 2. Pertimbangan Ekonomi