Dari beberapa penggunaan ryakugo tersebut, dapat kita lihat bahwa ryakugo digunakan oleh berbagai kalangan dan akan terus berkembang. Ryakugo juga bisa
berbentuk akronim, penggalan dan singkatan dalam bahasa Jepang.
2.2.1.1. Pola Pembentukan Ryakugo
Dalam proses pembentukan akronim, Kridalaksana 2010:170 membagi menjadi 16 sub klasifikasi, yaitu :
1 Pengekalan suku pertama dari tiap komponen, misalnya orba = orde baru
2 Pengekalan suku pertama komponen pertama dan pengekalan kata seutuhnya,
misalnya: banstir = banting stir 3
Pengekalan suku kata terakhir dari tiap komponen, misalnya : Menwa= resimen mahasiswa
4 Pengekalan suku pertama dari komponen pertama dan kedua serta huruf pertama
dari komponen selanjutnya, misalnya: Gapani = Gabungan Pengusaha Apotek Nasional Indonesia
5 Pengekalan suku pertama tiap komponen dengan pelesapan konjungsi, misalnya:
Anpuda = Andalan Pusat dan Daerah 6
Pengekalan huruf pertama tiap komponen, misalnya: KONI = Komite Olahraga Nasional Indonesia
7 Pengekalan huruf pertama tiap komponen frase dan pengekalan dua huruf pertama
komponen terakhir, misalnya: Aika = Arsitek Insinyur Karya
Universitas Sumatera Utara
8 Pengekalan dua huruf pertama tiap komponen, misalnya: Unud = Universitas
Udayana 9
Pengekalan tiga huruf pertama tiap komponen, misalnya: Konwil = Komando Wilayah
10 Pengekalan dua huruf pertama komponen pertama dan tiga huruf pertama
komponen kedua disertai pelepasan konjungsi, misalnya: abnon = abang dan none jkt
11 Pengekalan dua huruf pertama komponen pertama dan ketiga serta pengekalan tiga
huruf pertama komponen kedua, misalnya : Nekolim = Neokolonialis, Kolonialis, Imperialis
12 Pengekalan tiga huruf pertama komponen pertama dan ketiga serta pengekalan
huruf pertama komponen kedua, misalnya: Nasakom = Nasionalis, Agama, Komunis.
13 Pengekalan tiga huruf pertama tiap komponen serta pelepasan konjungsi,
misalnya: Falsos = Falsafah dan sosial. 14
Pengekalan dua huruf pertama komponen pertama dan tiga huruf pertama komponen kedua, misalnya: Jabar = Jawa Barat.
15 Pengekalan empat huruf pertama tiap komponen disertai pelesapan konjungsi,
misalnya: Agritpop = Agitasi dan propaganda. 16
Pengekalan berbagai huruf dan suku kata yang sukar dirumuskan, misalnya Akaba = Akademi Perbankan.
Universitas Sumatera Utara
Chaer 2008:236 juga membagi proses pembentukan akronim, yaitu: 1
Pengambilan huruf-huruf fonem-fonem pertama dari kata-kata yang membentuk konsep itu. Misalnya:
- IKIP : Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan
- IDI : Ikatan Dokter Indonesia
- ABRI : Angkatan Bersenjata Repeublik Indonesia
2 Pengambilan suku kata pertama dari semua kata yang membentuk konsep itu.
Misalnya: -
Rukan : rumah kantor -
Balita : bawah lima tahun -
Orpol : organisasi politik 3
Pengambilan suku kata pertama ditambah dengan huruf pertama dari suku kata kedua dari setiap kata yang membentuk konsep itu. Misalnya:
- Warteg : warung tegal
- Depkes : departemen kesehatan
- Kalbar : kalimantan barat
4 Pengambilan suku kata yang dominan dari setiap kata yang mewadahi konsep itu.
Misalnya: -
Juklak : petunjuk pelaksanaan -
Tilang : bukti pelanggaran -
Litbang : penelitian dan pengembangan
Universitas Sumatera Utara
5 Pengambilan suku kata tertentu disertai dengan modifikasi yang tampaknya tidak
beraturan; namun masih dengan memperhatikan keindahan bunyi. Misalnya:
- Pilkada : pemilihan kepala daerah
- Organda : organisasi angkutan darat
- Kloter: kelompok terbang
6 Pengambilan unsur-unsur kata yang mewadahi konsep itu, tetapi sukar disebutkan
keteraturannya termasuk di seni. Misalnya: -
Sinetron : sinema elektronik -
Insert : informasi selebritis -
Satpam: satuan pengaman
Berdasarkan bagian yang dilesapkan dalam proses pembentukan ryakugo di dalam skripsi Ristanti 2009:23 diklasifikasikan menjadi empat seperti berikut ini.
1
1. 略 Jouryaku ; merupakan kata yang bagian awalnya mengalami proses
pelesapan. Contohnya: mi ire yang dipendekkan dari kata kami ire. 2.
略 Geryaku ; merupakan kata yang bagian akhirnya mengalami proses pelesapan. Contohnya : seiza yang dipendekkan dari kata seizaburou.
3. 中略 Chuuryaku ; merupakan kata yang mengalami proses pelesapan di
bagian tengah. Contohnya: gomasu yang dipendekkan dari kata gomakasu .
1
Pada skripsi ini,penulis tidak mencantumkan nama pakar yang mengatakan teori pola pembentukan shouryakugo ini.
Universitas Sumatera Utara
4. 略
Jougeryaku ; merupakan kata yang mengalami proses pelesapan di
bagian awal dan akhir, contohnya: nobi yang dipendekkan dari kata shinobikomi. Sedangkan didalam skripsi Dimas Andi 1995:40 membagi shouryakugo
kedalam tiga bentuk :
2
1. Shouryaku sedehana :
- Penghapusan di awal kata joryaku, contohnya : baito yang dipendekkan dari
kata arubaito. -
Penghapusan di tengah kata churyaku, contohnya : gaijin yang dipendekkan dari kata gaikokujin.
- Penghapusan di akhir kata geryaku, contohnya: terebi yang dipendekkan dari
kata terebishon. -
Penghapusan di awal dan di akhir kata jogeryaku, contohnya: yochiren yang dipendekkan dari kata jishinyochirenrakukai.
2. Shouryaku gabungan:
- dari kata majemuk, misalnya: nyuushi yang dipendekkan dari kata
nyuugakushiken. -
dari frase, misalnya: osakini yang dipendekkan dari kata osakini shitsureishimasu. 3.
Menyederhanakan istilah yang panjang dengan istilah yang pendek. Hal ini merupakan bukan ryakugo yang sebagaimana mestinya karena tidak sesuai
dengan definisi shouryakugo. Bentuk ini mengganti istilah yang panjang menjadi
2
Pada skripsi ini penulis tidak mencantumkan nama pakar yang mencantumkan teori pembentukan shouryakugo ini.
Universitas Sumatera Utara
istilah yang lebih pendek. Misalnya: gorin yang digunakan untuk mengganti istilah orinpiku.
2.3. Penelitian yang relevan
Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan berkaitan dengan tema yang diteliti dihimpun untuk dijadikan data dan referensi pendukung guna mempertegas teori-teori
yang telah ada. Ada empat penelitian terdahulu mengenai bentuk dan pola pembentukan akronim yang dilakukan oleh beberapa peneliti, yaitu:
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Lydia Irawaty 2008 dengan judul “Singkatan dan Akronim dalam Media Chatting dan SMS Analisis Komunikasi Teks
dal am Internet dan Telepon Seluler”. Berdasarkan penelitian Lydia Irawati,
singkatan dan akronim dibentuk lebih sering karena faktor pragmatik daripada fonologis. Oleh karena itu, pemakai bahasa sangat berperan dalam pembentukan
singkatan. Lebih lanjut Lydia mengatakan untuk menghindari keambiguan itu, sebaiknya pemakai bahasa menghindari keambiguan penyingkatan kata-kata.
Kedua penelitian yang dilakukan oleh Edi Suwatno 2000 dengan judul “Akronim dalam Bahasa Jawa”. Penelitian Edi Suwatno mengkaji tipe-tipe akronim
dalam Bahasa Jawa dan faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan akronim. Edi Suwatno menemukan 10 tipe akronim dalam bahasa Jawa dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya antara lain, akronim untuk penghematan, akronim untuk menutupi atau merahasiakan hal yang tabu, akronim untuk memberikan makna, akronim
berfungsi untuk sapaan, akronim untuk menghaluskan pernyataan atau eufemisme,
Universitas Sumatera Utara
akronim yang menimbulkan suasana lucumelucu dan akronim untuk sindiran atau pelesetan.
Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Leli Dwirika 2000 dengan judul “Singkatan dan Akronim dalam Bahasa Indonesia Permasalahan dan Implikasinya
terhadap Pengajaran Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Asing ”. Leli Dwirika
mengkaji tentang 112 kelompok akronim dengan tambahan bentuk-bentuk akronim yang mempunyai pola dan struktur yang lebih beragam, rumit, dan tidak
memperhatikan bentuk kepanjangannya atau tidak bisa langsung ditebak apa kepanjangannya.
Terakhir, penelitian yang dilakukan oleh Susy Deliani 2013 dengan judul “Pola Akronim Dalam Bahasa Indonesia
”. Susi Deliani mengkaji tentangproses pembentukan akronim dalam bahasa Indonesia berdasarkan proses morfologi.
Masalah yang ditemukan belum ada pedoman proses pembentukan yang rinci, mengatur bagaimana proses pembentukan akronim dalam bahasa Indonesia, pola
fonotaktik dan pendapat, pengalaman dan pengetahuan penutur bahasa Indonesia tentang akronim bahasa Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan enam pola
pembentukan struktur akronim; yaitu 1 pengekalan suku dengan suku, 2 pengekalan suku dengan suku huruf, 3 pengekalan kata dengan suku, 4
pengekalan kata dengan suku ± huruf, 5 pengekalan huruf awal, dan 6 pengekalan huruf awal dengan suku.
Dari beberapa penelitian terdahulu tersebut, ditemukan rumusan pembentukan akronim dan singkatan yang baru dari rumusan pola pembentukan akronim
sebelumnya. Pada penelitian ini, penulis akan merumuskan pola pembentukan
Universitas Sumatera Utara
akronim yang terdapat dalam bahasa Jepang. Perumusan pola akronim bahasa Jepang ini mengikuti teori pola pembentukan akronim menurut Kridalaksana.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
Dalam melakukan sebuah penelitian dibutuhkan metode sebagai penunjang untuk mencapai tujuan. Metode adalah suatu cara melaksanakan penelitian. Dalam
penelitian ini merupakan penelitian yang hasilnya akan dituliskan dalam bentuk deksriptif atau penjabaran secara terperinci. Metode yang dilakukan dalam penelitian
ini berupa library research studi kepustakaan yakni data yang digunakan berupa buku-buku dan literatur yang menunjang penelitian ini. Oleh karena itu, penelitian ini
berupa penelitian kualitatif untuk menjelaskan makna yang mendasar terhadap ciri- ciri dari hal-hal tertentu yang tidak berkaitan dengan jumlah atau sesuatu dalam arti
kuantitatif. Kata kualitas merujuk pada esensi dari sesuatu yang berkaitan apa, bagaimana, dan dimana sesuatu itu ada atau terjadi. Dengan demikian, penelitian
kualitatif merujuk pada makna, konsep, ciri-ciri, simbol, metafor dan deskripsi dari berbagai hal.
Moleong 2006:6-7 menjelaskan, bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami
oleh subjek penelitian secara holistik utuh dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah, serta
dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah yang salah satunya bermanfaat untuk keperluan meneliti dari segi prosesnya.
Universitas Sumatera Utara
Bogdan dan Tailor 1993:5 penelitian kualitatif adalah suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif adalah berupa kata-kata tertulis atau
lisan orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Moleong 2006: 9-11 kembali menjelaskan, bahwa metode kualitatif meliputi
pengamatan, wawancara dan penalaahan dokumen. Data-data yang akan dikumpulkan berupa kata-kata dan gambar.
Sesuai dengan uraian tersebut diatas, maka dapat dikemukakan bahwa metodologi ini berusaha mendeskripsikan objek penelitian berdasarkan data dan
fakta sebenarnya, serta menganalisanya melalui konsep-konsep yang telah dikembangkan sebelumnya dengan peneliti sebagai instrumen itu sendiri dalam
memecahkan permasalahan.
3.2. Data dan Sumber Data
Sumber data penelitian ini adalah surat kabar Asahi Shimbun yang dikumpulkan sebanyak 7 hari dari edisi 13 sampai dengan 19 bulan Desember 2012. Surat kabar
tersebut dapat mewakili berita up to date untuk pengambilan data. Selain itu data juga diambil dari komik Cherry edisi 13 tahun 2006, edisi 15 tahun 2007, edisi 22 tahun
2008, edisi 26 tahun 2008, edisi 27 tahun 2008, edisi no.56 th.2011, edisi 60 th.2011, edisi Maret 2012, Juli 2012, September 2012, buku Gendaijin no tame no Nihongo no
joushiki Daihyakka dan daftar singkatan yang terdapat pada berbagai artikel yang ada di internet. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan teknik studi
Universitas Sumatera Utara
kepustakaan library research, dengan mengambil sumber acuan dari berbagai buku dan referensi yang berkaitan dengan masalah penelitian.
Data dalam tesis ini dapat dijabarkan pada tabel berikut ini:
No Sumber Data
Ryakugo yang ditemukan Total
1. Surat
kabar Asahi
Shimbun toudai, tomei, meidai, rikuji, kaiji, nyuushi,
anbori, genpaku, gunshuku, jikou, seisaku, kyuukou, shouene, puro, kyuumu, gaijin,
jihanki, shasetsu, kokutai, rainichi, nikkei, nibeiiinkai, toumeikousoku
23
2. Komik Cherry
doigo, kechu, akeome, dejikame, otanome, yasukawa, okugome, oriden, itaden, nomihou,
gariben, imechen, rendora, sotsuaru, makudo, osaki ni, doumo, baryuuru, kimoi, dachi,
kouchou, gaijin, koukou, gochi ni narimasu, 24
3. buku Gendaijin no tame
no Nihongo no joushiki Daihyakka
noukyou, tougin, juubun, dangou, chisai, chuukyoushin,
chuuroui, nichigin,
nikkyougumi, jitan,
neaka, kasai,
kyoukenshuukai, gensuikyou,
zaiseishi, 49
Universitas Sumatera Utara
shittaihou, zengakuren, koudoroui, nouken, gyoukaku, keidanren, nekura, sanchoku,
chikatetsu, saikousai, shufuren, yochiren, inten, souhyou, rengo, kuubo, souhyou,
sanhanseido, shokukanhou,
keikichou, tsuusanshou, dokukonhou, seikyou, zaikei,
anpo, koutori, eiron, shokuan, kokutetsu, doumei, tansan, nikkeiren, nitten, kuuji
4. hikarisubs.indoanime.net
?p=1580 ikemen
1
5. id.wikipedia.orgwikiKo
sakata_dari_bahasa_asi ng_dalam_bahasa_Jepan
g rimokon,
pasokon, famikon,
sekuhara, depaato, apaato, eakon, suupaa, kombini,
kone, konsento, korabo, terebi 13
6. http:id.wordpress.comt
agsingkatan-katakana Wai shatsu, patokaa, shimu, rajikase,
purikura, waapuro, kiro, baaten, korabo, furima, basuke, rabo, rosu, anime, nooto,
sunobo, sando, zemi 18
7. yasuitori.blogspot.com2
00812hongkat-hobi- singkatan
.html chizai, raruku, misuchiru, burapi, shuukatsu,
6
Universitas Sumatera Utara
kimutaku
8. Buku minna no nihonggo
II shokyuu II apo
1
9. skripsi
Dimas Andi
th.1995 ebitai, kabemimi, saasen, yaku, gaisha,
5
10. Kamus ryakugo
VIP, UFO, JAL, ANA, JARO, JICA, JETRO, NASA,Yappii, AMU
10
3.3. Teknik Penelitian
Langkah-langkah yang dilakukan yaitu pertama-tama mencari, mengumpulkan dan mengklasifikasikan ryakugo. Tahap berikutnya adalah proses merangkum dan
menyusun data-data dalam satuan-satuan untuk dikelompokkan berdasarkan teori yang digunakan peneliti. Dan yang terakhir berupa penarikan kesimpulan berdasarkan
data-data yang telah diteliti. Dari kesimpulan yang ada, dapat diberikan saran yang bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan bahasa Jepang. Jadi tahapan dalam
penelitian ini meliputi kegiatan mengumpulkan, menyusun, mengklasifikasikan, mengkaji, dan menginterpretasikan data.
Universitas Sumatera Utara
3.4.Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan menggunaan metode dokumentasi. Metode dokumentasi merupakan metode yang mencari data mengenai hal-hal yang
berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti dan sebagainya. Maka metode dokumentasi ini digunakan untuk mendapatkan data-data berupa ryakugo
yang telah tercetak di komik, koran, buku dan artikel-artikel di Internet.
3.5.Teknik Analisis Data
Menurut Bodgan dalam Sugiono 2008:244 menyatakan analisis data adalah proses mencari data dan menyusun data secara sistematis data yang diperoleh dari
hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan pada orang lain.
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, karena penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dengan menggunakan tekhnik
pengumpulan data dengan menganalisis dan menguraikan data, maka data ryakugo yang telah dikumpulkan dianalisis berdasarkan pola pembentukannya dalam proses
morfologis dan data tersebut dikelompokkan berdasarkan pola pembentukannya.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN
Kridalaksana merumuskan pola kontruksi akronim menjadi 16 pola pembentukan. Pola pembentukan konstruksi akronim yang dihasilkan Kridalaksana dilandasi dari
penggabungan fonem, sementara bentuk ryakugo terbentuk dari suku kata tanpa fonem yang berdiri sendiri karena tidak ada konsonan dalam bahasa Jepang yang
berdiri sendiri kecuali huruf n. Data ryakugo yang ditemukan pada buku Gendaijin no tame no Nihongo no
joushiki Daihyakka sebanyak 49 ryakugo, pada komik Cherry sebanyak 24 ryakugo, pada surat kabar Asahi Shimbun sebanyak 23 ryakugo dan ryakugo yang terdapat
pada artikel di internet sebanyak 38 ryakugo, buku minna no nihonngo II minna II 1 ryakugo, skripsi Dimas Andi 5 ryakugo, kamus ryakugo 10 ryakugo.
4.1. Paparan Data
Dalam penelitian ini ditemukan beberapa temuan yang berkaitan dengan jenis ryakugo dan kaidah pembentukan ryakugo dalam bahasa Jepang.
4.1.1. Jenis Ryakugo