commit to user membangun harga diri self-esteem siswa, membantu mendorong hubungan
positif antar rassukubangsa.
b. Unsur – unsur Dalam Pembelajaran Kooperatif
Menurut Roger dan David Johnson dalam Agus Suprijono 2010: 58 mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap
pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooparatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut
adalah: 1 Positive interdependence saling ketrgantungan positif
2 Personal responsibility tanggung jawab perseorangan 3 Face to face promotive interactive interaktif promotif
4 Interpersonal skill komunikasi antar anggota 5 Group processing pemrosesan kelompok
Menurut Lungred dalam Isjoni 2009: 13, menyebutkan bahwa ada tujuh unsur model pembelajaran kooperatif, yaitu:
1 Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka ”tenggelam atau berenang bersama”.
2 Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri
sendiri dalam mempelajari meteri yang dihadapi. 3 Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan
yang sama. 4 Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab di antara para
anggota kelompok. 5 Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut
berpengaruh terhadap evaluasi kelompok. 6 Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh
keterampilan bekerja sama selama belajar. 7 Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual
materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
c. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif
Sesungguhnya perlu kita ketahui perbedaan pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran tradisional yang biasa digunakan guru dalam kelas,
yaitu:
commit to user Tabel 1. Perbedaan Pembelajaran Kooperatif dengan Pembelajaran
Tradisional
Pembelajaran Tradisional Pembelajaran Kooperatif
a. Guru sering membiarkan adanya siswa mendominasi kelompok atau
hanya menggantungkan diri pada kelompok.
b. Pemimpin kelompok sering dipilih oleh guru.
c. Akuntabilitas individual sering diabaikan, sehingga tugas-tugas
sering diborong oleh salah seorang anggota
kelompok, sedangkan
anggota yang
lain menjadi
“benalu” d. Keterampilan sosial sering tidak
diajarkan secara langsung e. Penekanan sering hanya pada
penyelesaian tugas. a. Saling
ketergantungan positif,
saling membantu,
dan saling
memeberikan motivasi sehingga ada interaksi promotif.
b. Pemimpin kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir.
c. Adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi
pelajaran pada setiap kelompok. Tiap kelompok diberi umpan balik
dari hasil belajar para anggotanya, sehingga dapat saling mengetahui
siapa yang memerlukan bantuan, dan
siapa yang
siap dalam
memberikan bantuan. d. Adanya keterampilan sosial yang
diperlukan dalam kerja kelompok diajarkan secara langsung, seperti:
kepemimpinan, komunikasi, serta mengelola konflik.
f. Penekanan tidak
hanya pada
penyelesaian tugas, tetapi juga hubungan interpesonal.
Sugiyanto, 2010: 42 Selain
perbedaan antara
pembelajaran kooperatif
dengan pembelajaran tradisisonal, tiga konsep sentral yang menjadi kareteristik
commit to user pembelajaran kooperatif sebagaimana dikemukakan Slavin yang dikutip
Isjoni 2009: 21, yaitu: 1 Penghargaan Kelompok
Penghargaan kelompok diperoleh jika kelompok mencapai skor di atas kriteria yang ditentukan. Keberhasilan kelompok
didasarkan pada penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antar personal yang saling mendukung,
saling membantu, dan saling peduli. 2 Pertanggungjawaban individu
Pertanggungjawaban ini menitikberatkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar. Adanya
pertanggungjawaban secara individu juga menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri
tanpa bantuan teman sekelompoknya. 3 Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan
Dengan melaksanakan model pembelajaran cooperative learning, siswa memungkinkan dapat meraih keberhasilan dalam
belajar, disamping itu juga bisa melatih siswa untuk memiliki keterampilan, baik keterampilan berpikir thinking skill maupun
keterampilan sosial social skill. Beberapa ahli menyatakan bahwa model ini tidak hanya unggul
dalam membantu siswa memahami konsep yang sulit, tapi juga sangat berguna untuk menumbuhkan berpikir kritis, bekerja sama, dan membantu
teman. Dalam cooperative learning, siswa terlibat aktif pada proses pembelajaran sehingga memberikan dampak positif terhadap kualitas
interaksi dan komunikasi yang berkualitas, dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya.
Menurut Slavin cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok
kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan stuktur kelompok yang heterogen. Sedangkan Sunal dan Hans, mengemukakan cooperative
commit to user learning merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang
khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerja sama selama proses pembelajaran. Selanjutnya Stahl menyatakan cooperative
learning dapat meningkatkan belajar siswa lebih baik dan meningkatkan sikap tolong-menolong dalam perilaku sosial. dalam Isjoni, 2009: 12.
d. Keunggulan dan Kelemahan Model Kooperatif