commit to user pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran
dikelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat- perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film, komputer,
kurikulum, dan lain-lain. Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman untuk mencapai tujuan belajar. Menurut Arends dalam Triyanto 2009: 22 Istilah model pengajaran mengarah pada suatu pendekatan
pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungannya, dan sistem pengelolaannya.
Berdasar beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi guru dalam merancang dan
melaksanakan kegiatan pembelajaran, mengelola lingkungan pembelajaran dan mengelola kelas. Penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat
menumbuhkan motivasi peserta didik, menumbuhkan minat, serta memberi kemudahan peserta didik dalam memahami materi pelajaran yang disampaikan
sehingga memungkinkan bagi peserta didik mendapatkan hasil belajar yang lebuh baik.
3. Studi Komparasi
Studi diartikan sebagai kajian, pelajaran, penggunaan waktu dan pikiran untuk memperoleh ilmu pengetahuan Poerwadarminta, 1999: 965 dan komparasi
diartikan sebagai perbandingan. Menurut Anas Sudjiono dalam Darwyan Syah et al 2009: 103 kata komparasi diambil dari kata comparation yang berarti
“perbandingan” atau “pembandingan”. Secara sederhana komparasi dapat diartikan sebagai perbandingan yaitu membandingkan persamaan maupun
perbedaan tentang benda, tentang orang, tentang prosedur kerja, tentang ide, kritik terhadap orang, kelompok, terhadap suatu ide atau prosedur kerja Darwyan Syah
et al, 2009: 103. Jadi yang dimaksud studi komparasi dalam penelitian ini adalah kajian untuk membandingkan sesuatu dengan yang lain dan mana yang lebih baik
dari keduanya.
commit to user
4. Model Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu
sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang
berdasarkan faham kontruktivis. Cooperative learning merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat
kemapuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu
untuk memahami materi pelajaran. Dalam cooperative learning, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum
menguasai bahan pelajaran. Sifat model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan belajar
kelompok atau belajar bekerja sama biasa. Dalam kerja kelompok guru biasanya membagi kelompok lalu diberi tugas tanpa rancangan tertentu yang
dapat membuat setiap siswa menjadi aktif. Akibatnya, siswa ada yang bekerja aktif dan ada juga yang pasif. Sementara itu, pembelajaran kooperatif setiap
siswa dituntut untuk bekerja dalam kelompok melalui rancangan-rancangan tertentu yang sudah dipersiapkan oleh guru sehingga seluruh siswa harus
bekerja aktif. Hubungan kerja seperti ini memungkinkan timbulnya persepsi yang positif tentang apa yang dapat dilakukan siswa untuk mencapai
keberhasilan belajar berdasarkan kemampuan dirinya secara individu dan andil dari anggota kelompok lain selama belajar bersama dalam kelompok.
Anita Lie 2002: 17, menyebutkan bahwa ”Sistem pembelajaran cooperative learning bisa didefinisikan sebagai sistem kerja atau belajar kelompok yang
terstruktur”. Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
cooperative learning atau pembelajaran kooperataif adalah suatu model pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar dan bekerjasama dengan
siswa lain dalam satu kelompok kecil untuk meningkatkan belajar siswa.
commit to user Dengan model pembelajaran ini, maka persaingan yang biasanya muncul di
kelas akan tergantikan oleh bentuk kerjasama antarsiswa. Selain itu, kesenjangan kemampuan di antara siswa akan berkurang karena model
pembelajaran ini menuntut siswa yang lebih pandai untuk membantu siswa yang kurang pandai.
Ada tiga pilihan model pembelajaran, yaitu kompetisi, individual, dan cooperative learning pembelajaran kooperatif.
1 Model kompetisi Dalam model pembelajaran kompetisi, siswa belajar dalam
suasana persaingan. Tidak jarang pula guru memakai imbalan sebagai sarana untuk memotivasi siswa dalam memenangkan kompetisi dengan
sesama pembelajar. Teknik imbalan yang didasari oleh teori behaviorisme ini banyak mewarnai sistem penilaian hasil belajar. Tujuan
utama dalam model kompetisi adalah menempatkan anak didik dalam urutan mulai dari yang paling baik hingga paling jelek. Pencapaian tujuan
secara kompetitif memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a Seseorang dapat memperoleh tujuannya jika dan hanya jika yang
lainnya gagal untuk memperoleh tujuannya b Terciptanya korelasi negatif diantara tujuan yang dicapai
c Ketergantungan negatif d Jika saya berenang, kamu tenggelam, jika kamu berenang, saya
tenggelam e Pencapaian tujuan individu
f Evaluasi dengan cara membandingkan Norm Referenced g Pemenang diberi hadiah
2 Model individual Alternatif menarik dari model pengajaran kompetisi yang
dewasa ini banyak diterapkan adalah model pengajaran individual. Dalam sistem ini, setiap anak didik belajar dengan kecepatan yang sesuai
dengan kemampuan mereka sendiri. Jadi dengan kata lain ank didik tidak bersaing dengan siapa-siapa melainkan dengan diri mereka sendiri. Pola
commit to user penilaiannya juga berbeda dalam sistem kompetisi. Dalam model ini
pengajar menetapkan standar untuk setiap siswa. Pencapaian tujuan secara individual memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a Setiap pencapaian tujuan seseorang tidak berhubungan dengan pencapaian tujuan yang lainnya
b Tidak ada korelasi antara pencapaian tujuan-tujuan c Tidak ada saling ketergantungan
d Dalam hal ini kita sendirian e Tujuan individual
f Hadiah untuk hasil kerja sendiri 3 Model pembelajaran kooperatif
Perkembangan dari
dua model
diatas adalah
model pembelajaran yang menganut falsafah homo homini socius, yakni model
pembelajaran gotong royong. Dimana kerja sama merupakan kebutuhan yang sangat penting. Pencapaian tujuan secara kooperatif ditandai dengan
ciri-ciri: a Ketika salah seorang anggota mencapai tujuannya, demikian pula
dengan anggota lainnya b Korelasi positif diantara tujuan-tujuan yang tercapai
c Ketergantungan positif d Kita berenang dan tenggelam bersama-sama
e Tujuan kelompok f Evaluasi berbasis kritesia dan dorongan
g Hadiah untuk hasil kelompok Sejalan dengan perkembangan model pembelajaran, model
pembelajaran kooperatif lah yang lebih banyak dilirik para pendidik. Karena dengan penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi KBK, yang
disempurnakan dengan Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan KTSP, guru mempunyai kebebasan dalam metode pembelajaran yang akan diterapkan.
Dalam menciptakan pembelajaran yang lebih bervariasi dan dapat meningkatkan peran serta siswa dalam pembelajaran. Dari sini maka harus
commit to user dirancang dan dibangun suasana kelas sedemikian rupa, sehingga siswa
mendapat kesempatan untuk berinteraksi satu dengan yang lain. Karp dan Yoels dalam Anita Lie 2002: 6 menyatakan bahwa
strategi yang paling sering dilakukan untuk mengaktifkan siswa adalah dengan diskusi kelas. Namun dalam kenyataannya, strategi ini tidak efektif
karena meskipun guru sudah mendorong siswa untuk aktif dalam berdiskusi, kebanyakan siswa hanya diam menjadi penonton sementara arena kelas
dikuasai oleh beberapa siswa saja. Pembelajaran kooperatif menggunakan kelompok-kelompok kecil
sehingga siswa-siswa saling bekerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Siswa dalam kelompok kooperatif belajar berdiskusi, saling
membantu, dan mengajak satu sama lain untuk mengatasi masalah belajar. Pembelajaran kooperatif mengkondisikan siswa untuk aktif dan saling
memberi dukungan dalam kerja kelompok untuk menuntaskan materi masalah dalam belajar.
Cooperative Learning CL merupakan salah satu model pembelajaran berbasis dari teori belajar sosial Robert Bandura. Cooperative
Learning dipopulerkan oleh Spencer Kagan, Robert Slavin dan juga JohnsonJohnson. Cooperative Learning didefinisikan sebagai grup pelajar
yang bekerja bersama sebagai sebuah tim untuk memecahkan masalah, menyelesaikan tugas, menyelesaikan sebuah tujuan Artz Newman,990,
p.448. Model cooperative learning memerlukan kerjasama siswa dan ketergantungan dalam struktur tugas, tujuan dan hadiahnya. Idenya adalah
setiap pelajaran dibentuk dengan suatu cara dimana siswa harus bekerja sama berkooperasi untuk meraih tujuan pembelajaran mereka.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa model CL, mapu mendorong proses belajar dan kemampuan akademik siswa, meningkatkan kemampuan
mengingat siswa retention, meningkatkan kepuasan siswa dengan pengalaman belajar yang dialaminya, membantu siswa mengembangkan
kecakapan dalam komunikasi oral, mengembangkan kecakapan sosial siswa,
commit to user membangun harga diri self-esteem siswa, membantu mendorong hubungan
positif antar rassukubangsa.
b. Unsur – unsur Dalam Pembelajaran Kooperatif
Menurut Roger dan David Johnson dalam Agus Suprijono 2010: 58 mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap
pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooparatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut
adalah: 1 Positive interdependence saling ketrgantungan positif
2 Personal responsibility tanggung jawab perseorangan 3 Face to face promotive interactive interaktif promotif
4 Interpersonal skill komunikasi antar anggota 5 Group processing pemrosesan kelompok
Menurut Lungred dalam Isjoni 2009: 13, menyebutkan bahwa ada tujuh unsur model pembelajaran kooperatif, yaitu:
1 Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka ”tenggelam atau berenang bersama”.
2 Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri
sendiri dalam mempelajari meteri yang dihadapi. 3 Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan
yang sama. 4 Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab di antara para
anggota kelompok. 5 Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut
berpengaruh terhadap evaluasi kelompok. 6 Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh
keterampilan bekerja sama selama belajar. 7 Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual
materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
c. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif
Sesungguhnya perlu kita ketahui perbedaan pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran tradisional yang biasa digunakan guru dalam kelas,
yaitu:
commit to user Tabel 1. Perbedaan Pembelajaran Kooperatif dengan Pembelajaran
Tradisional
Pembelajaran Tradisional Pembelajaran Kooperatif
a. Guru sering membiarkan adanya siswa mendominasi kelompok atau
hanya menggantungkan diri pada kelompok.
b. Pemimpin kelompok sering dipilih oleh guru.
c. Akuntabilitas individual sering diabaikan, sehingga tugas-tugas
sering diborong oleh salah seorang anggota
kelompok, sedangkan
anggota yang
lain menjadi
“benalu” d. Keterampilan sosial sering tidak
diajarkan secara langsung e. Penekanan sering hanya pada
penyelesaian tugas. a. Saling
ketergantungan positif,
saling membantu,
dan saling
memeberikan motivasi sehingga ada interaksi promotif.
b. Pemimpin kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir.
c. Adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi
pelajaran pada setiap kelompok. Tiap kelompok diberi umpan balik
dari hasil belajar para anggotanya, sehingga dapat saling mengetahui
siapa yang memerlukan bantuan, dan
siapa yang
siap dalam
memberikan bantuan. d. Adanya keterampilan sosial yang
diperlukan dalam kerja kelompok diajarkan secara langsung, seperti:
kepemimpinan, komunikasi, serta mengelola konflik.
f. Penekanan tidak
hanya pada
penyelesaian tugas, tetapi juga hubungan interpesonal.
Sugiyanto, 2010: 42 Selain
perbedaan antara
pembelajaran kooperatif
dengan pembelajaran tradisisonal, tiga konsep sentral yang menjadi kareteristik
commit to user pembelajaran kooperatif sebagaimana dikemukakan Slavin yang dikutip
Isjoni 2009: 21, yaitu: 1 Penghargaan Kelompok
Penghargaan kelompok diperoleh jika kelompok mencapai skor di atas kriteria yang ditentukan. Keberhasilan kelompok
didasarkan pada penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antar personal yang saling mendukung,
saling membantu, dan saling peduli. 2 Pertanggungjawaban individu
Pertanggungjawaban ini menitikberatkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar. Adanya
pertanggungjawaban secara individu juga menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri
tanpa bantuan teman sekelompoknya. 3 Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan
Dengan melaksanakan model pembelajaran cooperative learning, siswa memungkinkan dapat meraih keberhasilan dalam
belajar, disamping itu juga bisa melatih siswa untuk memiliki keterampilan, baik keterampilan berpikir thinking skill maupun
keterampilan sosial social skill. Beberapa ahli menyatakan bahwa model ini tidak hanya unggul
dalam membantu siswa memahami konsep yang sulit, tapi juga sangat berguna untuk menumbuhkan berpikir kritis, bekerja sama, dan membantu
teman. Dalam cooperative learning, siswa terlibat aktif pada proses pembelajaran sehingga memberikan dampak positif terhadap kualitas
interaksi dan komunikasi yang berkualitas, dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya.
Menurut Slavin cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok
kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan stuktur kelompok yang heterogen. Sedangkan Sunal dan Hans, mengemukakan cooperative
commit to user learning merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang
khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerja sama selama proses pembelajaran. Selanjutnya Stahl menyatakan cooperative
learning dapat meningkatkan belajar siswa lebih baik dan meningkatkan sikap tolong-menolong dalam perilaku sosial. dalam Isjoni, 2009: 12.
d. Keunggulan dan Kelemahan Model Kooperatif
Menurut Cilibert-Macmilan dalam Isjoni 2009: 23 ”Bila dibandingkan dengan pembelajaran yang masih konvesional, cooperative
learning memiliki beberapa keunggulan. Keunggulannya dilihat dari aspek siswa, adalah memberi peluang kepada siswa agar mengemukakan
dan membahas suatu pandangan, pengalaman, yang diperoleh siswa belajar secara bekerja sama dalam merumuskan ke arah satu pandangan
kelompok”.
Selanjutnya Jarolimek dan Parker yang dikutip Isjoni 2009: 24 mengatakan keunggulan yang diperoleh dalam pembelajaran kooperatif,
yakni: 1 Saling ketergantungan yang positif.
2 Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu. 3 Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas.
4 Suasana kelas yang rileks dan menyenangkan. 5 Terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa
dengan guru. 6 Memiliki banyak kesempatan untuk mengekpresikan pengalaman
emosi yang menyenangkan. Kelemahan model pembelajaran cooperative learning bersumber pada
dua faktor, yaitu faktor dari dalam intern dan faktor dari luar ekstern. Faktor dari dalam, yaitu:
1 Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, 2 Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan
dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai, 3 Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan
topik permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan,
commit to user 4 Saat diskusi kelas, terkadang didominasi seseorang. Hal ini
mengakibatkan siswa yang lain pasif. Sedangkan faktor dari luar ekstern yaitu lingkungan kelas itu sendiri.
e. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Ibrahim, et al. 2000 dalam Isjoni 2009: 27, merangkum tiga tujuan penting dari pembelajaran kooperatif, yaitu:
1 Hasil belajar akademik. Dalam pembelajaran kooperatif meskipun mencakup beragam
tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Di samping mengubah norma yang berhubungan dengan
hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan, baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja
bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik. 2 Penerimaan terhadap perbedaan individu
Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas
social, kemampuan dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi
untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai
satu sama lain. 3 Pengembangan keterampilan sosial
Tujuan ketiga pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerjasama dan kolaborasi. Keterampilan-
keterampilan sosial penting dimiliki siswa, sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial.
f. Keuntungan Penggunaan Pembelajaran Kooperatif
Menurut Sugiyanto 2010: 43 ada banyak nilai pembelajaran kooperatif diantaranya:
1 Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial 2 Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, ketrampilan,
informasi, perilaku sosial, dan pandangan – pandangan.
commit to user 3 Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial
4 Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai – nilai sosial dan komitmen
5 Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois 6 Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa
7 Berbagai ketrampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara
hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan 8 Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia
9 Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif
10 Meningnkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik
11 Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama
dan orientasi tugas.
5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
a. Hakikat Teknik Jigsaw
Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi
oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins Arends, 2001.Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson et. al. sebagai
metode Cooperative Learning. Teknik ini dapat digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara.
Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan
pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak
kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang
bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang
commit to user terdiri dari 4–6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling
ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut
kepada anggota kelompok yang lain. Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa
terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap
memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian, “siswa saling tergantung satu dengan yang lain
dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan” Lie, A., 2005.
Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi tim ahli saling membantu satu sama lain tentang
topic pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada tim kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota
kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli.
Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang
beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli.
Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik
tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.
b. Langkah-langkah Teknik Jigsaw
Langkah – langkah teknik Jigsaw dalam Sugiyanto 2010: 45 adalah: 1 Kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri 4 atau 5
siswa dengan karakteristik yang heterogen.
commit to user 2 Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks; dan setiap
siswa bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan akademik tersebut.
3 Para anggota dari beberapa tim yang berbeda memiliki tanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian akademik yang sama dan selanjutnya
berkumpul untuk saling membantu mengkaji bagian bahan tersebut. Kumpulan siswa semacam itu disebut kelompok pakar expert group
4 Selanjutnya para siswa yang berada dalam kelompok pakar kembali kembali ke kelompok semula home teams untuk mengajar anggota
lain mengenai materi yang telah dipelajari dalam kelompok pakar 5 Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam “home teams”, para
siswa dievaluasi secara individual mengenai bahan yang telah dipelajari.
Pembelajaran jigsaw dideskripsikan sebagai strategi pembelajaran dimana siswa dikelompokkan dalam kelompok-kelompok yang disebut
“kelompok asal”. Kemudian siswa juga menyusun “kelompok ahli” yang terdiri dari perwakilan “kelompok asal” untuk belajar danatau memecahkan
masalah yang spesifik. Setelah “kelompok ahli” selesai melaksanakan tugas maka anggota “kelompok ahli” kembali ke kelompok asal untuk
menerangkan hasil pekerjaan mereka di “kelompok ahli” tadi. Teknik jigsaw mengkondisikan siswa untuk beraktifitas secara
kooperatif dalam dua kelompok, yaitu kelompok asal dan kelompok ahli. Aktifitas tersebut meliputi saling berbagi pengetahuan, ide, menyanggah,
memberikan umpan balik dan mengajar rekan sebaya. Seluruh aktifitas tersebut dapat menciptakan lingkungan belajar dimana siswa secara aktif
melaksanakan tugas sehingga pembelajaran lebih bermakna.
c. Keunggulan dan Kelemahan Teknik Jigsaw
Menurut Sugiyanto 2010: 46 keunggulan model jigsaw dapat dijelaskan sebagai berikut:
1 Dapat digunakan secara efektif di tiap level, siswa telah mendapatkan keterampilan akademis mulai dari pemahaman, membaca maupun
keterampilan kelompok untuk belajar bersama. 2 Pada kegiatan ini guru berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan
dan memotivasi siswa untuk belajar mandiri.
commit to user 3 Menumbuhkan rasa tanggung jawab siswa, serta akan merasa senang
berdiskusi tentang akuntansi dalam kelompoknya. Namun setiap kelebihan pasti diikuti juga dengan sisi kelemahannya, antara
lain: 1 Untuk mengoptimalkan manfaat kerja kelompok, keanggotaan
kelompok harus heterogen, baik dari segi kemampuan maupun karakteristik lainnya.
2 Jumlah siswa yang bekerja sama dalam kelompok harus dibatasi agar kelompok tersebut dapat bekerja sama secara efektif, sebab suatu
ukuran kelompok dapat mempengaruhi kemampuan produktivitasnya. 3 Guru cenderung menggunakan kompetensi untuk memotivasi siswa
mereka, dan sering mengabaikan strategi yang didalamnya terdapat kerjasama dan motivasi teman sebaya yang dapat digunakan untuk
membantu siswa fokus terhadap prestasi akademik
6. Pembelajaran Ekspositori
a. Pengertian Pembelajaran Ekspositori
Pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang
guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Dalam sistem ini, guru menyampaikan bahan
dalam bentuk yang telah dipersiapkan secara rapi, sistematik, secara lengkap sehingga siswa tinggal menyimak dan mencernanya secara teratur dan tertib
Abin Syamsuddin Makmun, 2004: 233. Pada model ini dalam memberikan informasi dan penjelasan kepada
siswa, guru menggunakan alat bantu seperti gambar, bagan, grafik, dan lain- lain disamping memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan
pertanyaan. Guru hanya memberi informasi pada saat tertentu jika diperlukan, misalnya pada permulaan pelajaran, memberi contoh soal serta menjawab
pertanyaan siswa. Karena model ekspositori lebih menekankan kepada proses bertutur, maka sering juga dinamakan strategi ”chalk and talk”.
commit to user Model ekspositori adalah model pembelajaran yang digunakan dengan
memberikan keterangan terlebih dahulu definisi, prinsip dan konsep materi pelajaran serta memberikan contoh-contoh latihan pemecahan masalah dalam
bentuk ceramah, demonstrasi, tanya jawab dan penugasan. Siswa mengikuti pola yang ditetapkan oleh guru secara cermat. Penggunaan metode ekspositori
merupakan metode pembelajaran mengarah pada tersampaikannya isi pelajaran kepada siswa secara langsung.
Penggunaan model ini siswa tidak perlu mencari dan menemukan sendiri fakta-fakta, konsep dan prinsip karena telah disajikan secara jelas oleh
guru. Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model ekspositori cenderung berpusat kepada guru. Guru aktif memberikan penjelasan atau
informasi pembelajaran secara terperinci tentang materi pembelajaran. Model ekspositori sering dianalogikan dengan metode ceramah, karena sifatnya sama-
sama memberikan informasi.
b. Karakteristik Pembelajaran Ekspositori
Terdapat beberapa karakteristik strategi ekspositori di antaranya: 1 Strategi ekspositori dilakukan dengan cara menyampaikan materi pelajaran
secara verbal, artinya bertutur secara lisan merupakan alat utama dalam melakukan strategi ini, oleh karena itu sering orang mengidentikannya
dengan ceramah. 2 Biasanya materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang
sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal sehingga tidak menuntut siswa untuk berpikir ulang.
3 Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran itu sendiri. Artinya,setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan
dapat memahaminya dengan benar dengan cara dapat mengungkapkan kembali materi yang telah diuraikan.
Strategi pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada guru teacher centered approach.
Sebab dalam model ini guru memegang peran yang sangat dominan. Melalui
commit to user strategi ini guru menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur
dengan harapan materi pelajaran yang disampaikan itu dapat dikuasai siswa dengan baik. Fokus utama strategi ini adalah kemampuan akademik
academic achievement siswa.
c. Keunggulan dan Kelemahan Model Ekspositori
Menurut Wina Sanjaya 2010: 190 pembelajaran ekspositori merupakan model pembelajaran yang banyak dan sering digunakan. Hal ini
disebabkan model ini memiliki beberapa keunggulan, di antaranya: 1 Dengan strategi pembelajaran ekspositori guru bisa mengontrol urutan dan
keluasan materi pembelajaran, ia dapat mengetahui sampai sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran yang disampaikan.
2 Strategi pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran yang harus dikuasai siswa cukup luas, sementara itu waktu yang
dimiliki untuk belajar terbatas. 3 Melalui strategi pembelajaran ekspositori selain siswa dapat mendengar
melalui penuturan kuliah tentang suatu materi pelajaran, juga sekaligus siswa bisa melihat atau mengobservasi melalui pelaksanaan demonstrasi.
4 Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini bisa digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar.
Model Ekspositori disamping memiliki kelebihan juga terdapat kelemahan. Kelemahan model pembelajaran ekspositori, yaitu:
1 Strategi pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara
baik. 2 Strategi ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu
baik perbedaan kemampuan, perbedaan pengetahuan, minat dan bakat, serta perbedaan gaya belajar.
3 Strategi ini lebih banyak dilakukan dengan ceramah, maka akan sulit mengembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi,
hubungan interpersonal, serta kemampuan berpikir kritis.
commit to user 4 Keberhasilan strategi ini sangat bergantung pada apa yang dimiliki guru,
serta persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat, antusiasme, motivasi dan berbagai kemampuan guru dalam mengelola kelas.
5 Strategi pembelajaran ini lebih banyak terjadi satu arah, maka kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa akan materi
pembelajaran akan sangat terbatas pula.
d. Langkah-langkah Pelaksanaan Model Ekspositori
Ada beberapa langkah dalam penerapan model ekspositori, yaitu: 1 Persiapan Preparation
Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan siswa untuk menerima pelajaran. Dalam ekspositori, langkah persiapan merupakan langkah yang
sangat penting. Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran menggunakan ekspositori sangat tergantung pada langkah persiapan. Beberapa hal yang
harus dilakukan dalam langkah persiapan di antaranya adalah: a Berikan sugesti yang positif dan hindari sugesti yang negatif.
b Mulailah dengan mengemukakan tujuan yang harus dicapai. c Bukalah file dalam otak siswa.
2 Penyajian Presentation Langkah penyajian adalah langkah penyampaian materi pelajaran sesuai
dengan persiapan yang telah dilakukan. Guru dalam melakukan penyajian ini harus berusaha agar materi pelajaran dapat dengan mudah
ditangkap dan dipahami oleh siswa. Hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan langkah ini, yaitu:
a. Penggunaan bahasa b. Intonasi suara
c. Menjaga kontak mata dengan siswa d. Menggunakan joke-joke yang menyegarkan
3 Korelasi Correlation Langkah korelasi adalah langkah menghubungkan materi pelajaran dengan
pengalaman siswa atau dengan hal-hal lain yang memungkinkan siswa
commit to user dapat menangkap keterkaitannya dalam struktur pengetahuan yang telah
dimilikinya. Langkah korelasi dilakukan untuk memberikan makna terhadap materi pelajaran, baik makna untuk memperbaiki struktur
pengetahuan yang telah dimilikinya maupun makna untuk meningkatkan kualitas kemampuan berpikir dan kemampuan motorik siswa.
4. Menyimpulkan Generalization Menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti core dari materi
pelajaran yang telah disajikan. Langkah menyimpulkan merupakan langkah yang sangat penting dalam ekspositori, sebab melalui langkah
menyimpulkan siswa akan dapat mengambil inti sari dari proses penyajian. 5. Mengaplikasikan Application
Langkah aplikasi adalah langkah unjuk kemampuan siswa setelah mereka menyimak penjelasan guru. Langkah ini merupakan langkah yang sangat
penting dalam proses pembelajaran ekspositori, sebab melalui langkah ini guru akan dapat mengumpulkan informasi tentang penguasaan dan
pemahaman materi pelajaran oleh siswa. Teknik yang biasa dilakukan pada langkah ini diantaranya :
a. Dengan membuat tugas yang relevan dengan materi yang telah disajikan.
b. Dengan memberikan tes yang sesuai dengan materi pelajaran yang telah disajikan.
e. Prinsip Penggunaan Model Pembelajaran Ekspositori
Strategi pembelajaran bisa diamati dari efektifnya strategi yang digunakan dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Pertimbangan
pertama penggunaan strategi pembelajaran adalah tujuan apa yang harus dicapai. Dalam Wina Sanjaya 2010: 181 penggunaan model pembelajaran
ekspositori terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh setiap guru,
antara lain : 1 Berorientasi pada Tujuan
2 Prinsip komunikasi
commit to user 3 Prinsip Kesiapan
4 Prinsip Berkelanjutan
Prinsip-prinsip tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1 Berorientasi pada Tujuan
Penyampaian materi pelajaran merupakan ciri utama dalam strategi pembelajaran ekspositori melalui metode ceramah, namum tanpa
meninggalakan tujuan pembelajaran. Justru tujuan pembelajaranlah yang harus menjadi pertimbangan utama dalam penggunaan strategi Ekspositori.
Tujuan pembelajaran harus dirumuskan dalam bentuk tingkah laku yang dapat diukur atau berorientasi pada kompetensi yang harus dicapai oleh
siswa. Hal ini sangat penting untuk karena tujuan yang spesifik me- mungkinkan
bisa mengontrol
efektivitas penggunaan
strategi pembelajaran.
2 Prinsip komunikasi Dalam proses komunikasi guru berfungsi sebagai sumber pesan dan siswa
berfungsi sebagai penerima pesan. Sistem komunikasi dikatakan efektif manakala pesan itu dapat mudah ditangkap oleh penerima pesan secara
utuh. prinsip komunikasi merupakan prinsip yang sangat penting untuk diperhatikan, dalam upaya yang bisa dilakukan agar setiap guru dapat
menghilangkan setiap gangguan noise yang bisa mengganggu proses komunikasi.
3 Prinsip Kesiapan Siswa dapat menerima
informasi sebagai stimulus yang kita berikan,terlebih dahulu kita harus memposisikan mereka dalam keadaan
siap baik secara fisik maupun psikis untuk menerima pelajaran. 4 Prinsip Berkelanjutan
Proses pembelajaran ekspositori harus dapat mendorong siswa untuk mempelajari materi pelajaran lebih lanjut. Pembelajaran bukan hanya
berlangsung pada saat itu, akan tetapi juga untuk waktu selanjutnya.
commit to user Keberhasilan penggunaan model ekspositori sangat tergantung pada
kemampuan guru untuk bertutur atau menyampaikan materi pelajaran.
7. Prestasi Belajar
Pendidikan adalah suatu proses yang sadar tujuan. Fokus kegiatan pembelajaran di sekolah adalah interaksi pendidik dan peserta didik dalam
mempelajari suatu materi pelajaran yang tersusun rapi dalam suatu kurikulum. Untuk mengetahui sejauh mana pencapaian tujuan dari proses belajar mengajar,
maka diperlukan suatu kegiatan evaluasi. Hasil dari evaluasi ini akan memberikan gambaran mengenai prestasi belajar dari peserta didik
Prestasi diambil dari bahasa Belanda yaitu “prestatie” yang dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang artinya “hasil usaha”. Belajar adalah perubahan
tingkah laku yang sedikitnya mencakup tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. “To overcome obstacle, to exercise power, to strive to do
something difficult as well and as quickly as possible” yang artinya “Kebutuhan untuk prestasi adalah mengatasi hambatan, melatih kekuatan, berusaha melakukan
sesuatu yang sulit dengan baik dan secepat mungkin” dikutip Muray dalam Beck 1990 : 290. Sedangkan menurut W.J.S Purwadarminto 1999: 767 prestasi
belajar adalah hasil yang dicapai sebaik - baiknya menurut kemampuan anak pada waktu tertentu terhadap hal - hal yang dikerjakan atau dilakukan“. Winkel 1996:
162 mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai
dengan bobot yang dapat dicapain olehnya” Jadi dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai peserta didik dalam proses belajar
sehingga terdapat proses perubahan dalam pemikiran atau pengetahuan serta tingkah lakunya.
8. Akuntansi