Persiapan Hewan Uji dan Bahan Pemingsan

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Persiapan Hewan Uji dan Bahan Pemingsan

Lobster air tawar yang digunakan dalam penelitian ini memiliki karakteristik yang sesuai dengan SNI 01-4488-1998, persyaratan lobster air tawar sebagai bahan uji transportasi BSN 2007 a . Lobster yang digunakan sebagai bahan uji dalam keadaan sehat, tidak cacat fisik dan tidak mengalami pergantian kulit moulting, serta tidak dalam keadaan bertelur. Kondisi awal lobster air tawar yang digunakan dalam penelitian ini memiliki keseimbangan yang baik di dalam air. Hal ini ditandai dengan posisi lobster yang tegak dan kokoh, aktif, agresif dan responsif di dalam air. Lobster akan memberikan reaksi kejutan yang sangat tinggi saat suatu benda atau tangan didekatkan kepada lobster. Lobster menunjukkan pertahanan yang kuat saat diangkat dari air, ditandai dengan mengepaknya bagian ekor, meronta dan kedua capit sangat responsif. Penanganan lobster untuk transportasi disesuaikan dengan metode yang diatur dalam SNI 01-4490-1998. Tahapan tersebut terdiri atas penanganan awal, pengangkutan, sortasi, penampungan dan pengkondisian, penenangan, serta pengemasan BSN 2007 b . Sortasi lobster dilakukan untuk memperoleh ukuran dan bobot hewan uji yang setara. Lobster uji yang digunakan memiliki panjang pada kisaran 7,0 ± 0,297 cm dan bobot tubuh 18,98 ± 1,835 gram Lampiran 1. Penampungan dan pengkondisian diawali dengan proses pengendapan air keran yang akan digunakan sebagai media penampung lobster air tawar di laboratorium. Air keran yang digunakan didiamkan selama 3 hari, bertujuan untuk mengendapkan bahan-bahan terlarut yang dapat mempengaruhi derajat keasaman air. Proses adaptasi aklimatisasi lobster sebelum proses pemingsanan dilakukan selama satu minggu. Selama dua hari terakhir sebelum proses pemingsanan, lobster dipuasakan terlebih dahulu. Hal ini bertujuan untuk mengurangi sebanyak mungkin kotoran yang ada dalam perut, serta mengurangi aktivitas metabolisme lobster selama transportasi Suryaningrum et al. 1993. Akar tuba sebagai bahan pemingsan, memiliki kandungan aktif rotenon sebesar 5,0 ww hingga 13,0 ww. Selain itu, akar tuba juga memiliki rotenoid lain, yaitu deguelin, elipton, toksikarol, sumatrol, teprosin, dan malakol Dev dan Koul 1997 dalam Irwan 2006. Sedangkan menurut penelitian Kidd dan James 1991 dalam Irwan 2006, rotenon sedikit larut dalam air, yaitu sekitar 16 mgL air pada suhu 100 o C. Berdasarkan hasil perhitungan rendemen, akar tuba yang digunakan dalam penelitian ini mengandung 13,184 kadar ekstrak kental akar tuba Lampiran 2. Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan 500 ml larutan etanol 95. Hasil tersebut merupakan ekstrak yang di dalamnya mengandung keseluruhan rotenoid kandungan akar tuba belum dimurnikan. Pengentalan ekstraksi dilakukan dengan menggunakan alat rotary vacuum epavorator sebagaimana tampak pada Gambar 6. Gambar 6 Proses pengentalan ekstrak akar tuba dengan alat rotary vacuum epavorator

4.2 Pengaruh Ekstrak Akar Tuba Derris elliptica Roxb. Benth Terhadap