Pengujian Kualitas Air Pemingsanan Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus) dengan Ekstrak Akar tuba (Derris elliptica Roxb. Benth) dan Kelulusan Hidupnya selama Penyimpanan dalam Media Serbuk Gergaji

Hasil pengujian dengan metode Tukey menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan nyata antara 20 ppm dan 17,5 ppm dalam memberikan pengaruh mortalitas lobster air tawar. Pengaruh berbeda nyata hanya terlihat antara konsentrasi 20 ppm dengan konsentrasi uji selain 17,5 ppm 5 ppm; 7,5 ppm; 10 ppm; 12,5 ppm; dan 15 ppm. Pengaruh berbeda nyata juga tidak ditemukan masing-masing diantara konsentrasi 5 ppm; 7,5 ppm; 10 ppm; 12,5 ppm; 15 ppm; dan 17,5 ppm. Penyebab kematian pada konsentrasi uji 20 ppm dan 17,5 ppm diduga karena bahan aktif yang terdapat pada ektrak akar tuba adalah rotenoid. Kedua konsentrasi tersebut diduga mengandung bahan aktif anestetif yang tidak dapat ditolerir oleh lobster air tawar. Menurut Matsumura 1985 dalam Irwan 2006, bahan aktif ini akan menginaktifkan enzim respirasi dan menghasilkan asam glutamik sehingga laju respirasi pada ikan akan berkurang, dan pada akhirnya bisa menyebabkan kematian pada ikan lobster.

4.6 Pengujian Kualitas Air

Kualitas air merupakan salah satu faktor yang memberikan pengaruh mendasar bagi kelangsungan hidup lobster air tawar. Pengujian kualitas air pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik kimia fisik air baik sebelum maupun setelah proses pemingsanan. Pengujian sebelum proses pemingsanan bertujuan untuk melihat kelayakan kualitas air yang akan digunakan sebagai media pada proses pemingsanan. Sedangkan, proses pengujian kualitas air setelah proses pemingsanan bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pemberian berbagai konsentrasi berbeda terhadap karakteristik fisik kimia air yang telah digunakan setelah proses pemingsanan. Berdasarkan ketiga pengujian parameter sebelumnya, konsentrasi yang akan digunakan pada pengujian kualitas air dan pengujian selanjutnya adalah 10 ppm; 12,5 ppm; dan 15 ppm. Konsentrasi 5 ppm dan 7,5 ppm tidak digunakan pada pengujian parameter ini dan pengujian selanjutnya oleh karena kedua konsentrasi itu tidak memberikan pengaruh berbeda yang nyata terhadap waktu pulih sadar lobster. Selain itu, kedua konsentrasi ekstrak akar tuba tersebut tidak dapat memingsankan keseluruhan lobster uji pada saat pengujian. Kedua konsentrasi uji lainnya, yaitu konsentrasi uji 17,5 ppm dan 20 ppm, juga tidak diujikan pada pengujian ini dan selanjutnya dikarenakan oleh kedua konsentrasi tersebut tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap nilai SR lobster air tawar. Selain itu, kedua konsentrasi tersebut menyebabkan kematian lobster pada saat pengujian. Parameter air yang diuji pada percobaan ini adalah DO, pH, dan TAN. Hasil pengukuran ketiga parameter kualitas air tersebut disajikan dalam Tabel 5. Tabel 5 Hasil pengukuran kualitas air sebelum dan sesudah proses pemingsanan Konsentrasi ppm DO pH TAN Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah 10 2,40±0,025 2,17±0,006 7,22±0,015 7,13±0,015 0,274±0,002 0,206±0,002 12,5 2,39±0,026 2,13±0,020 7,21±0,020 7,10±0,006 0,275±0,001 0,195±0,002 15 2,41±0,020 2,02±0,012 7,21±0,015 7,07±0,015 0,275±0,001 0,134±0,001 Keterangan: Konsentrasi yang dimaksud adalah konsentrasi ekstrak akar tuba Kandungan oksigen terlarut dalam air merupakan faktor pembatas dalam mendukung optimalisasi organisme perairan. Rust 2000 menyatakan bahwa oksigen dibutuhkan untuk mempertahankan kesehatan ikan dan sebagai fasilitator proses oksidatif kimiawi. Jika konsentrasi DO yang sesuai tidak dipertahankan, ikan akan stres yang akhirnya menyebabkan kematian Stickney 1979. Berdasarkan Tabel 5, kandungan DO air yang digunakan sebelum proses pemingsanan terlihat merata. Kandungan DO air tertinggi ditunjukkan oleh pemberian 10 ppm ekstrak akar tuba, yaitu sebesar 2,17±0,006 mgL. Sebaliknya, pemberian ekstrak akar tuba dengan konsentrasi 15 ppm menyebabkan kandungan DO air setelah proses pemingsanan menurun hingga sebesar 2,02±0,012 mgL. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi uji yang diberikan akan menyebabkan kandungan DO semakin menurun. Semakin tinggi konsentrasi yang diberikan maka semakin besar bahan aktif terkandung yang akan menginaktifkan enzim respirasi dan menghasilkan asam glutamik sehingga laju respirasi pada lobster akan berkurang Matsumura 1985 dalam Irwan 2006. Kandungan DO pada kisaran 1,0 – 5,0 mgL merupakan kisaran yang menyebabkan kondisi ikan lobster masih hidup dengan pertumbuhan lambat bila terjadi dalam jangka waktu yang lama Swingle 1969 dalam Boyd 1990. Sedangkan menurut Rouse 1977, lobster masih dapat mentolerir kadar oksigen hingga 10 ppm. Oleh karena itu, kandungan DO air yang digunakan selama penelitian bisa dinyatakan masih dalam kisaran yang mampu mendukung bagi kehidupan lobster air tawar selama transportasi. Dengan kata lain, pemberian ekstrak akar tuba dengan berbagai konsentrasi tidak menyebabkan penurunan DO yang membahayakan bagi kelangsungan hidup lobster air tawar. Kemampuan air menahan perubahan pH sangatlah penting bagi kelangsungan hidup ikan. Kemampuan kapasitas buffer perairan ini berhubungan dengan adanya karbonat, bikarbonat, dan hidroksida. Air dengan kesadahan rendah memiliki kemampuan yang rendah dalam menahan keasaman Shepherd 1992. Semakin tinggi kapasitas buffer perairan akan semakin mampu untuk menahan perubahan pH yang menyebabkan stres pada ikan lobster. Derajat asam pH air yang digunakan pada penelitian ini terlihat merata Tabel 5 pada setiap perlakuan. Pemberian ekstrak akar tuba menyebabkan penurunan nilai pH di setiap perbedaan konsentrasi yang diberikan. Nilai pH yang menunjukkan nilai paling asam diperoleh dari pemberian ekstrak akar tuba dengan konsentrasi 15 ppm 7,07±0,015 mgL, sedangkan derajat air yang lebih basa ditunjukkan oleh pemberian ekstrak akar tuba dengan konsentrasi 10 ppm, yaitu sebesar 7,13±0,015 mgL. Menurut Swingle 1969 dalam Boyd 1990, kisaran pH 6,5 – 9,0 merupakan kisaran yang layak bagi ikan lobster untuk reproduksi. Kisaran pH air yang digunakan pada penelitian ini masih berada pada kisaran tersebut, sehingga bisa diasumsikan bahwa perubahan pH air akibat pemberian ekstrak akar tuba masih dapat ditolerir oleh lobster untuk tetap bertahan hidup. Berdasarkan Tabel 5, perubahan nilai TAN semakin menurun sejalan dengan semakin tinggi konsentrasi ekstrak akar tuba yang digunakan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi yang diberikan akan semakin besar menekan laju metabolisme lobster yang diuji. Selain itu, nitrogen dalam bentuk amoniak di dalam air merupakan kompetitor utama oksigen dalam berikatan dengan hemoglobin darah. Oleh karena itu, jika kandungan DO dalam air masih tinggi akan mereduksi produksi nitrogen di dalam air. Menurut Lesmana 2004, ketahanan udang lobster terhadap amoniak bervariasi menurut jenis dan stadianya. Konsentrasi sebesar 0,45 mgL akan menghambat laju pertumbuhan sebesar 50. Rata-rata nilai TAN air pada penelitian ini berada pada kisaran yang lebih kecil dari 0,45 mgL, yaitu 0,206±0,002 mgL; 0,195±0,002 mgL; dan 0,134±0,001mgL. Oleh karena itu, nilai TAN yang dihasilkan pada percobaan ini bisa diasumsikan masih berada pada kisaran yang masih mendukung bagi kehidupan lobster air tawar.

4.7 Pengujian Kelulusan Hidup Lobster Air Tawar selama Proses