pulih sadar terkecil tercepat ditunjukkan oleh pemberian ekstrak akar tuba dengan konsentrasi 5 ppm, yaitu 14,42 menit. Sebaliknya, pemberian ekstrak akar
tuba dengan konsentrasi 20 ppm menyebabkan waktu pulih sadar yang paling lama dibutuhkan oleh lobster air tawar, yaitu 41,50 menit. Pengaruh pemberian
ekstrak akar tuba dengan konsentrasi berbeda terhadap waktu pulih sadar, dibuktikan dengan pengujian metode Rancangan Acak Lengkap RAL.
Berdasarkan pengujian dengan metode RAL α=0,05, perbedaan konsentrasi
ektrak akar tuba memberikan pengaruh nyata terhadap waktu pulih sadar yang dibutuhkan oleh lobster untuk sadar kembali Lampiran 5a. Pengaruh yang
berbeda nyata dari masing-masing konsentrasi selanjutnya dibuktikan dengan pengujian lanjut Tukey Lampiran 5b.
Pengujian lanjut dengan metode Tukey α=0,05 menujukkan adanya
pengaruh yang berbeda nyata dari perbedaan konsentrasi ekstrak akar tuba terhadap waktu pulih sadar lobster air tawar, kecuali antara konsentrasi 5 ppm
dengan 7,5 ppm. Pengaruh berbeda nyata tidak ditemukan diantara konsentrasi 5 ppm dengan 7,5 ppm; terhadap waktu pulih sadar. Selain daripada itu, pengaruh
berbeda nyata ditunjukkan oleh tiap-tiap konsentrasi lainnya, termasuk antara konsentrasi 7,5 ppm dengan 10 ppm.
Hasil pengujian tersebut di atas menunjukkan adanya pengaruh pemberian ekstrak akar tuba terhadap proses pingsan lobster air tawar. Hal ini diduga
disebabkan oleh adanya bahan aktif rotenoid yang terkandung di dalam akar tuba. Selain itu, pengujian di atas juga menunjukkan bahwa semakin besar
konsentrasi uji yang diberikan akan menyebabkan proses penyadaran yang lebih lama, karena semakin besar jumlah bahan aktif yang berada pada sistem peredaran
darah membutuhkan waktu yang lebih lama untuk bisa kembali ke kondisi normal. Nilai pH dan kandungan O
2
terlarut dalam air juga mempengaruhi limit waktu yang dibutuhkan oleh lobster untuk pulih kembali ke kondisi normal.
4.5 Survival Rate Lobster Air Tawar Cherax quadricarinatus
Parameter survival rate SR pada penelitian ini dibedakan menjadi dua, yaitu SR setelah proses pemulihan sadar setelah pemberian ekstrak akar tuba dan SR
setelah proses simulasi transportasi sistem kering. Pengujian parameter SR pada
percobaan ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi uji yang akan digunakan untuk proses simulasi transportasi kering.
Hipotesis awal pengujian ini adalah pemberian ekstrak akar tuba tidak memberikan pengaruh nyata terhadap mortalitas lobster air tawar. Pemberian
ekstrak akar tuba dengan konsentrasi berbeda memberikan pengaruh nyata terhadap nilai SR lobster air diasumsikan sebagai hipotesis pembanding. Hasil
perhitungan nilai SR disajikan dalam Gambar 9.
Keterangan:
8
= sebanyak 13,33 lobster uji dinyatakan mati setelah 1 jam proses penyadaran kembali
88
= sebanyak 26,67 lobster uji dinyatakan mati setelah 1 jam proses penyadaran kembali
Gambar 9 Grafik pengaruh pemberian ekstrak akar tuba dengan berbagai konsentrasi berbeda terhadap nilai SR
Pemberian ektrak akar tuba secara umum tidak menyebabkan kematian terhadap lobster air tawar, kecuali pada konsentrasi 17,5 ppm dan 20 ppm.
Konsentrasi 17,5 ppm dan 20 ppm menyebabkan kematian pada lobster air tawar, sehingga nilai SR masing-masing adalah 86,67 dab 73,33. Pengaruh
pemberian ekstrak akar tuba terhadap nilai SR selanjutnya diuji dengan menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap RAL.
Berdasarkan pengujian dengan metode RAL Lampiran 6a, pada selang kepercayaan 95, pemberian ekstrak akar tuba dengan konsentrasi berbeda
memberikan pengaruh nyata terhadap nilai SR lobster air tawar. Hasil ini selanjutnya dipastikan dengan pengujian dengan menggunakan metode Tukey
Lampiran 6b.
Hasil pengujian dengan metode Tukey menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan nyata antara 20 ppm dan 17,5 ppm dalam memberikan pengaruh
mortalitas lobster air tawar. Pengaruh berbeda nyata hanya terlihat antara konsentrasi 20 ppm dengan konsentrasi uji selain 17,5 ppm 5 ppm; 7,5 ppm;
10 ppm; 12,5 ppm; dan 15 ppm. Pengaruh berbeda nyata juga tidak ditemukan masing-masing diantara konsentrasi 5 ppm; 7,5 ppm; 10 ppm; 12,5 ppm; 15 ppm;
dan 17,5 ppm. Penyebab kematian pada konsentrasi uji 20 ppm dan 17,5 ppm diduga karena
bahan aktif yang terdapat pada ektrak akar tuba adalah rotenoid. Kedua konsentrasi tersebut diduga mengandung bahan aktif anestetif yang tidak dapat
ditolerir oleh lobster air tawar. Menurut Matsumura 1985 dalam Irwan 2006, bahan aktif ini akan menginaktifkan enzim respirasi dan menghasilkan asam
glutamik sehingga laju respirasi pada ikan akan berkurang, dan pada akhirnya bisa menyebabkan kematian pada ikan lobster.
4.6 Pengujian Kualitas Air