Waktu Onset Pemingsanan Pemingsanan Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus) dengan Ekstrak Akar tuba (Derris elliptica Roxb. Benth) dan Kelulusan Hidupnya selama Penyimpanan dalam Media Serbuk Gergaji

4.3 Waktu Onset Pemingsanan

Penentuan kondisi pingsan lobster air tawar pada penelitian ini berdasarkan kriteria lobster pingsan oleh Wibowo et al. 1994, yaitu lobster diam tidak bergerak sama sekali baik di dalam air maupun di udara terbuka, namun jika dibiarkan di udara beberapa saat 5-10 menit, lobster mulai bergerak-gerak lemah pada kaki jalan dan disekitar mulut. Pencatatan waktu onset pemingsanan dilakukan mulai dari kondisi lobster normal sampai kondisi pingsan. Pencatatan ini bertujuan untuk melihat pengaruh penambahan ekstrak akar tuba terhadap waktu yang dibutuhkan lobster hingga pingsan. Hipotesis awal pada parameter ini adalah bahwa pemberian berbedaan konsentrasi ekstrak akar tuba tidak berpengaruh terhadap waktu onset yang dibutuhkan oleh lobster hingga pingsan. Sebaliknya, hipotesis pembandingnya adalah perbedaan konsentrasi ekstrak akar tuba memberikan pengaruh terhadap waktu onset pemingsanan. Hasil pencatatan waktu onset disajikan dalam grafik pada Gambar 7. Gambar 7 Grafik pengaruh pemberian ekstrak akar tuba dengan berbagai konsentrasi berbeda terhadap waktu onset Gambar 7 menunjukkan bahwa adanya penambahan berbagai konsentrasi ekstrak akar tuba menyebabkan waktu onset yang dibutuhkan hingga pingsan berbeda-beda. Waktu terkecil yang dibutuhkan lobster hingga pingsan ditunjukkan oleh pemberian ekstrak akar tuba dengan konsentrasi 20 ppm, yaitu selama 150,67 menit. Sebaliknya, waktu yang paling lama dibutuhkan hingga lobster pingsan ditunjukkan oleh pemberian ekstrak akar tuba dengan konsentrasi 5 ppm, yaitu selama 226,69 menit. Gambar di atas juga menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi ekstrak akar tuba yang diberikan, menyebabkan waktu onset yang dibutuhkan lobster hingga pingsan semakin kecil cepat. Pencatatan waktu onset selanjutnya diuji dengan menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap RAL. Berdasarkan pengujian dengan menggunakan metode RAL Lampiran 4a, pada selang kepercayaan 95 menunjukkan bahwa perbedaan konsentrasi ekstrak akar tuba memberikan pengaruh nyata terhadap waktu onset pemingsanan lobster air tawar. Hasil uji ini selanjutnya diuji lanjut dengan menggunakan metode Tukey, yang hasilnya disajikan dalam Lampiran 4b. Hasil pengujian lanjut Tukey α=0,05 menunjukkan bahwa terdapat pengaruh berbeda nyata pada masing-masing konsentrasi ekstrak akar tuba yang diberikan terhadap lobster air tawar. Pengaruh berbeda nyata ditunjukkan oleh setiap konsentrasi dengan setiap konsentrasi uji lainnya. Sebagai contoh, konsentrasi uji 5 ppm dengan konsentrasi lain 7,5 ppm; 10 ppm; 12,5 ppm; 15 ppm; 17,5 ppm; dan 20 ppm memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap waktu onset yang dibutuhkan lobster hingga pingsan. Berdasarkan hasil pengujian lanjut Tukey, pemberian ekstrak akar tuba dengan berbagai konsentrasi memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap waktu onset yang dibutuhkan oleh lobster hingga pingsan. Hal ini diduga disebabkan oleh adanya rotenoid yang terkandung dalam akar tuba yang dapat menyebabkan perubahan aktivitas fisiologis di dalam tubuh hewan berdarah dingin, seperti lobster. Bahan aktif akar tuba rotenoid akan menginaktifkan enzim respirasi dan menyebabkan ikan memproduksi asam glutamik, sehingga laju respirasi ikan lobster akan terhambat Matsumura 1985 dalam Irwan 2006. Hal inilah yang diduga bisa menyebabkan terjadinya lobster pingsan pada percobaan ini. Pengujian waktu onset akibat pemberian ekstrak akar tuba pada penelitian ini menujukkan rendahnya daya anestesi ekstrak akar tuba. Rendahnya daya anestesi ekstrak akar tuba penelitian ini dikarenakan oleh rendahnya konsentrasi ekstrak akar tuba yang digunakan. Selain itu, ekstrak akar tuba yang digunakan juga merupakan ekstrak kasar yang didalamnya masih ada kemungkinan terjadinya proses dekomposisi bahan aktif. Daya anestesi yang rendah ini juga dipengaruhi oleh beberapa faktor lain, seperti faktor hewan uji, bahan baku, dan teknis ekstraksi. Lukito dan Prayugo 2007 menyatakan bahwa lobster air tawar memiliki kisaran toleransi yang tinggi terhadap perubahan lingkungan kualitas air, yakni suhu, pH, salinitas, dan kandungan O 2 maupun CO 2 , sehingga diduga lobster air tawar mampu mentolerir bahan anestesi ekstrak akar tuba sampai tingkat konsentrasi yang cukup tinggi.

4.4 Waktu Pulih Sadar Lobster Air Tawar Cherax quadricarinatus