Rantai Tata Niaga I Rantai Tata Niaga II Rantai Tata Niaga III
Gambar 19 Rantai tata niaga dan benefit share pemasaran komoditas ayam buras di Provinsi Riau
Pedagang pengecer merupakan pelaku pemasaran yang dapat bergerak pada semua tingkatan tata niaga. Bagi pedagang yang mempunyai sarana
transportasi, maka mempunyai kesempatan untuk memperoleh komoditas ayam buras langsung dari peternak. Selain mendatangi peternak, pedagang pengecer
juga memperoleh ayam buras yang langsung diantar oleh peternak. Hal ini dilakukan oleh peternak untuk memperoleh nilai jual yang lebih baik.
5.3.5 Kelembagaan Pemasaran Komoditas Peternakan
Secara umum, pemasaran komoditas peternakan pada empat jenis komoditas yang diteliti masih berlangsung berdasarkan dinamika pasar. Semua
pelaku pemasaran masih dapat bertransaksi tanpa ada halangan misalnya pedagang besar dapat secara langsung membeli ke peternak tanpa melewati
pedagang pengumpul. Begitu juga pelaku pemsaran antar wilayah. Pedagang wilayah tujuan dapat langsung bertransaksi dengan peternak di wilayah asal.
Terdapat dua jenis ukuran dalam transaksi jual beli. Untuk komoditas sapi dan kerbau jual beli dengan satuan ekor. Dalam memperkirakan harga komoditas
sapi dan kerbau, setiap pedagang selalu berpatokan pada berat daging dan dikalikan dengan harga daging pada saat itu di tingkat konsumen. Berat daging
Peternak i
Pedagang Pengecer i
Konsumen i Pedagang Besar i
58,24 Peternak i
Pedagang Pengecer i
Konsumen i 55,85
41,76 Pedagang Pengumpul i
44,15 Peternak i
Pedagang Pengecer i
Konsumen i 100
per ekor ini diperoleh dari estimasi peternak. Sedangkan untuk komoditas ayam berdasarkan berat hidup. Berat hidup diperoleh dengan ditimbang.
Kelembagaan pemasaran pada rantai tata niaga yang ada di Provinsi Riau belum terorganisir dengan baik. Secara formal, kelembagaan yang baik hanya
pada pedagang besar ayam ras pedaging. Hal ini karena ada ikatan antara peternak dengan pedagang besar dalam bentuk kemitraan. Sedangkan pedagang lainnya,
terutama untuk pelaku pemasaran komoditas sapi, kerbau dan ayam buras, tidak mempunyai lembaga tertentu. Komunikasi yang terjalin antar pelaku pemasaran
berkembang secara informal dan bergerak secara sendiri-diri. Pengelolaan sistem kelembagaan pada rantai tata niaga komoditas
peternakan dapat dilakukan dengan melakukan koordinasi dan pendekatan dengan pelaku pemasaran agar kebutuhan komoditas, penetapan harga, dan margin share
lebih adil antara peternak dan pelaku pemasaran. Salah satu entry point yang dapat dilakukan pemerintah adalah dengan mengembangkan lembaga keuangan mikro
dan perbaikan prasarana pemasaran. Menurut penelitian Gunawan 2002 pada kelembagaan ayam buras, untuk
mengembangkan ayam buras masih diperlukan berbagai upaya seperti perbaikan kelembagaan, pemasaran, teknologi budidaya dan penyuluhan. Perbaikan
kelembagaan dilakukan guna menjamin terlaksananya sistem agribisnis. Oleh karena itu perlu ditingkatkan kerjasama antar lembaga yang mendukung sistem
agribisnis. Lembaga terkait adalah pusat pembibitan, koperasi, kreditur, pedagang, dan peternak itu sendiri.
5.4 Analisis Hirarki Wilayah Peternakan