Distribusi keuntungan benefit share pada Gambar 18 memperlihatkan bahwa nilai tambah terbesar dari pemasaran komoditas ayam ras pedaging
dinikmati oleh pedagang pengecer di wilayah tujuan 37,10 pada rantai tata niaga I dan 50,72 pada rantai tata niaga II. Sedangkan di wilayah asal nilai
tambahnya lebih kecil. Semakin pendek rantai tata niaga maka nilai benefit share yang diperoleh pedagang pengecer di wilayah tujuan semakin besar.
Pedagang besar wilayah asal pada pemasaran komoditas ayam ras pedaging, melakukan penjualan dengan dua cara yaitu melalui pedagang perantara, yang
merupakan pedagang besar di wilayah tujuan, atau langsung bekerja sama dengan pedagang pengecer di wilayah tujuan. Sistem pemasaran ini berpengaruh pada
keuntungan yang diterima oleh pedagang besar wilayah asal. Keterbatasan dalam jarak dan jangkauan pemasaran, maka untuk wilayah yang berjarak tempuh jauh,
maka pemasaran ayam ras pedaging dilakukan melalui pedagang besar di wilayah tujuan. Akibat dari tambahan rantai tata niaga ini, maka ada distribusi keuntungan
yang disalurkan kepada masing-masing pelaku pemasaran.
5.3.4 Tata Niaga Pemasaran Komoditas Ayam Buras
Rantai tata niaga pemasaran komoditas ayam buras di Provinsi Riau yaitu : I.
Peternak wilayah asal – Pedagang Besar wilayah asal – Pedagang Pengecer wilayah asal – Konsumen wilayah asal;
II. Peternak wilayah asal – Pedagang Pengumpul wilayah asal - Pedagang
Pengecer wilayah asal – Konsumen wilayah asal; III.
Peternak wilayah asal –Pedagang Pengecer wilayah asal – Konsumen wilayah asal.
Komoditas ayam buras pada penelitian ini memperlihatkan tidak ada perdagangan komoditas ayam buras antar wilayah di Provinsi Riau. Perdagangan
ayam buras hanya terjadi di dalam wilayah Kabupaten dan Kota. Hal ini menunjukan bahwa kebutuhan daging ayam buras di semua wilayah di kabupatan
dan kota di Provinsi Riau dipenuhi oleh produksi wilayah itu sendiri. Dinamika harga komoditas ayam buras disajikan pada Tabel 30. Pada tabel
tersebut harga komoditas ayam buras relatif sama di semua rantai tata niaga. Memperhatikan rantai tata niaga, maka perdagangan ayam buras belum mampu
melakukan interaksi antar wilayah. Harga ayam buras yang relatif stabil dan sama
disemua wilayah merupakan salah satu penyebab. Disamping itu, permintaan daging ayam buras juga relatif tidak berfluktuasi.
Tabel 30 Perbandingan harga di tingkat peternak dan konsumen dan margin pada rantai tata niaga komoditas ayam buras Rp
Rincian Margin Persentase
No Rantai
Tata Niaga
Harga di Tingkat
Peternak Harga di
Tingkat Konsumen
Margin Biaya
Pemasaran Keuntungan
Biaya Pemasaran
Keuntungan 1 I 29.500 39.350 9.850 3.025 6.825 30,71 69,29
2 II 30.000 39.350 9.850 2.885 6.965 29,29 70,71
3 III 30.000 39.350 9.350 1.600 7.750 17,11 82,89
Margin yang diperoleh semakin kecil dengan semakin pendeknya rantai tata niaga. Disisi lain penurunan margin tidak menyebabkan penurunan keuntungan
yang diperoleh pelaku pemasaran. Semakin pendek rantai tata niaga ternyata keuntungan yang diperoleh pelaku pemasaran menjadi lebih besar dan biaya
pemasaran semakin kecil. Keuntungan yang diperoleh pelaku pemasaran komoditas ayam ras mencapai Rp 7.750 kg. Biaya pemasaran yang menyebabkan
penurunan margin adalah biaya transpotasi. Komoditas ayam buras merupakan komoditas dengan harga yang lebih
tinggi dibandingkan dengan ayam ras pedaging sehingga yang mengkonsumsi daging ayam buras hanya orang tertentu atau pada keadaan tertentu pula. Kondisi
tersebut misalnya ketika konsumen mempunyai pendapatan lebih atau merayakan peristiwa tertentu.
Bagan rantai tata niaga dan benefit share pemasaran komoditas ayam buras antar wilayah di Provinsi Riau ditampilkan pada Gambar 19. Pada gambar
tersebut efisiensi rantai tata niaga ayam buras tidak menurunkan harga jual komoditas, sama seperti rantai tata niaga pada komoditas sapi, kerbau, dan ayam
ras pedaging. Benefit share pada pemasaran komoditas ayam buras lebih banyak dinikmati oleh pedagang pengecer 41,76 pada rantai tata niaga I, 55,85 pada
rantai tata niaga II, dan 100 pada rantai tata niaga III. Hal ini menunjukan bahwa harga komoditas ayam buras sangat rentan terhadap kelebihan pasokan.
Keseimbangan antara pasokan dengan kebutuhan akan menyebabkan harga komoditas ayam buras tetap stabil. Jika dilihat dari potensi pengembangan maka
secara umum kebutuhan komoditas ayam buras dapat dipenuhi oleh produksi dari dalam wilayah. Jika ada peningkatan produksi maka pemasaran diarahkan ke luar
provinsi.
Rantai Tata Niaga I Rantai Tata Niaga II Rantai Tata Niaga III
Gambar 19 Rantai tata niaga dan benefit share pemasaran komoditas ayam buras di Provinsi Riau
Pedagang pengecer merupakan pelaku pemasaran yang dapat bergerak pada semua tingkatan tata niaga. Bagi pedagang yang mempunyai sarana
transportasi, maka mempunyai kesempatan untuk memperoleh komoditas ayam buras langsung dari peternak. Selain mendatangi peternak, pedagang pengecer
juga memperoleh ayam buras yang langsung diantar oleh peternak. Hal ini dilakukan oleh peternak untuk memperoleh nilai jual yang lebih baik.
5.3.5 Kelembagaan Pemasaran Komoditas Peternakan