Analisis hirarki yang digunakan pada penelitian ini adalah Model Skalogram. Daftar infrastruktur peternakan yang tersedia di Provinsi Riau dapat dilihat pada
Lampiran 5.
5.4.1 Analisis Hirarki Wilayah Produksi
Infrastruktur wilayah produksi yang diamati dibobot dengan jumlah penduduk dan ditambah variabel populasi ternak untuk masing-masing komoditas.
Hasil analisis Model Skalogram berbobot diperoleh hierarki wilayah dan Indeks Perkembangan Wilayah IPW yang dalam penelitian ini dititikberatkan pada
perkembangan sub sektor peternakan. Hasil analisis untuk wilayah produksi ternak adalah seperti pada Tabel 31.
Tabel 31 Hirarki dan tingkat perkembangan wilayah produksi berdasarkan ketersediaan infrastruktur peternakan
No KabupatenKota Hirarki
Indeks Perkembangan Wilayah
1 Kuantan Singingi
Hirarki 1 27,43
2 Indragiri Hulu
Hirarki 2 19,06
3 Pelalawan Hirarki
2 21,21
4 Kampar Hirarki
2 19,42
5 Rokan Hulu
Hirarki 2 17,77
6 Pekanbaru Hirarki
3 12,32
7 Indragiri Hilir
Hirarki 3 7,60
8 Siak Hirarki
3 13,23
9 Bengkalis Hirarki
3 12,40
10 Rokan Hilir Hirarki 3
5,96 11 Dumai
Hirarki 3
14,94 Pada Tabel 31 terlihat bahwa berdasarkan IPW diketahui bahwa Kabupaten
Kuantan Singingi merupakan wilayah utama produksi komoditas peternakan. Pada Hirarki kedua, yang merupakan wilayah tengah, terdapat Kabupaten
Indragiri Hulu, Pelalawan, Kampar dan Rokan Hulu. Hirarki kedua ini IPW dikategorikan sedang. Sedangkan kabupaten dan kota lainnya merupakan wilayah
dengan fasilitas peternakan yang rendah dengan kategori IPW rendah. Kondisi ini menggambarkan bahwa wilayah dengan jumlah populasi
ternaknya tinggi, tetapi tidak didukung oleh keberadaan infrastruktur yang cukup maka tingkat perkembangan wilayahnya akan rendah. Infrastruktur berguna dalam
mendukung dan memberikan pelayanan. Semakin besar populasi maka tentunya dibutuhkan infrastruktur yang besar pula.
Berdasarkan ketersediaan infrastruktur pula maka perencanaan suatu wilayah dapat disusun dengan baik. Untuk meningkatkan IPW maka perlu
ditingkatkan ketersediaan infrastruktur. Untuk wilayah yang berada pada Hirarki II, seperti Pelalawan dan Indragiri Hulu, mempunyai potensi berkembang karena
infrastruktur pelayanannya telah tersedia seperti rumah potong. Selanjutnya yang perlu dilakukan di kedua wilayah tersebut adalah memaksimalkan sumberdaya
ternaknya dengan meningkatkan produktifitas seperti peningkatan intensifikasi ternak sapi melalui inseminasi buatan, menekan angka kematian ternak dengan
penambahan pusat kesehatan hewan di wilayah padat ternak, dan meningkatkan populasi ternak dengan mendatangkan ternak dari wilayah lain. Sebagai pusat
pelayanan produksi ternak, maka pengembangan sentra pembibitan ternak perlu dikembangkan sehingga bibit-bibit unggul tidak terkuras, dan mampu
memproduksi ternak yang berkualitas. Secara spasial, hirarki wilayah produksi disajikan pada Gambar 20.
Gambar 20 Peta hirarki wilayah produksi komoditas peternakan Pada Gambar 20 terlihat bahwa pada sub sektor peternakan, wilayah
produksi yang berkembang adalah di Riau bagian selatan dengan Kabupaten Kuantan Singingi sebagai pusat wilayah produksi. Secara spasial terlihat bahwa
wilayah yang mengelilingi Kabupaten Kuansing merupakan wilayah dengan IPW
sedang dan selanjutnya diikuti oleh wilayah dengan IPW rendah, yang merupakan wilayah pesisir.
Hal ini memperlihatkan bahwa untuk meningkatkan produksi komoditas peternakan maka selain membangun Kabupaten Kuantan Singingi sebagai pusat
produksi, maka wilayah sekelilingnya perlu ditingkatkan infrastruktur peternakan terutama yang mendukung kegiatan budidaya. Selanjutnya, dengan meningkatkan
infrastruktur peternakan di wilayah Hirarki II, diharapkan wilayah tersebut berkembang menjadi wilayah Hirarki I.
5.4.2 Analisis Hirarki Wilayah Pemasaran