Analisis Tata Niaga Pemasaran Analisis Hirarki Wilayah Berdasarkan Infrastruktur Peternakan

3.4.3 Analisis Tata Niaga Pemasaran

Manfaat penggunaan analisis margin tata niaga pemasaran adalah melihat efisiensi sistem distribusi komoditas dari petani ke konsumen. Umumnya semakin panjang rantai tata niaga akan mengurangi persentase share petani dibandingkan dengan harga dipengguna akhir, sehingga keuntungan ekonomi tidak ditransfer ke petani tetapi ditransfer ke lembaga pemasaran terlibat. Analisis margin tata niaga digunakan untuk mengetahui efesiensi pemasaran komoditas peternakan. Data diperoleh melalui penelusuran mata rantai pemasaran komoditas di lokasi pemasaran. Beberapa faktor yang diduga mempengaruhi margin pemasaran komoditas peternakan adalah biaya angkutan, biaya perlakuan, biaya penyusutan, modal kerja, biaya karantina dan holding groud, kapasitas penjualan dan harga pembelian serta tingkat keterpaduan pasar Purwono 1993. Untuk mengetahui efisiensi sistem tataniaga ternak dilakukan dengan analisis margin tataniaga dengan formula Ilham 2001 : ∑ ∑ = = + = n j j m i i C M 1 1 π dimana : M = Marjin tataniaga C i = Biaya tataniaga i i= 1,2,3,…m m = Jumlah jenis pembiayaan π j = Keuntungan yang diperloleh lembaga tataniaga j j=1,2,3,...n n = Jumlah lembaga tataniaga yang terlibat dalam sistem tataniaga Analisis kelembagaan dilakukan dengan melihat kelembagaan selama pemasaran melalui wawancara. Wawancara akan dipandu dengan kuisioner. Contoh Kuisioner dapat dilihat pada Lampiran 6.

3.4.4 Analisis Hirarki Wilayah Berdasarkan Infrastruktur Peternakan

Analisis pusat pelayanan menggunakan Metode Skalogram. Tujuan analisis ini adalah untuk memperoleh kemampuan suatu wilayah peternakan dalam mengembangkan jenis usaha peternakan dalam bentuk “Indeks Perkembangan Wilayah”. Pelaksanaan analisis dengan skalogram dilakukan dua kali dengan dua parameter yang berbeda, yaitu pertama melihat ketersediaan infrastruktur untuk wilayah pemasaran dan yang kedua untuk wilayah produksi. Variabel tambahan berupa variabel bukan infrastruktur digunakan untuk mendukung fasilitas yang ada. Untuk menentukan hirarki wilayah produksi digunakan data populasi ternak dan untuk menentukan hirarki wilayah pemasaran digunakan data konsumsi daging dari empat komoditas terpilih sapi, kerbau, ayam ras pedaging dan ayam buras. Dalam metode skalogram dilakukan identifikasi jenis dan jumlah fasilitas yang mendukung kegiatan peternakan. Fasilitas ini mencakup tiga kelompok utama, yaitu : 1. Prasarana umum, meliputi fasilitas yang digunakan untuk pelayanan umum peternakan seperti karantina ternak, holding ground, pelayanan kesehatan ternak dan pusat pelatihan. 2. Prasarana pemasaran, meliputi fasilitas yang mendukung kegiatan pemasaran seperti rumah potong, pasar ternak dan pasar. 3. Prasarana budidaya, meliputi pelayanan penyuluhan, balai bibit, Pembibitan hijauan makanan ternak, dan pos inseminasi buatan. Nilai Model skalogram dengan ”Indeks Perkembangan Wilayah”, merupakan dasar dalam menentukan hirarki kabupatenkota. Klasifikasi hirarki wilayah dikelompokan ke dalam tiga klasifikasi, yaitu hirarki 1 merupakan hirarki tinggi, hirarki 2 merupakan hirarki sedang dan hirariki 3 merupakan hirarki rendah. Wilayah yang mempunyai tingkat perkembangan yang tinggi merupakan pusat bagi wilayah yang hirarki lebih rendah. Sedangkan kabupatenkota dengan tingkat perkembangan yang lebih rendah merupakan wilayah hinterland yaitu wilayah yang mendapat pelayanan dari wilayah pusat. Pada wilayah produksi, wilayah yang hirarki lebih tinggi merupakan wilayah pusat pengembangan komoditas peternakan, sedangkan wilayah dengan hirarki yang lebih rendah mendukung dan mengikuti perencanaan pengembangan komoditas peternakan pada wilayah pusat. Pada wilayah pemasaran, wilayah yang mempunyai hirarki lebih tinggi merupakan wilayah pusat pemasaran yang berfungsi menyediakan kebutuhan komoditas peternakan di wilayah hinterland nya atau wilayah yang hirarkinya lebih rendah.

3.4.5 Analisis Spasial