Analisis Daya Dukung Wilayah

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisis Daya Dukung Wilayah

Analisis daya dukung suatu wilayah untuk sub sektor peternakan dimaksudkan untuk menilai secara optimal potensi sumberdaya yang ada untuk pengembangan ternak. Menurut Suhardjo et al. 1997 secara umum Provinsi Riau terdiri atas daerah pengunungan di bagian barat, beralih secara berangsur-angsur ke perbukitan dan menurun melandai ke arah timur hingga daerah dataran, aluvial, daerah gambut dan dataran marin di daerah pantai. Pada penelitian ini ada dua pendekatan dalam mengukur potensi populasi ternak, yaitu dengan pendekatan daya dukung bahan makanan ternak dan dengan pendekatan nilai konsumsi masyarakat. Pendekatan daya dukung bahan makanan ternak biasanya digunakan untuk penghitung potensi populasi ternak ruminansia seperti sapi, kerbau, kambing dan domba. Pendekatan yang kedua yaitu berdasarkan nilai konsumsi masyarakat digunakan untuk menghitung potensi populasi ternak unggas seperti ayam ras, ayam buras dan itik. Daya dukung yang dianalisis pada penelitian ini adalah daya dukung rumput alam dan limbah pertanian tanpa pengolahan dan pakan tambahan lainnya. Luas lahan potensial tersebut ditampilkan pada Tabel 13. Tabel 13 Luas lahan potensial sumber pakan ternak menurut jenis dan kabupatenkota Luas Potensi Hijauan Ha No KabupatenKota Tanaman Pangan Padang Rumput Rawa Jumlah 1 Pekanbaru 782,00 42,00 351,00 1.175,00 2 Kuantan Singingi 10.608,00 1.347,00 - 11.955,00 3 Indragiri Hulu 7.875,00 960,00 12.907,00 21.742,00 4 Indragiri Hilir 37.838,00 4.104,00 25.536,00 67.478,00 5 Pelalawan 17.910,00 575,00 39.075,00 57.560,00 6 Siak 8.612,00 377,50 - 8.989,50 7 Kampar 13.745,00 - 80.362,00 94.107,00 8 Rokan Hulu 22.389,00 2.986,00 16.487,00 41.862,00 9 Bengkalis 11.468,00 1.146,00 - 12.614,00 10 Rokan Hilir 42.811,00 3.825,00 - 46.636,00 11 Dumai 5.333,00 - 40.151,00 45.484,00 Jumlah 179.371,00 15.362,50 214.869,00 409.602,50 Sumber : Bappeda dan BPS Prov. Riau 2008 Perhitungan potensi ternak dilakukan dengan cara menghitung luas lahan potensial yang dikalikan dengan kapasitas tampung per hektar untuk ternak ruminansia. Dalam hal ini, satuan kapasitas tampung dihitung berdasarkan unit Satuan Ternak ST. Berdasarkan Tabel 13, Setyono 1995 menghitung jumlah kapasitas tampung masing-masing jenis lahan, yaitu : tanaman pangan 1,35 STHa, padang penggembalaan 4 STHa dan rawa 2 STHa. Dari perhitungan tersebut diketahui bahwa kapasitas tampung total lahan yang ada yaitu sebesar 735.132,56 ST. Total kapasitas tampung selanjutnya dikonversi berdasarkan proporsi jumlah ternak yang ada per wilayah sehingga daya tampung dalan unit satuan ternak dapat dikonversi ke dalam satuan ekor ruminansia yang ada di Provinsi Riau dengan nilai masing-masing : sapi 0,7 STekor, Kerbau 0,8 STekor, kambing 0,07 STekor dan domba 0,08 STekor Disnak Prov. Riau 2001. Perhitungan daya tampung lahan untuk komoditas ternak ruminansia dapat dilihat pada Lampiran 1. Hasil analisis kapasitas tampung lahan potensial untuk komoditas sapi dan kerbau disajikan pada Tabel 14. Tabel 14 Kapasitas tampung lahan potensial sumber pakan ternak untuk komoditas sapi dan kerbau pada setiap kabupatenkota ekor No KabupatenKota Sapi Kerbau 1 Pekanbaru 14.827 6.803 2 Kuantan Singingi 109.311 102.476 3 Indragiri Hulu 102.200 11.690 4 Indragiri Hilir 31.452 32 5 Pelalawan 13.612 2.770 6 Siak 97.071 3.277 7 Kampar 60.392 121.746 8 Rokan Hulu 94.447 12.408 9 Bengkalis 40.317 3.736 10 Rokan Hilir 40.058 6.819 11 Dumai 12.689 167 Jumlah 616.376 271.925 Dari Tabel 14 terlihat bahwa potensi pengembangan komoditas sapi terbesar terdapat di wilayah Kuantan Singingi, yang diikuti oleh Indragiri Hulu, Siak, Kampar, dan Rokan Hulu, sedangkan komoditas kerbau terdapat di wilayah Kampar dan Kuantan Singingi. Dari jumlah kapasitas tampung untuk komoditas sapi dan kerbau tersebut selanjutnya dapat diketahui potensi pengembangan komoditas sapi dan kerbau dengan mengurangi potensi tersebut dengan populasi ternak existing tahun 2007, yang disajikan pada Tabel 15. Tabel 15 Populasi, potensi dan peluang pengembangan sapi dan kerbau di Provinsi Riau ekor Sapi Kerbau No KabupatenKota Populasi Kemampuan Wilayah Peluang Penambahan Populasi Kemampuan Wilayah Peluang Penambahan 1 Pekanbaru 2.746 14.827 12.081 1.260 6.803 5.543 2 Kuantan Singingi 20.245 109.311 89.066 18.979 102.476 83.497 3 Indragiri Hulu 18.928 102.200 83.272 2.165 11.690 9.525 4 Indragiri Hilir 5.825 31.452 25.627 6 32 26 5 Pelalawan 2.521 13.612 11.091 513 2.770 2.257 6 Siak 17.978 97.071 79.093 607 3.277 2.670 7 Kampar 11.185 60.392 49.207 22.548 121.746 99.198 8 Rokan Hulu 17.492 94.447 76.955 2.298 12.408 10.110 9 Bengkalis 7.467 40.317 32.850 692 3.736 3.044 10 Rokan Hilir 7.419 40.058 32.639 1.263 6.819 5.556 11 Dumai 2.350 12.689 10.339 31 167 136 Jumlah 114.156 616.376 502.220 50.362 271.925 221.563 dari kemampuan wilayah 18,52 81,48 18,52 81,48 Berdasarkan Tabel 15 diketahui bahwa pada tahun 2007, populasi ternak sapi dan kerbau di Provinsi Riau hanya memenuhi 18,52 dari potensi kemampuan wilayah, sedangkan peluang pengembangan ternak sapi dan kerbau sebesar 81,48 . Perlu diingat bahwa potensi pengembangan ternak ruminansia yang dihitung dalam penelitian ini hanya didasarkan pada luas lahan milik masyarakat saja, sehingga potensi pengembangan ternak sapi dan kerbau akan menjadi lebih besar jika ditambahkan dengan lahan perkebunan yang dihitung sebesar 398.210,4 ST atau 568.872 ekor sapi. Potensi ternak ayam ras pedaging dan ayam buras diukur dengan angka konsumsi daging ayam ras pedaging dan ayam buras berdasarkan pola pangan harapan, yaitu masing-masing sebesar 4,88 kg dan 0,73 kg per kapita per tahun. Nilai pola pangan harapan tersebut dikalikan dengan jumlah penduduk. Hasil analisis potensi konsumsi wilayah untuk komoditas ayam ras pedaging dan ayam buras disajikan pada Tabel 16. Dari tabel tersebut diketahui bahwa untuk komoditas ayam ras pedaging potensi terbesar terdapat di Pekanbaru begitu juga dengan komoditas ayam buras, yang disebabkan wilayah tersebut mempunyai jumlah penduduk tertinggi di Provinsi Riau. Wilayah lain yang juga mempunyai potensi konsumsi yang relatif lebih tinggi adalah Indragiri Hilir, Bengkalis, kampar, dan Rokan Hilir. Potensi konsumsi komoditas ayam buras lebih kecil dari komoditas ayam ras pedaging karena estimasi konsumsi daging ayam buras dalam pola pangan harapan juga lebih kecil. Tabel 16 Potensi konsumsi komoditas ayam ras pedaging dan ayam buras pada setiap kabupatenkota ekor No KabupatenKota Ayam Ras Pedaging Ayam Buras 1 Pekanbaru 3.808.253 636.905 2 Kuantan Singingi 1.319.276 220.640 3 Indragiri Hulu 1.550.594 259.327 4 Indragiri Hilir 3.213.405 537.421 5 Pelalawan 1.326.528 221.853 6 Siak 1.555.653 260.173 7 Kampar 2.883.255 482.206 8 Rokan Hulu 1.872.228 313.118 9 Bengkalis 3.608.523 603.502 10 Rokan Hilir 2.495.217 417.309 11 Dumai 1.568.036 262.244 Jumlah 25.200.970 4.214.697 Untuk hasil analisis potensi pengembangan ayam ras pedaging dan ayam buras disajikan pada Tabel 17. Tabel 17 Populasi, kebutuhan wilayah dan peluang pengembangan ayam ras pedaging dan ayam buras di Provinsi Riau ekor Ayam Ras Pedaging Ayam Buras No KabupatenKota Populasi Kebutuhan Wilayah Peluang Penambahan Populasi Kebutuhan Wilayah Peluang Penambahan 1 Pekanbaru 7.868.793 3.808.253 4.060.540 652.682 636.905 15.777 2 Kuantan Singingi 268.000 1.319.276 1.051.276 371.671 220.640 151.031 3 Indragiri Hulu 249.140 1.550.594 1.301.454 195.756 259.327 63.571 4 Indragiri Hilir 1.109.187 3.213.405 2.104.218 540.250 537.421 2.829 5 Pelalawan 932.106 1.326.528 394.422 196.398 221.853 25.455 6 Siak 132.121 1.555.653 1.423.532 283.755 260.173 23.582 7 Kampar 11.433.864 2.883.255 8.550.609 1.131.601 482.206 649.395 8 Rokan Hulu 1.340.090 1.872.228 532.138 196.701 313.118 116.417 9 Bengkalis 75.574 3.608.523 3.532.949 202.799 603.502 400.703 10 Rokan Hilir - 2.495.217 2.495.217 534.346 417.309 117.037 11 Dumai 9.546 1.568.036 1.558.490 181.203 262.244 81.041 Jumlah 23.418.421 25.200.970 1.782.549 4.487.162 4.214.697 272.465 dari Kemampuan Wilayah 92,93 7,07 106,46 6,46 Dari Tabel 17 dapat diketahui bahwa pada tahun 2007 populasi ternak ayam ras pedaging mampu memenuhi kebutuhan wilayah sebesar 92,93 dari potensi yang ada, sedangkan peluang penambahan sebesar 7,07. Untuk ternak ayam buras, telah mampu memenuhi kebutuhan wilayah hingga 106,46. Peluang penambahan populasi berdasarkan kebutuhan wilayah terdapat di Indragiri Hulu, Pelalawan Rokan Hulu, Bengkalis, dan Dumai. Jika dilihat dari kebutuhan wilayah di kabupaten dan kota, maka wilayah yang telah surplus dalam memproduksi komoditas ayam ras pedaging adalah Kota Pekanbaru dan Kabupaten Kampar. Berdasarkan kemampuan produksi wilayahnya maka kedua wilayah tersebut telah melampaui kapasitasnya. Pengembangan komoditas ayam ras pedaging dapat dilakukan dengan peningkatan populasi di wilayah yang berdekatan dengan Pekanbaru dan Kampar seperti Pelalawan, Siak, dan Rokan Hulu. Hal ini dikarenakan di ketiga wilayah tersebut juga mempunyai potensi yang cukup besar. Kabupaten Bengkalis mempunyai potensi terbesar untuk penambahan populasi ayam buras. Pola penyebaran populasi, potensikebutuhan wilayah, dan peluang pengembangan komoditas ternak terpilih secara spasial disajikan pada Gambar 7. Gambar 7 Peta populasi, potensi dan peluang pengembangan ternak sapi, kerbau, ayam ras pedaging dan ayam buras berdasarkan kabupaten dan kota Dari Gambar 7 terlihat bahwa potensi pengembangan peternakan untuk komoditas sapi, kerbau, dan ayam ras pedaging masih terpusat pada wilayah bagian selatan Provinsi Riau, yaitu Kabupaten Kampar, Kuantan Singingi dan Kota Pekanbaru. Adapun komoditas ayam ras pedaging, terdapat dua wilayah yang telah melebihi kapasitas, sehingga perlu dilakukan pengalihan wilayah pengembangan dari Kampar dan Pekanbaru ke wilayah sekitarnya seperti Siak, Pelalawan, Kuantan Singingi dan Rokan Hulu. Pola penyebaran populasi ayam buras yang menyebar menandakan bahwa komoditas ayam buras dipelihara dan dibudidayakan merata di masyarakat Provinsi Riau. Kondisi ini merupakan sebuah keunggulan karena pengembangannya lebih mudah karena sudah dikenal oleh masyarakat. Wilayah utara dan timur, yang sebagian besar merupakan wilayah pesisir, potensi pengembangan ternak ruminansia relatif lebih sedikit. Komoditas yang berpotensi dikembangkan di wilayah ini adalah komoditas ayam buras seperti di Kabupaten Bengkalis, Indragiri Hulu, Rokan Hulu, Pelalawan, dan Kota Dumai. Wilayah utara dan timur Provinsi Riau menurut Suhardjo et al. 1997 merupakan dataran yang cukup luas, lereng lebih landai sehingga berpotensi untuk pengembangan pertanian. Wilayah dataran ini merupakan daerah gambut yang cukup luas, dibandingkan dengan wilayah barat dan selatan, yang terdiri atas daerah pengunungan, yang beralih secara berangsur-angsur ke perbukitan dan menurun melandai ke arah timur. Pendekatan peluang pengembangan komoditas peternakan pada penelitian ini tidak memperhatikan jumlah peternak dan kondisi sumberdaya lahan seperti topografi, kesuburan dan ketersediaan air. Hubungan subsitusi atau komplementer komoditas terpilih dengan komoditas lain dianggap tidak ada dan peluang pengembangan setiap komoditas dianggap sama. Penajaman analisis daya dukung di masa yang akan datang tentu akan menjadikan analisis ini menjadi lebih baik.

5.2 Analisis Interaksi Wilayah Komoditas Peternakan