Sama halnya seperti komoditas sapi, panjang pendek rantai pemasaran tergantung dari jarak wilayah tujuan. Semakin jauh wilayah tujuan maka rantai
tata niaga menjadi panjang. Sedangkan untuk wilayah pemasaran yang dekat maka rantai pemasaran akan menjadi lebih sederhana. Panjang pendek rantai tata
niaga juga tidak mempengaruhi harga jual kepada konsumen. Efisiensi margin yang diperoleh pada rantai tata niaga dilakukan untuk meningkatkan keuntungan
yang diperoleh pelaku pemasaran. Kurang berpengaruhnya panjang rantai tata niaga dalam penetapan harga komoditas kerbau disebabkan dalam permintaan
komoditas kerbau, selain harga ada pertimbangan lain yang ada pada konsumen seperti selera dan tradisi.
5.3.3 Tata Niaga Pemasaran Komoditas Ayam Ras Pedaging
Rantai tata niaga pemasaran komoditas ayam ras pedaging antar wilayah di Provinsi Riau yaitu :
I. Peternak wilayah asal – Pedagang Besar wilayah asal – Pedagang Besar
wilayah tujuan - Pedagang Pengecer wilayah tujuan – Konsumen wilayah tujuan;
II. Peternak wilayah asal – Pedagang Besar wilayah asal – Konsumen wilayah
tujuan; Pengembangan komoditas ayam ras pedaging di Provinsi Riau didominasi
pemeliharaan ayam ras pedaging dengan pola kemitraan antara peternak dengan perusahaan peternakan ayam ras pedaging. Pola ini membuat pemasaran ternak
tidak ditentukan oleh peternak tetapi oleh perusahaan inti kemitraan. Pola kemitraan menyebabkan harga komoditas peternak ayam ras pedaging relatif tidak
berfluktuatif terutama di wilayah asal ternak. Dalam rantai tata niaga, perusahaan inti kemitraan merupakan peternak besar di wilayah asal.
Harga komoditas ayam ras pedaging pada setiap pola rantai tata niaga disajikan pada Tabel 28. Pada tabel tersebut terlihat harga yang diperoleh
pedagang besar di wilayah asal relatif seragam. Hal ini memungkinkan karena sebagian besar pedagang besar wilayah asal adalah pelaku kemitraan budidaya
komoditas ayam ras pedaging dengan peternak. Kabupaten Kampar mempunyai harga jual di tingkat peternak lebih rendah dibandingkan wilayah lain dan harga
jual tertinggi di tingkat peternak ayam ras pedaging terdapat di Kabupaten Indragiri Hulu. Hal ini terjadi karena jarak Kampar dengan Pekanbaru sebagai
pusat sarana produksi lebih pendek, sedangkan Indragiri Hulu mempunyai jarak yang lebih jauh sehingga biaya transportasi sangat mempengaruhi biaya produksi
di wilayah Indragiri Hulu. Tabel 28 Perbandingan harga di tingkat peternak dan konsumen pada rantai tata
niaga komoditas ayam ras pedaging Rp
Aliran Komoditas No
Dari Ke Harga di Tingkat
Peternak Harga di Tingkat
Konsumen Rantai Tata Niaga I
1 Indragiri Hulu Kuantan Singingi
14.000 22.000
2 Pekanbaru Indragiri Hulu
13.500 20.000
3 Pekanbaru Indragiri Hilir
13.200 21.000
4 Pekanbaru Rokan Hulu
13.000 20.000
5 Pekanbaru Bengkalis
13.000 20.000
6 Pekanbaru Dumai
13.500 20.000
7 Indragiri Hulu Pekanbaru
13.500 19.000
8 Pelalawan Indragiri Hilir
12.900 21.000
9 Pelalawan Siak
13.000 19.000
10 Pelalawan Dumai
12.800 20.000
11 Siak Rokan Hulu
13.200 20.000
12 Siak Bengkalis
13.200 19.000
13 Siak Rokan Hilir
13.300 24.000
14 Kampar Kuantan Singingi
12.800 21.000
15 Kampar Indragiri Hulu
12.900 20.000
16 Kampar Indragiri Hilir
12.900 21.000
17 Kampar Rokan Hulu
12.500 20.000
18 Kampar Bengkalis
12.800 21.000
19 Kampar Rokan Hilir
12.900 24.000
20 Kampar Dumai
12.900 20.000
Rata-rata 13.042
20.526 Rantai Tata Niaga II
1 Pekanbaru Kuantan Singingi
13.500 22.000
2 Pekanbaru Siak
13.300 19.000
3 Pelalawan Pekanbaru
12.800 18.500
4 Pelalawan Indragiri Hulu
13.000 20.000
5 Siak Dumai
13.300 20.000
6 Kampar Pekanbaru
12.800 19.000
7 Kampar Siak
12.800 19.000
Rata-rata 13.071
19.643
Harga di tingkat konsumen akhir relatif berbeda-beda, tergantung jarak wilayah tersebut dari wilayah produksi. Harga tertinggi terdapat di Rokan Hilir
yaitu Rp 24.000 kg yang berjarak paling jauh dari Kampar dan Pekanbaru dan terendah di Kota Pekanbaru dan Kabupaten Siak yaitu sebesar Rp 19.000,-kg,
yang secara geografis wilayah ini bertetangga. Di sisi lain berdasarkan penelitian
Ruchjana 1992, fenomena ekonomi dalam pemasaran ayam ras pedaging menggambarkan terjadinya kenaikan permintaan pada bulan-bulan tertentu.
Kenaikan permintaan daging ayam ras akan meningkatkan penawaran. Untuk itu pengamatan perilaku penawaran daging ayam ras lebih baik diamati dalam
interval bulanan. Tampilan secara spasial sebaran harga rata-rata di tingkat peternak dan di
tingkat konsumen akhir komoditas ayam ras pedaging disajikan pada Gambar 17.
Gambar 17 Peta sebaran harga pada tata niaga komoditas ayam ras pedaging di tingkat peternak dan di tingkat konsumen akhir
Dari Gambar 17 terlihat bahwa produksi komoditas ayam ras pedaging berada di bagian tengah wilayah Provinsi Riau. Pengembangan kegiatan budidaya
dari Kampar dan Pekanbaru menuju Pelalawan dan Indragiri Hulu didukung oleh sarana jalan yang lebih baik jika dibandingkan dengan kearah Dumai maupun
Bengkalis. Jumlah margin yang berlaku pada rantai tata niaga komoditas ayam ras
pedaging disajikan pada Tabel 29. Tabel 29 Rata-rata margin share pada rantai tata niaga komoditas ayam ras
pedaging
Rincian Margin Rp Persentase
No Rantai Tata Niaga
Margin Rp
Biaya Pemasaran
Keuntungan Biaya
Pemasaran Keuntungan
1 I 7.484
2.134 5.350
28,51 71,49
2 II 6.571
1.561 5.010
23,76 76,24
Pada Tabel 29 terlihat bahwa dari margin yang ada ternyata lebih dri 70 merupakan keuntungan yang diperoleh pelaku pemasaran. Sedangkan biaya
pemasaran, yang digunakan untuk tenaga kerja, transportasi dan retribusi, kurang dari 30 dan semakin pendek jarak wilayah atau rantai tataniaga maka biaya
pemasaran semakin berkurang. Benefit share
yang diperoleh pelaku pemasaran ditentukan dari panjangnya rantai tata niaga dan tidak mempengaruhi harga di tingkat konsumen. Hal ini
terjadi karena pelaku dalam rantai tata niaga ayam ras pedaging hanya berusaha mengefiesienkan biaya pemasaran dan meningkatkan peroleh keuntungan.
Bagan rantai tata niaga dan benefit share yang diperoleh oleh setiap pelaku pemasaran komoditas ayam ras pedaging disajikan pada Gambar 18.
Rantai Tata
Niaga I
Rantai Tata Niaga II
Gambar 18 Rantai tata niaga dan benefit share pemasaran komoditas ayam ras pedaging di Provinsi Riau
Dari Gambar 18 terlihat bahwa tata niaga komoditas ayam ras pedaging dilakukan oleh pedagang besar dan pedagang pengecer. Rendahnya keragaman
pelaku pemasaran komoditas ayam ras pedaging diakibatkan oleh daya tahan ternak tersebut selama pengangkutan. Ayam ras pedaging mempunyai ketahanan
yang rendah sehingga pengangkutan dalam waktu lama akan menyebabkan kerugian seperti kematian dan penyusutan berat badan.
Peternak i
Pedagang Besar i
Pedagang Besar j
Pedagang Pengecer j
Konsumen j 29,16
33,74
37,10 Peternak i
Pedagang Besar i
Pedagang Pengecer j
Konsumen j 49,28
50,72
Distribusi keuntungan benefit share pada Gambar 18 memperlihatkan bahwa nilai tambah terbesar dari pemasaran komoditas ayam ras pedaging
dinikmati oleh pedagang pengecer di wilayah tujuan 37,10 pada rantai tata niaga I dan 50,72 pada rantai tata niaga II. Sedangkan di wilayah asal nilai
tambahnya lebih kecil. Semakin pendek rantai tata niaga maka nilai benefit share yang diperoleh pedagang pengecer di wilayah tujuan semakin besar.
Pedagang besar wilayah asal pada pemasaran komoditas ayam ras pedaging, melakukan penjualan dengan dua cara yaitu melalui pedagang perantara, yang
merupakan pedagang besar di wilayah tujuan, atau langsung bekerja sama dengan pedagang pengecer di wilayah tujuan. Sistem pemasaran ini berpengaruh pada
keuntungan yang diterima oleh pedagang besar wilayah asal. Keterbatasan dalam jarak dan jangkauan pemasaran, maka untuk wilayah yang berjarak tempuh jauh,
maka pemasaran ayam ras pedaging dilakukan melalui pedagang besar di wilayah tujuan. Akibat dari tambahan rantai tata niaga ini, maka ada distribusi keuntungan
yang disalurkan kepada masing-masing pelaku pemasaran.
5.3.4 Tata Niaga Pemasaran Komoditas Ayam Buras