BAB IV KONDISI UMUM KOTA JAKARTA
4.1 Profil Wilayah Kota Jakarta
Kota Jakarta secara geografis merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter di atas permukaan l
aut, terletak pada posisi 6º12’LS dan 106º48’BT. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta berupa daratan seluas 661,52
km
2
dan lautan seluas 6.997,5 km
2
. Provinsi DKI Jakarta terbagi atas 5 wilayah kota yaitu Jakarta Utara,
Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Barat dan 1 kabupaten Kepulauan Seribu, terdiri atas 44 kecamatan 2 kecamatan berada di Kabupaten
Kepulauan Seribu serta 267 kelurahan. Terdapat sekitar 110 buah pulau yang tersebar di Kepulauan Seribu dan sekitar 27 buah sungai, saluran dan kanal.
Secara administratif, kota Jakarta berbatasan langsung dengan:
Utara: Laut Jawa Selatan dan Timur: wilayah Provinsi Jawa Barat Kota Depok,
Kabupaten Bogor, Kota Bekasi dan kabupaten Bekasi
Barat: wilayah Provinsi Banten Kota Tangerang dan kabupaten
Tangerang Wilayah administrasi provinsi DKI Jakarta terbagi menjadi lima kota
administrasi dan satu kabupaten administrasi, dengan luas wilayah masing- masing:
Tabel 8 Luas wilayah administratif DKI Jakarta
No. Wilayah
Luas Km
2
1. Jakarta Utara
142,20 2.
Jakarta Selatan 145,73
3. Jakarta Pusat
47 4.
Jakarta Barat 126,15
5. Jakarta Timur
187,73 6.
Kepulauan Seribu 11,81
Sumber : Bappeda DKI Jakarta, Tahun 2010 Di sebelah selatan dan timur Jakarta terdapat sejumlah rawasitu sebagai daerah
resapan air dengan total luas mencapai 100,52 Ha.
4.2 Kondisi Fisik Lingkungan 4.2.1 Topografi
Sebagian dari luas Provinsi DKI Jakarta kurang lebih 24.000 Ha atau sekitar 40 dari luas total merupakan dataran rendah. Dataran rendah di DKI
Jakarta berada terutama di daerah Jakarta Utara seperti di daerah sungai bambu, Papanggo, Warkas dan lain-lain yang ketinggiannya berada di bawah muka air
laut pasang sehingga secara hidro-geologis, Jakarta berada pada cekungan artois. Akan tetapi, daerah-daerah dataran rendah tersebut sudah ditanggulangi baru
sekitar 9000 Ha. Ketinggian tanah dari pantai sampai ke banjir kanal berkisar antara 0 m
sampai 10 m di atas permukaan laut diukur dari titik nol Tanjung Priok.
Gambar 14 Kondisi Topografis DKI Jakarta
4.2.2 Iklim
Jakarta berada di daerah tropis beriklim panas dengan suhu rata-rata sepanjang tahun 28º Celsius, suhu udara maksimum 34,5º C dan suhu udara
minimum 24,5º C. Kelembaban udara berkisar antara 67-81 dengan rata-rata kelembaban 75. Pada tahun 2011, suhu rata-rata kota Jakarta dalam satu tahun
mencapai 28,7º C. Sedangkan kelembaban udara dalam satu tahun rata-ratanya mencapai 73,5. Berikut grafik data suhu dan kelembaban udara DKI Jakarta
dalam setiap bulan selama tahun 2011.
40
Gambar 15 Grafik Suhu Udara DKI Jakarta pada Tahun 2011
Sumber: BMKG PUSAT, Kemayoran
Gambar 16 Grafik Kelembaban Udara DKI Jakarta pada Tahun 2011
Sumber: BMKG PUSAT, Kemayoran
4.2.3 Geologi
Secara geologis, seluruh daratan Jakarta terdiri dari endapan aluvial, sedangkan Kepulauan Seribu terdiri atas terumbu karang dan dataran pantai.
Bagian selatan terdiri dari lapisan aluvial yang memanjang dari timur ke barat pada jarak 10 km sebelah selatan pantai. Dibawahnya terdapat lapisan endapan
yang lebih tua . Kekuatan tanah di wilayah DKI Jakarta mengikuti pola yang sama dengan pencapaian lapisan keras di wilayah bagian utara pada kedalaman 10 m-
25 m , makin ke selatan permukaan keras semakin dangkal yaitu antara 8 m-15 m. Daratan Jakarta berkedudukan pada morfologi endapan aluvium sungai dan
pantai, endapan pematang pantai, endapan sungai lama, endapan kipas vulkanik dan satuan tufa. Kondisi fisik Jakarta dipengaruhi kondisi geomorfologi wilayah
26 26,5
27 27,5
28 28,5
29 29,5
Jan F
eb M
ar A
pr Mei
Jun Jul
A g
s S
ep O
kt Nov
D es
S u
h u
U d
a ra
◦ C
Suhu Rata-rata
60 65
70 75
80
Jan F
eb Mar
A pr
Mei Jun
Jul A
g s
S ep
O kt
Nov D
es
Kel e
m b
a b
a n
U d
a ra
Kelembaban Rata- rata
lebih luas yang meliputi Gunung Pangrango, Gunung Gede dan Gunung Salak di wilayah Bogor.
Secara geohidrologi, Jakarta terletak pada cekungan artois. Terdapat sekitar 27 buah aliran air berupa sungaisalurankanal yang digunakan sebagai
sumber air minum, usaha perikanan dan usaha perkotaan. Namun, kondisi sungai sangat memprihatinkan dengan tingkat sedimentasi dan pengangkutan sampah
yang tinggi. Akibatnya, jika hujan dengan intensitas tinggi terjadi di hulu, permukaan air sungai cepat meluap.
4.2.4 Penduduk
Jumlah penduduk DKI Jakarta sesuai data kependudukan berjumlah 7,55 juta jiwa. Jakarta dengan wilayah sekitarnya Bodetabek Bogor, Depok,
Tangerang dan Bekasi berpenduduk 20 juta jiwa. Namun, fakta di lapangan jumlah penduduk yang beraktivitas kurang lebih 8,9 juta jiwa pada malam hari
dan 11 juta jiwa pada siang hari, dengan kepadatan penduduk 130-150 jiwaha hingga 200-300 jiwaha. Sedangkan prediksi jumlah penduduk tahun 2030
mencapai 12,5 juta jiwa BPS, 2007.
Tabel 9 Jumlah Penduduk DKI Jakarta November 2011
No Wilayah
WNI WNA
Total LK
PR JML
LK PR
JML 1.
Jakarta Pusat
575.220 547.754
1.122.974 342
354 696
1.123.670 2.
Jakarta Utara
887.059 828.479
1.715.538 433
374 807
1.716.345 3.
Jakarta Barat
1.165.463 1.094.143
2.259.606 389
346 735
2.260.341 4.
Jakarta Selatan
1.099.752 1.035.078
2.134.830 401
340 741
2.135.571 5.
Jakarta Timur
1.510.461 1.415.161
2.925.622 574
536 1110
2.926.732 6.
Kep.Seribu 12.667
12.261 24.928
6 2
8 24.936
Total 5.250.622
4.932.876 10.183.498
2145 1952
4097 10.187.595
Sumber: Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil DKI Jakarta
4.2.5 Penutupan Lahan Land Cover
Berdasarkan citra satelit 2008, daratan seluas 42.941,38 ha 66,62 sudah terbangun permukaan lahan tertutup bangunan, jalan, perkerasan lain dan
21.515,81 ha 33,38 merupakan ruang terbuka dengan rincian RTH publik 9,79 dan ruang terbuka lainnya berupa berbagai unsur dan struktur alami yang
berpotensi sebagai RTH 23,59. Hasil citra satelit tersebut menunjukkan bahwa Jakarta telah didominasi lahan terbangun, jalan, jembatan dan berbagai jenis
perkerasan lainnya Joga 2011. Untuk lebih jelasnya, luas dan presentase lahan terbangun dan potensi RTH di wilayah DKI Jakarta dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 10 Penggunaan Lahan DKI Jakarta tahun 2008
No. Guna Lahan
Luas Ha Presentase
Keterangan 1.
Lahan Terbangun 42.941,38
66,62 Bangunan, jalan, jembatan
n dan berbagai perkerasan 2.
RTH Publik 6.309,89
9,79 Dimiliki Pemprov
DKI Jakarta dan Pemerintah Pusat
3. RTH Privat
15.205,92 23,59
Dimiliki oleh masyarakat dan swastapengembang
Luas DKI Jakarta 64.457,19
100 Tidak termasuk kabupaten
Kepulauan Seribu
Sumber : Hasil Analisis Konsultan Tahun 2008 dalam Joga 2011
4.2.6 Perekonomian
Perekonomian Jakarta tahun 2002-2006 menunjukkan prestasi yang cukup menggembirakan. Jakarta dalam kurun 5 tahun terakhir telah memberikan
kontribusi terhadap PDB sebesar 16-17. Angka ini merupakan paling besar dibandingkan dengan provinsi-provinsi lain. Kondisi perekonomian nasional
sangat dipengaruhi
oleh kondisi
perekonomian Jakarta.
Pertumbuhan perekonomian Jakarta selama 5 tahun terakhir tumbuh rata-rata 6 persen. Angka
ini jauh lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pada sebelum saat krisis moneter.
4.2.7 Pola Sebaran Kegiatan
Kegiatan utama penduduk DKI Jakarta adalah dibidang perdagangan besar, kecil dan jasa-jasa, kemudian kegiatan dibidang industri termasuk listrik,
gas dan air, hanya sebagian kecil yang bekerja pada sektor pertanian. Industri yang ada terutama ialah industri manufacturing yang bergerak di
bidang bahan makanan dan minuman, tekstil, percetakan dan penerbitan, kayu dan alat rumah tangga, barang-barang dari karet, kimia, barang logam dan industri
asembling. Sebagian industri berat berlokasi di Pulogadung, industri ringan di Pluit, Ancol dan Cengkareng, industri pertanian di Gandaria Selatan serta jasa dan
perdagangan di Tanjung Priok.
Sektor pertanian terutama sektor perikanan lautdarat terdapat di teluk Jakarta dan empang dekat pantai, peternakan dan holtikultura di daerah pinggiran
kota terutama di kecamatan Kebon Jeruk, Kebayoran Lama, Pasar Minggu, Mampang Prapatan, Pasar Rebo, Kramat Jati. Sektor pertanian ini diusahakan
dengan cara lama yang semakin lama semakin terdesak dengan perkembangan- perkembangan industri dan perumahan. Namun demikian, bila diusahakan secara
intensif akan dapat memenuhi sebagian kebutuhan DKI Jakarta. Selain kegiatan di bidang perekonomian, Jakarta merupakan pusat kegiatan pemerintah, kegiatan
diplomatik dan pusat kegiatan kebudayaan.
4.3 Rencana Tata Ruang dan Wilayah DKI Jakarta
Perkembangan fisik di kota-kota Jakarta dalam 10 tahun terakhir berjalan dengan cepat dan dinamis. Pada beberapa bagian kota Jakarta pemanfaatan ruang
tidak sesuai dengan peruntukkannya seperti kawasan pemukiman berkembang menjadi kawasan jasa dan perdagangan, berkembangnya kawasan pemukiman
sekitar daerah aliran sungai, waduk dan situ, belum efektifnya relokasi industri dan alih fungsi RTH menjadi kawasan lain. Kondisi saat ini RTH baru mencapai
11, sementara target yang ditetapkan 13,04 dari luas Jakarta. Pemanfaatan ruang di kota Jakarta untuk kawasan pemukiman,
perkantoran, perdagangan dan jasa, semakin meningkat. Luas lahan kota yang statis, tidak memungkinkan pemanfaatan lahan secara horizontal di beberapa
kawasan. Pembangunan fisik kota selama 10 tahun terakhir didominasi oleh bangunan bertingkat untuk mengefisienkan penggunaan lahan. Pada saat ini di
beberapa kawasan prospektif, mengusulkan ketinggian bangunan lebih tinggi dari kondisi yang ada agar biaya pembangunannya lebih efisien.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Penutupan Lahan D.K.I Jakarta Tahun 2011
Citra satelit yang digunakan pada penelitian ini adalah citra Landsat 7 ETM 12264 akuisisi tanggal 28 Agustus 2011 dan 13 September 2011. Kedua
data citra tersebut digabung kemudian dipotong dengan batas wilayah administrasi D.K.I Jakarta. Setelah dipotong, dilakukan klasifikasi citra satelit
sehingga terlihat penutupan lahan kota Jakarta. Klasifikasi citra yang digunakan dalam penelitian ini adalah klasifikasi terbimbing supervised classification.
Klasifikasi terbimbing merupakan proses klasifikasi dengan pemilihan kategori informasi yang diinginkan dan memilih training area untuk tiap kategori penutup
lahan yang mewakili sebagai kunci interpretasi. Klasifikasi terbimbing dilakukan sebelum melakukan cek lapangan setelah melakukan pemulihan dan penajaman
citra. Tujuan dilakukan klasifikasi citra adalah untuk pengelompokan atau melakukan segmentasi terhadap kenampakan-kenampakan yang homogen dengan
menggunakan teknik kuantitatif. Hasil dari klasifikasi citra tersebut didapatkan kategori penutupan lahan. Klasifikasi penutupan lahan pada penelitian ini dibagi
menjadi tiga kategori, yaitu: 1.
RTH Ruang Terbuka Hijau Interpretasi hasil citra Landsat 7 ETM 12264 tanggal akuisisi 28 Agustus
2011 dan 13 September 2011 tersebut, dicirikan dengan warna hijau dalam proses pengklasifikasiannya. Hasil yang terlihat bahwa terdapat tipe penutupan lahan
pada kategori RTH di wilayah DKI Jakarta yaitu berupa hutan kota, taman kota, pemakaman, lapangan bola, lapangan golf dan jalur hijau jalan. Berikut gambar
tipe penutupan lahan kategori RTH di DKI Jakarta dapat di lihat pada gambar 17.
Gambar 17 Contoh Lokasi Penutupan Kategori RTH