Gambar 27 Grafik Kelembaban Udara di Kawasan Perumahan
Gambar di atas menunjukkan grafik kelembaban udara di kawasan perumahan. Pada grafik terlihat vegetasi yang memiliki kelembaban tertinggi
adalah pohon. Suhu dibawah naungan pohon lebih rendah sehingga memiliki massa udara yang lembab. Dari hasil uji statistik melalui uji T One way anova
dengan taraf nyata 0,05 terhadap ketiga vegetasi dimana nilai probabilitas dari 0,05 maka H
ditolak sehingga terdapat perbedaan nilai kelembaban udara pada pohon, semak dan rumput. Kelembaban udara rata-rata pada vegetasi pohon
sebesar 58,1 persen, pada semak kelembaban udara rata-rata sebesar 57 persen dan rumput memilki kelembaban udara rata-rata sebesar 51 persen.
Selisih kelembaban udara antara pohon dengan semak yaitu 1,1 persen, selisih kelembaban udara antara semak dan rumput mencapai 8 persen sedangkan
selisih kelembaban udara antara pohon dengan rumput sebesar 7,1 persen. Hal ini membuktikan bahwa kemampuan setiap vegetasi dalam hal meningkatkan
kelembaban udara berbeda-beda sesuai dengan karakteristik dari vegetasi itu sendiri. Luasan tajuk, lebar daun dan tinggi vegetasi berpengaruh secara nyata
terhadap kenaikkan kelembaban udara.
5.2.4 Iklim Mikro Kawasan Industri
Jakarta mempunyai status sebagai pusat pemerintahan, perdagangan, industri, kebudayaan dan pariwisata. Sebagai pusat industri, Jakarta memiliki
tingkat polusi yang cukup tinggi. Aktivitas industri menimbulkan gas buang dan debu yang menjadi pencemar utama. Keberadaan RTH pada kawasan industri
46,0 48,0
50,0 52,0
54,0 56,0
58,0 60,0
62,0 64,0
1 3
5 7
9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 K
e le
m b
ab an
U d
ar a
Kelembaban Udara Kawasan Perumahan
Pohon Semak
Rumput
masih tergolong cukup minim, hanya beberapa kawasan industri saja yang memiliki hutan kota. Salah satu kawasan industri yang memiliki hutan kota yang
cukup luas adalah kawasan Jakarta Industrial Estate Pulogadung JIEP. Pada kawasan ini masih terdapat banyak vegetasi seperti pohon, semak maupun
rumput. Pengukuran di kawasan industri Jakarta Industrial Estate Pulogadung
JIEP dilakukan selama 3 hari mulai dari tanggal 3 Oktober 2012 sampai dengan 5 Oktober 2012. Pengukuran iklim mikro dilakukan pada saat cuaca cerah yaitu
sekitar pukul 12.30-13.00 WIB yaitu pada vegetasi pohon, semak dan rumput. Pada vegetasi pohon, iklim mikro diukur di bawah naungan pohon asam
Tamarindus indica L. setinggi ± 10 m dengan tajuk irreguler dan memilki fungsi penaung. Pada semak, dilakukan pengukuran pada naungan tanaman bunga
kertas Bougainvillea sp. setinggi ± 1,5 m sedangkan pengukuran iklim mikro pada vegetasi rumput dilakukan di atas rumput gajah Axonopus compressus.
Data hasil pengukuran suhu dan kelembaban udara pada kawasan industri terlampir pada tabel Lampiran 5. Berikut grafik hubungan antara suhu dan
kelembaban udara dengan waktu pengambilan pada masing-masing vegetasi di kawasan JIEP.
Gambar 28 Grafik Suhu Udara di Kawasan Industri
Gambar di atas menunjukkan grafik suhu udara pada kawasan industri Jakarta Industrial Estate Pulogadung JIEP. Pada grafik terlihat bahwa suhu
pada vegetasi rumput cenderung mengalami kenaikan yang cukup drastis. Rata- rata suhu udara rumput pada kawasan ini mencapai 37,9 ºC. Hal ini dikarenakan,
30,0 32,0
34,0 36,0
38,0 40,0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 S
u h
u U
d ar
a º
C
Suhu Udara Kawasan Industri
Pohon Semak
Rumput
tingkat penerimaan cahaya matahari pada vegetasi tanpa naungan cukup tinggi bila dibandingkan dengan vegetasi dengan naungan. Suhu vegetasi pada siang hari
di atas permukaan tanah terbuka akan lebih tinggi bila dibandingkan dengan suhu di bawah naungan karena radiasi matahari yang diterima oleh tanaman tidak dapat
dipantulkan kembali. Dari hasil uji statistik melalui uji T One way anova dengan taraf nyata 0,05 terhadap ketiga vegetasi dimana nilai probabilitas dari 0,05
maka H ditolak sehingga terdapat perbedaan nilai suhu udara pada pohon, semak
dan rumput. Nilai rata-rata suhu udara pohon, semak dan rumput berturut-turut 33,9 ºC, 34,6 ºC dan 37,9 ºC.
Berdasarkan hasil pengukuran di lapangan, terdapat selisih suhu udara antar struktur vegetasi. Selisih suhu udara antara pohon dan semak sebesar 0,7ºC,
selisih suhu udara antara semak dan rumput sebesar 3,3ºC dan selisih antara vegetasi pohon dengan rumput sebesar 4ºC.
Gambar 29 Grafik Kelembaban Udara di Kawasan Industri
Keadaan kelembaban udara pada setiap land use berbeda-beda. Berdasarkan hasil pengukuran pada kawasan industri pada vegetasi pohon, semak
dan rumput masing-masing memiliki kelembaban udara yang cukup tinggi seperti yang terlihat pada grafik di atas. Vegetasi yang memilki kelembaban udara
terendah adalah vegetasi rumput rata-ratanya hanya mencapai angka 51,0 persen sedangkan untuk vegetasi pohon dan semak berturut-turut sebesar 58,4 dan 57,2
persen. Dari hasil uji statistik melalui uji T One way anova dengan taraf nyata 0,05 terhadap ketiga vegetasi dimana nilai probabilitas dari 0,05 maka H
46,0 48,0
50,0 52,0
54,0 56,0
58,0 60,0
62,0 64,0
1 3
5 7
9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 K
e le
m b
ab an
U d
ar a
Menit ke-
Kelembaban Udara Kawasan Industri
Pohon Semak
Rumput
ditolak sehingga terdapat perbedaan nilai suhu udara pada pohon, semak dan rumput.
Selisih kelembaban udara pada pohon dan semak sebesar 1,2 persen, selisih kelembaban udara antara semak dan rumput sebesar 6,2 persen, sedangkan
selisih kelembaban udara pohon dengan rumput sebesar 7,4 persen. Hal ini menunjukkan bahwa vegetasi yang memiliki naungan cenderung memiliki
kelembaban udara yang lebih tinggi karena proses evapotranspirasi tanaman dapat berjalan dengan baik.
Hasil interpretasi grafik iklim mikro dari hasil pengukuran pada vegetasi pohon, semak dan rumput di masing-masing land use Taman Kota, CBD,
Perumahan dan Industri berbeda. Berdasarkan uji statistik menggunakan uji T one way, perbedaan suhu antar vegetasi baik pohon, semak dan rumput berbeda
secara nyata dengan taraf 5 persen. Begitu pula dengan kelembaban udara, menurut uji statistik perbedaan kelembaban udara antar vegetasi pohon, semak
dan rumput pada masing-masing land use berbeda secara nyata pada taraf 5 persen.
Kelembaban udara RH dipengaruhi oleh adanya pepohonan pelindung terutama bila jarak antar pohon cukup rapat. Kelembaban udara menunjukkan
kandungan uap air diatmosfer pada suatu saat dan waktu tertentu. Semakin banyak air yang diuapkan, semakin banyak energi yang berbentuk panas laten dan makin
lembab udaranya. Uap air dapat menyerap energi radiasi matahari, apabila tanaman tinggi akan memilki laju evapotranspirasi yang lebih besar karena
kehilangan panas yang disebabkan oleh evaporasi akan menyebabkan suhu disekitar tanaman menjadi lebih sejuk. Selain itu, sekelompok pepohonan yang
ditanam dengan kerapatan tinggi dapat mengurangi suhu udara yang tinggi pada siang hari.
Pada grafik-grafik diatas, dapat dilihat bahwa pada masing-masing land use, suhu pada naungan pohon lebih rendah bila dibandingkan dengan suhu pada
semak dan rumput sehingga dapat disimpulkan bahwa pohon lebih efektif mereduksi suhu udara bila dibandingkan dengan semak dan rumput. Hal ini
dikarenakan, pohon mampu mengabsorbsi energi radiasi matahari dan dapat dipantulkan atau dipencarkan ke tajuk pohon sehingga akan memberikan teduhan
pada area disekelilingnya. Untuk itu, diperlukan penanaman pohon dengan jenis pohon yang sesuai yaitu memiliki karakteristik tajuk menaungi dalam jumlah
yang banyak untuk menurunkan suhu udara kota yang panas agar tercipta kenyamanan pada setiap kawasan.
5.3. Analisis Iklim Mikro Struktur Vegetasi pada Berbagai Landuse