Analisis Iklim Mikro Pohon pada berbagai Landuse

pada area disekelilingnya. Untuk itu, diperlukan penanaman pohon dengan jenis pohon yang sesuai yaitu memiliki karakteristik tajuk menaungi dalam jumlah yang banyak untuk menurunkan suhu udara kota yang panas agar tercipta kenyamanan pada setiap kawasan.

5.3. Analisis Iklim Mikro Struktur Vegetasi pada Berbagai Landuse

5.3.1. Analisis Iklim Mikro Pohon pada berbagai Landuse

Pohon sangat erat kaitannya dengan iklim mikro suatu daerah. Mekanisme hubungan pohon dan iklim mikro adalah ketika radiasi matahari diperkotaan mengakibatkan tanah dan benda lainya menjadi panas. Tumbuhan yang tinggi dan luasan yang cukup akan mengurangi efek pemanasan tersebut. Suhu udara pada daerah pepohonan lebih nyaman daripada daerah yang tidak ditumbuhi pohon. Hal ini disebabkan, daun-daun pada pohon dapat mengintersepsi, refleksi, mengabsorbsi dan mentransmisikan sinar matahari. Efektivitasnya tergantung kepada spesiesnya, misalnya rindang, berdaun, bercabang dan beranting banyak. Setiap spesies mempunyai bentuk, karakteristik, warna, tekstur dan ukuran berbeda-beda. Pohon secara ekologis dapat membantu meningkatkan kualitas udara dengan menurunkan iklim mikro, menyerap air dan polutan udara. Pohon juga dapat menyerap karbondioksida dan menghasilkan oksigen. Keberadaan pohon sangat diperlukan dalam ruang terbuka hijau pada setiap land use di perkotaan. Namun, kebutuhan setiap land use berbeda-beda sehingga jenis pohon yang dibutuhkan pun akan berbeda-beda. Pada taman kota dan perumahan dibutuhkan pohon dengan fungsi pelindung dan pohon yang memiliki naungan yang cukup, karena pada kedua kawasan ini adalah area yang biasa digunakan untuk kegiatan bersosialisasi sehingga diperlukan kondisi sejuk dan nyaman. Untuk kawasan industri, dibutuhkan pohon yang dapat mengakumulasi berbagai jenis polutan dan dapat meredam kebisingan karena pada kawasan industri tingkat pencemaran udara cukup tinggi dihasilkan dari gas buang dan debu sebagai pencemar utama sedangkan untuk kawasan CBD, dibutuhkan pohon yang dapat berfungsi sebagai peneduh, peredam kebisingan dan perlu diperhatikan bentuk dan karakteristiknya karena kawasan CBD sebagian besar berada dipinggir jalan. Pengukuran iklim mikro menggunakan alat Heavy Weather dilakukan pada empat kawasan berbeda yaitu taman kota, CBD, perumahan dan industri. Pengukuran pada kawasan taman kota dilakukan pada pohon mahoni Sweitenia mahogani, kawasan CBD pada pohon tanjung Mimusoph elengi L, kawasan perumahan pada pohon sawo kecik Manilkara kauki dan kawasan industri dilakukan pengukuran pada pohon asam Tamarindus indica L. Berikut grafik suhu dan kelembaban udara pohon pada empat kawasan berbeda di Jakarta. Gambar 30 Grafik Suhu Udara di Bawah Naungan Pohon Pada grafik di atas terlihat, pohon sawo kecik Manilkara kauki pada kawasan perumahan dan pohon asam Tamarindus indica L pada kawasan industri memiliki suhu udara paling tinggi bila dibandingkan dengan dua kawasan lain. Suhu udara pohon pada kawasan perumahan dan industri hanya berbeda 0,1 ºC saja, maka dapat diasumsikan suhu udara pohon pada kawasan industri dan perumahan tidak jauh berbeda sedangkan pohon yang memiliki suhu paling rendah adalah pohon mahoni Sweitenia mahogani yang berada pada kawasan taman kota. Rata-rata suhu udara dibawah naungan pohon pada kawasan taman kota, CBD, perumahan dan industri berturut-turut adalah 30,3 ºC; 31,9 ºC; 34,0 ºC dan 33,9 ºC. Dari hasil uji statistik melalui uji T One way anova dengan taraf nyata 0,05 terhadap vegetasi pohon pada masing-masing land use dimana nilai probabilitas dari 0,05 maka H ditolak sehingga terdapat perbedaan nilai suhu udara pada struktur vegetasi yang sama yaitu vegetasi pohon pada semua land use. 30,3 31,9 34,0 33,9 28,0 29,0 30,0 31,0 32,0 33,0 34,0 35,0 36,0 37,0 38,0 S u h u U d ar a º C Kawasan Suhu Udara Pohon Taman Kota CBD Perumahan Industri Kemampuan mereduksi suhu udara dari masing-masing pohon dapat berbeda-beda sehingga didapatkan hasil pengukuran seperti pada grafik di atas. Selain itu, faktor lingkungan dari lokasi pengukuran pada pohon di setiap land use berbeda dapat mempengaruhi suhu udara. Kawasan industri banyak menghasilkan panas dari berbagai kegiatan produksi, asap pabrik dan kendaraan sehingga memiliki suhu udara yang panas sedangkan kawasan perumahan memiliki suhu yang relatif tinggi disebabkan karena lokasi perumahan dekat dengan kawasan industri sehingga suhu udara pada kawasan ini cenderung tidak jauh berbeda dengan industri. Selain itu, kawasan perumahan minim keberadaan RTH. Berikut tabel proporsi luasan RTH setiap lokasi pengambilan data. Tabel 11 Proporsi luas RTH di 4 lokasi pengambilan data No. Land use RTH Ha Ruang Terbangun Ha Presentase luasan RTH 1. Perumahan 3,42 143,28 2,33 2. CBD 3,87 174,69 2,72 3. Industri 5,63 138,34 5,63 4. Taman Kota 1,8 0,9 66,67 Berbeda halnya dengan taman kota yang memilki suhu paling rendah dibandingkan dengan kawasan perumahan, industri maupun CBD. Hal ini dikarenakan pada taman kota didominasi oleh vegetasi yang memilki kerapatan yang tinggi sehingga dapat menurunkan suhu udara disekitarnya. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai kerapatan pohon maka akan dapat mengurangi energi radiasi matahari sehingga dapat mereduksi suhu udara di sekitarnya dan iklim fisis atau keadaan udara pada suatu daerah akan berbeda karena dipengaruhi oleh tutupan lahan vegetasi dan pengaruh angin. Faktor lain adalah kemampuan pohon dalam mereduksi suhu berbeda- beda. Pohon tanjung Mimusoph elengi L pada kawasan CBD memilki suhu yang lebih rendah bila dibandingkan dengan pohon sawo kecik Manilkara kauki pada kawasan perumahan. Selisih suhu udara pada kedua kawasan tersebut sebesar 2ºC. Hal ini disebabkan karena kemampuan pohon dalam mereduksi suhu tergantung pada jenis kepadatan tajuknya, bentuk daun, dan pola percabangannya. Pohon tanjung pada kawasan CBD cenderung memilki bentuk tajuk yang lebih bulat dan lebih rapat bila dibandingkan dengan pola percabangan pohon sawo kecik pada kawasan perumahan sehingga jangkauan naungan pohon tanjung lebih efektif mereduksi suhu udara karena kemampuan menaungi yang tinggi. Gambar 31 Grafik Kelembaban Udara di Bawah Naungan Pohon Gambar 31 menggambarkan grafik kelembaban udara di bawah naungan pohon pada empat land use yang berbeda. Berdasarkan grafik diatas, pohon yang memiliki kelembaban udara paling tinggi adalah pohon mahoni pada kawasan taman kota, dan kelembaban udara terendah pada pohon sawo kecik di kawasan perumahan. Rata-rata kelembaban udara pohon sebesar 61,0 persen untuk kawasan taman kota; 58,7 persen untuk kawasan CBD; 58,1 persen untuk kawasan perumahan dan 58,4 persen untuk kawasan industri. Dari hasil uji statistik melalui uji T One way anova dengan taraf nyata 0,05 terhadap vegetasi pohon pada masing-masing land use di mana nilai probabilitas dari 0,05 maka H ditolak sehingga terdapat perbedaan nilai kelembaban udara pada struktur vegetasi yang sama yaitu vegetasi pohon pada semua land use. Kelembaban udara pohon pada kawasan industri dan perumahan tidak jauh berbeda hanya terdapat selisih 0,3 persen saja. Hal ini dapat disebabkan karena keadaan lingkungan yang tidak jauh berbeda di mana lokasi perumahan tidak begitu jauh dari kawasan industri. Berbeda halnya dengan kawasan taman kota yang memiliki kelembaban udara pohon tertinggi, kawasan taman kota di dominasi oleh pepohonan dengan tingkat kerapatan yang cukup rapat. Pepohonan cenderung memiliki kelembaban udara yang tinggi karena aktivitas evapotranspirasi tanaman pada gerombolan pohon dapat meningkatkan kelembaban udara disekitarnya. 61,0 58,7 58,1 58,4 48,0 49,0 50,0 51,0 52,0 53,0 54,0 55,0 56,0 57,0 58,0 59,0 60,0 61,0 62,0 K e le m b ab an U d ar a Kawasan Kelembaban Udara Pohon Taman Kota CBD Perumahan Industri Kelembaban udara akan semakin tinggi jika suhu makin rendah, namun bergantung pada kemampuan vegetasi dalam menaikkan kelembaban udara karena kemampuan setiap vegetasi berbeda-beda dalam meningkatkan kelembaban udara sehingga dapat disimpulkan bahwa kelembaban udara dibawah naungan tajuk akan relatif lebih tinggi karena adanya pengurangan penerimaan sinar matahari ke tajuk pepohonan.

5.3.2. Analisis Iklim Mikro Semak pada berbagai Landuse