efisien maka usaha dapat mencapai produksi yang optimum. Efisiensi teknis dan ekonomis secara bersama-sama dapat menunjukkan kombinasi faktor produksi
yang menunjukkan tingkat produksi optimum dan menghasilkan keuntungan maksimum dari suatu usaha.
4.5.2.1. Efisiensi Teknis
Efisiensi teknis adalah besaran yang menunjukkan tingkat produksi sebenarnya, apakah produksi berada dalam skala optimum atau tidak. Efisiensi
teknis dari setiap faktor produksi dapat diketahui dari nilai elastisitas produksinya.
Elastisitas produksi dari model regresi digunakan untuk mengukur tingkat kepekaan atau untuk mengetahui persentase perubahan Y peningkatan atau
penurunan apabila terjadi persentase perubahan X. Secara matematis dituliskan sebagai berikut :
E
Pi
= =
x = Kaidah pencapaian kondisi efisiensi teknis berdasarkan nilai elastisitas produksi
E
P
adalah sebagai berikut : E
Pi
1 belum tercapai efisiensi teknis
0 E
Pi
1 tercapai efisiensi teknis
E
Pi
tidak tercapai efisiensi teknis Soekartawi 1990 menyatakan nilai elastisitas dari seluruh faktor-faktor
produksi atau elastisitas produksi total Σ E
Pi
menunjukkan returns to scale atau skala usaha peternakan, apakah kegiatan usaha peternakan yang diteliti mengikuti
kaidah increasing, constant, atau decreasing returns to scale. Kriteria dari kaidah- kaidah tersebut adalah sebagai berikut :
E
P
1 artinya proporsi penambahan faktor produksi melebihilebih besar dari proporsi penambahan produksi itu sendiri. Kondisi demikian menunjukkan
decreasing return to scale. E
P
= 1 artinya penambahan faktor produksi akan proporsional dengan penambahan produksi yang diperoleh. Kondisi demikian menunjukkan
constant return to scale. E
P
1 artinya bahwa proporsi penambahan faktor produksi akan menghasilkan tambahan produksi yang proporsinya lebih besar. Kondisi demikian
menunjukkan increasing return to scale.
4.5.2.2. Efisiensi Ekonomis
Efisiensi ekonomis adalah besaran yang menunjukkan perbandingan antara keuntungan yang sebenarnya dengan keuntungan maksimum. Keuntungan
maksimum dapat diketahui apabila turunan pertama dari keuntungannya sama dengan nol. Efisiensi ekonomi tercapai pada saat nilai produk marjinal NPM
sama dengan biaya korbanan marjinal BKM. π = P
Y
. Y - P
X
. X
= 0
; kondisi saat π maks
P
Y
- P
X
= 0
P
Y
=
P
X
P
Y
.PM = P
X
NPM = BKM Untuk efisiensi dari penggunaan tiap-tiap faktor produksi, kondisi tersebut
tercapai dengan syarat sebagai berikut :
= = ……. =
= 1 Apabila kondisi tersebut dipenuhi, artinya faktor produksi X yang digunakan telah
mencapai tingkat efisien. Namun dalam kenyataannya kondisi seperti ini sulit dicapai.
Jika 1 artinya penggunaan faktor produksi X belum efisien sehingga
diperlukan penambahan faktor produksi X agar tercapai kondisi efisiennya.
Jika 1 artinya penggunaan faktor produksi X telah melampaui tingkat
efisien sehingga diperlukan pengurangan faktor produksi X agar
tercapai kondisi efisiennya. 4.5.3. Analisis Pendapatan dan Rasio Penerimaan Biaya
RC ratio
Pendapatan usaha peternakan merupakan total penerimaan yang diperoleh peternakan dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan peternakan untuk
melakukan proses produksi. Total penerimaan usaha peternakan disini berasal dari hasil produksi yaitu penjualan sapi potong yang telah digemukkan. Total biaya
meliputi biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan selama masa produksi berlangsung.
Tingkat pendapatan usaha peternakan dapat dituliskan dalam persamaan matematis sebagai berikut :
π = TR – TC TR = Σ Y
i
x P
Yi
TC = TFC + TVC
Dimana : π
= pendapatan TR
= total penerimaan total revenue TC
= total biaya total cost Y
i
= jumlah output yang dijual P
Yi
= harga output yang dijual i
= jenis output yang dijual TFC
= total biaya tetap total fixed cost TVC = total biaya variabel total variable cost
Kaidah pengujian : Jika TR TC maka usaha mendapat keuntungan
TR = TC maka usaha dalam kondisi impas tidak untung dan tidak rugi TR TC maka usaha mengalami kerugian
Analisis pendapatan usaha peternakan biasanya disertai dengan pengukuran efisiensi dari input-outputnya. Efisiensi suatu usaha peternakan
terhadap setiap penggunaan satu unit input digambarkan oleh rasio penerimaan dan biaya. Rasio penerimaan dan biaya atau RC ratio ini merupakan
perbandingan antara penerimaan yang diterima usaha peternakan dengan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi. Secara matematis hal itu dapat dituliskan
sebagai berikut : RC ratio =
Suatu usaha peternakan dikatakan menguntungkan jika nilai RC ratio lebih besar dari satu. Semakin besar RC ratio maka semakin besar pula
keuntungan yang diperoleh peternak Soekartawi, 1991. Kriteria yang digunakan adalah :
Jika RC 1 artinya setiap satu rupiah yang dikeluarkan peternak untuk kegiatan usahanya akan menghasilkan penerimaan yang lebih besar dari biaya
yang dikeluarkan. Maka dapat dikatakan usaha peternakan tersebut menguntungkan untuk dijalankan.
Jika RC = 1 artinya setiap satu rupiah yang dikeluarkan peternak untuk kegiatan usahanya hanya memberikan penerimaan yang sama dengan biaya
yang dikeluarkannya. Maka dapat dikatakan usaha peternakan berada pada titik impas dimana kondisinya tidak untung tetapi juga
tidak rugi. Jika RC 1 artinya setiap satu rupiah yang dikeluarkan peternak untuk kegiatan
usahanya, menghasilkan penerimaan yang lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan. Hal ini menunjukkan bahwa usaha peternakan tersebut
tidak menguntungkan untuk dijalankan.
4.5.4. Analisis Keberlanjutan Usaha