6.2. Analisis Efisiensi Produksi PT Andini Persada Sejahtera, Cikalong Bandung
Tingkat efisiensi produksi dilihat secara teknis dan ekonomis. Kedua efisiensi ini saling berhubungan satu sama lain karena dapat menunjukkan
kombinasi faktor produksi yang bisa memberikan tingkat produksi optimum sehingga dapat menghasilkan keuntungan maksimum pada suatu usaha. Apabila
suatu faktor produksi mencapai tingkat efisien secara teknis, belum tentu faktor produksi tersebut efisien secara ekonomis. Namun apabila faktor produksi efisien
secara ekonomis, sudah pasti faktor produksi akan efisien secara teknis.
6.2.1. Efisiensi Teknis
Efisiensi teknis dapat diketahui berdasarkan nilai elastisitas produksi dari tiap-tiap variabel independen dalam model fungsi produksi. Nilai elastisitas
produksi pada fungsi produksi Cobb-Douglas dapat dilihat melalui nilai koefisien regresi masing-masing variabel independen yang merupakan faktor produksi yang
digunakan dalam penelitian. Nilai elastisitas dari seluruh faktor produksi juga digunakan untuk menunjukkan returns to scale atau skala usaha pada peternakan.
Nilai elastisitas produksi untuk masing-masing faktor produksi pada PT Andini Persada Sejahtera, Cikalong Bandung, dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Nilai Elastisitas Produksi Setiap Faktor Produksi pada PT Andini Persada Sejahtera, Cikalong Bandung, Selama Satu Periode
Pemeliharaan, Tahun 2010 Faktor Produksi
Elastisitas Produksi Sapi bakalan X1
0,890 Pakan konsentrat X2
0,139 Pakan hijauan X3
0,371 Jumlah
1,4
Sumber : Data Primer, diolah 2010
Berdasarkan Tabel 10, jumlah elastisitas produksi dari seluruh faktor
produksi pada PT Andini Persada Sejahtera, Cikalong Bandung, sebesar 1,4.
Angka ini menunjukkan bahwa skala usaha penggemukan sapi potong ini adalah increasing return to scale yang berarti bahwa proporsi penambahan produksi
lebih besar dari proporsi penambahan faktor produksi atau bisa dikatakan juga bahwa setiap penambahan faktor produksi sebesar 1 persen akan menghasilkan
tambahan produksi sebesar 1,4 persen. Pernyataan ini dapat dikatakan sesuai dengan yang umum terjadi di pasar dimana setiap pengusaha pastinya
mengharapkan agar memperoleh tambahan hasil yang lebih besar dari input yang ditambahnya. Namun, hasil produksi yang besar belum tentu menghasilkan
keuntungan yang maksimum. Jika dilihat dari pembagian daerah produksi, nilai total elastisitas produksi
tersebut berada pada daerah produksi I dengan E
P
1. Pada daerah ini, setiap penambahan faktor produksi sebesar 1 persen akan menghasilkan tambahan
produksi lebih dari 1 persen. Daerah produksi I disebut juga daerah irrasional karena pada daerah ini pendapatan maksimum pada perusahaan belum tercapai,
pendapatan masih dapat diperbesar apabila penggunaan faktor produksi ditingkatkan. Elastisitas sebesar 1,4 menunjukkan bahwa belum tercapainya
efisiensi teknis pada PT Andini Persada Sejahtera, Cikalong Bandung. Hal ini dikarenakan adanya spesifikasi usaha baru pada perusahaan yaitu full fattening
yang baru dijalankan beberapa bulan. Pada kondisi ini perusahaan masih beradaptasi dengan penerapan spesifikasi usaha yang baru serta berupaya untuk
mengembangkan usaha hingga mencapai kondisi efisien yang dapat memaksimumkan keuntungan. Perusahaan masih dapat terus menambah faktor
produksi untuk meningkatkan hasil yang diperoleh hingga keuntungan maksimum tercapai.
Pada penelitian ini efisiensi ekonomi tidak dapat dilakukan. Hal ini terjadi karena produksi yang dilakukan tidak efisien secara teknis, sehingga efisiensi
ekonomis tidak dapat diketahui. Kondisi sebenarnya berada pada tingkat keuntungan maksimum yang belum tercapai, sehingga tidak dapat dihitung berapa
besar keuntungan maksimumnya dan berapa kombinasi faktor produksi yang dapat memberikan keuntungan maksimum tersebut. Diluar hal tersebut, pengaruh
dari masing-masing faktor produksi terhadap hasil produksi akan dijelaskan sebagai berikut.
1. Sapi Bakalan X1
Sapi bakalan merupakan input utama dalam usaha ini, karena tujuan akhir dari kegiatan penggemukan sapi potong adalah mendapatkan bobot akhir sapi
yang lebih tinggi dari bobot awal pada sapi bakalan. Berdasarkan hasil analisis fungsi produksi Cobb-Douglas, elastisitas sapi bakalan sebesar 0,890. Nilai
tersebut berarti bahwa apabila bobot sapi bakalan ditingkatkan jumlahnya sebesar 1 persen, maka hasil produksi bobot sapi potong akan meningkat sebesar 0,890
persen, ceteris paribus. Elastisitas sapi bakalan ini berada antara 0 E
P
1 yang menunjukkan bahwa penggunaan sapi bakalan berada pada daerah produksi II
atau daerah rasional dimana perubahan faktor produksi sebesar 1 persen akan menyebabkan perubahan hasil produksi minimal diatas 0 persen dan maksimal
dibawah 1 persen. Elastisitas sapi bakalan sebesar 0,890 menunjukkan bahwa penggunaan sapi bakalan pada peternakan sudah efisien secara teknis.
Berdasarkan uji- t pada α = 0,01 sapi bakalan berpengaruh nyata terhadap produksi
sapi potong sehingga adanya penambahan pada sapi bakalan dapat memberikan perubahan yang nyata pada produksi sapi potong, ceteris paribus.
2. Pakan konsentrat X2 Konsentrat merupakan pakan utama yang diberikan pada ternak.
Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat bahwa nilai elastisitas pakan konsentrat adalah 0,139. Nilai elastisitas ini juga berada pada daerah II atau daerah rasional yang
menunjukkan bahwa efisiensi teknis penggunaan pakan konsentrat pada peternakan sudah tercapai. Elastisitas pakan konsentrat sebesar 0,139 dapat
diartikan bahwa dengan penambahan 1 persen pakan konsentrat akan menyebabkan terjadinya pertambahan produksi bobot sapi potong sebesar 0,139
persen, ceteris paribus. Berdasarkan uji- t pada α = 0,01 pakan konsentrat
berpengaruh nyata terhadap produksi sapi potong sehingga adanya penambahan pakan konsentrat dapat mengakibatkan perubahan nyata terhadap produksi sapi
potong, ceteris paribus. 3. Pakan Hijauan X3
Pakan hijauan yang digunakan pada peternakan juga menunjukkan bahwa faktor produksi tersebut telah efisiensi secara teknis. Nilai elastisitas pakan
hijauan sebesar 0,371 mengandung arti bahwa adanya penambahan pakan hijauan sebesar 1 persen akan meningkatkan produksi sapi potong sebesar 0,371 persen,
ceteris paribus. Menurut kurva produksi, nilai tersebut berada pada daerah II atau daerah rasional yang mempunyai nilai elastisitas antara 0 sampai 1. Berdasarkan
uji- t pada α = 0,01 pakan hijauan berpengaruh nyata terhadap produksi sapi
potong sehingga adanya tambahan pakan hijauan dapat memberikan perubahan yang nyata pada produksi sapi potong, ceteris paribus.
6.3. Analisis Pendapatan Usaha Penggemukan Sapi Potong PT Andini Persada Sejahtera, Cikalong Bandung
Analisis pendapatan usaha pada PT Andini Persada Sejahtera, Cikalong Bandung, dilakukan untuk mengetahui tingkat pendapatan yang diterima
perusahaan. Pendapatan usaha penggemukan sapi potong diperoleh dari selisih antara total penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan dalam proses
produksi. Apabila selisih tersebut bernilai positif, hal itu berarti bahwa usaha penggemukan sapi potong memperoleh keuntungan. Namun apabila selisihnya
negatif, maka usaha dikatakan menderita kerugian. Biaya dan penerimaan pada perusahaan juga terkait dengan koefisien
teknis dari masing-masing tipe sex sapi. Misalnya rataan bobot badan awal sapi untuk perhitungan biaya pembelian bakalan dan rataan bobot badan akhir untuk
perhitungan penerimaan. Koefisien teknis dari masing-masing tipe sex sapi dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Koefisien Teknis Sapi Bulls, Steers, dan Heifers pada PT Andini Persada Sejahtera, Cikalong Bandung, Selama Satu Periode
Pemeliharaan, Tahun 2010 Uraian
Bulls Steers
Heifers Rataan bobot awal kg
288,043 293,8 287,081
Rataan konsumsi pakan konsentrat kgperiode 709,095 692,963 693,830
Rataan konsumsi pakan hijauan kgperiode 397,564 392,880 391,822
Rataan bobot akhir kg 404,166 401,667 388,103
Pertambahan bobot badan kghari 1,42
1,35 1,23
Sumber : Data Primer, diolah 2010
6.3.1. Biaya Usaha Penggemukan Sapi Potong PT Andini Persada Sejahtera,