keuntungan yang diperoleh peternak Soekartawi, 1991. Kriteria yang digunakan adalah :
Jika RC 1 artinya setiap satu rupiah yang dikeluarkan peternak untuk kegiatan usahanya akan menghasilkan penerimaan yang lebih besar dari biaya
yang dikeluarkan. Maka dapat dikatakan usaha peternakan tersebut menguntungkan untuk dijalankan.
Jika RC = 1 artinya setiap satu rupiah yang dikeluarkan peternak untuk kegiatan usahanya hanya memberikan penerimaan yang sama dengan biaya
yang dikeluarkannya. Maka dapat dikatakan usaha peternakan berada pada titik impas dimana kondisinya tidak untung tetapi juga
tidak rugi. Jika RC 1 artinya setiap satu rupiah yang dikeluarkan peternak untuk kegiatan
usahanya, menghasilkan penerimaan yang lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan. Hal ini menunjukkan bahwa usaha peternakan tersebut
tidak menguntungkan untuk dijalankan.
4.5.4. Analisis Keberlanjutan Usaha
Setiap pengusaha,
disamping mendapatkan
keuntungan pasti
mengharapkan agar usahanya dapat terus berjalan. Untuk itu diperlukan berbagai upaya agar pengusaha tersebut dapat mempertahankan keberlanjutan usahanya di
masa yang akan datang. Analisis keberlanjutan usaha dalam penelitian ini meliputi ketersediaan sumberdaya bahan baku kedepannya. Bahan baku tersebut
merupakan faktor produksi yang dapat menunjang usaha agar dapat terus berjalan, yaitu penyediaan sapi bakalan dan pakan.
Selain ketersediaan bahan baku, akan dibahas juga mengenai penanganan limbah peternakan. Lokasi peternakan memang cukup jauh dari pemukiman
penduduk, namun seiring berjalannya waktu kepadatan penduduk dalam suatu wilayah pasti bertambah. Terlebih jika di wilayah tersebut tanahnya subur dan
memiliki aksesibilitas yang baik. Pembahasan mengenai pengelolaan limbah yang akan dilakukan peternakan kedepannya dimaksudkan agar tidak mengganggu
masyarakat dan tercipta lingkungan yang harmonis antara peternakan dan pemukiman sekitar demi keberlanjutan usaha peternakan. Analisis mengenai
keberlanjutan usaha ini akan dijelaskan secara deskriptif.
4.5.5. Batasan Istilah
1. Ternak yang dipelihara merupakan sapi potong bakalan yang diimpor dari Australia untuk kemudian digemukkan sampai batas waktu tertentu hingga
dihasilkan bobot badan yang lebih besar. 2. Fungsi produksi adalah fungsi yang menunjukkan hubungan fisik antara
faktor-faktor produksi input dengan hasil produksi output. 3. Faktor produksi adalah faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya
output berupa sapi potong, yaitu : sapi bakalan, pakan konsentrat, pakan hijauan, tenaga kerja, dan kandang. Namun dalam penelitian ini faktor-faktor
produksi yang digunakan adalah sapi bakalan, pakan konsentrat, dan pakan hijauan.
4. Sapi bakalan merupakan sapi potong hidup dengan bobot berkisar antara 250- 350 kilogram dari bangsa sapi impor dengan tipe sex bull, steer, heifer yang
dipelihara dan diberi pakan tertentu hingga mencapai bobot ideal siap jual.
Sapi bakalan dihitung berdasarkan bobot badan awal sapi potong yang tertimbang saat awal masa pemeliharaan.
5. Bull adalah sapi jantan dewasa yang tidak dikastrasi dikebiri yang sudah dapat digunakan untuk perkawinan pejantan.
6. Steer adalah sapi jantan yang dikastrasi sebelum mencapai dewasa kelamin. 7. Heifer adalah sapi dara atau sapi betina yang dikastrasi dan belum pernah
melahirkan. 8. Sapi potong merupakan sapi potong hidup yang telah mencapai bobot ideal
siap jual yaitu minimal berbobot 360 kilogram. Sapi potong disini dihitung berdasarkan bobot badan akhir sapi yang tertimbang saat akhir masa
pemeliharaan. 9. Pakan konsentrat adalah pakan campuran dari beberapa bahan yang berasal
dari limbah atau hasil ikutan pertanian yang biasa digunakan sebagai pakan ternak, yang diolahdibuat sendiri oleh pihak peternakan dengan nama
konsentrat APS. Pakan konsentrat disini adalah jumlah konsentrat APS yang diberikan kepada ternak selama periode pemeliharaan.
10. Pakan hijauan adalah pakan berupa hijauan baik hijauan segar maupun kering. Pakan hijauan disini adalah jumlah pakan hijauan berupa rumput
gajah, tebon jagung, dan jerami yang telah difermentasi, yang diberikan kepada ternak selama periode pemeliharaan.
11. Lama pemeliharaan adalah waktu yang dibutuhkan untuk memelihara sapi potong mulai dari awal sapi bakalan didatangkan sampai sapi potong tersebut
siap dijual. Satu periode pemeliharaan pada perusahaan berkisar ± 3 bulan atau selama 75 - 90 hari.
12. Biaya produksi adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk melakukan proses produksi. Biaya produksi meliputi biaya tetap dan biaya
variabel. 13. Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan oleh peternak yang besarnya tidak
dipengaruhi jumlah output yang diproduksi. 14. Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan oleh peternak yang besarnya
dipengaruhi jumlah output yang diproduksi. 15. Penyusutan adalah penurunan nilai dari faktor-faktor produksi seperti
bangunan, mesin, atau peralatan akibat penggunaannya dalam suatu proses produksi karena pertambahan umur pemakaian. Perhitungan ini dilakukan
pada faktor-faktor produksi tetap pada suatu usaha. Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus, dasar pemikirannya adalah bahwa
benda yang digunakan dalam suatu usahatani menyusut dalam besaran yang sama setiap tahunnya. Rumus penyusutan dengan metode garis lurus adalah
sebagai berikut : Penyusutan =
16.
Rasio penerimaan dan biaya RC ratio menunjukkan pendapatan kotor yang diterima untuk setiap rupiah yang dikeluarkan untuk memproduksi. Melalui
RC ratio dapat diketahui tingkat keuntungan suatu usahaternak. Nilai RC ratio yang baik adalah yang lebih besar dari satu, semakin besar RC ratio
maka semakin besar pula keuntungan yang diperoleh. 17. Efisiensi adalah suatu kondisi dimana seluruh faktor produksi yang digunakan
telah mencapai kondisi efisien teknis dan efisien ekonomis.
18. Efisiensi teknis adalah suatu kondisi dimana nilai elastisitas produksi dari variabel input yang digunakan dalam model serta nilai keseluruhannya berada
antara nol dan satu 0 E
P
1. 19. Efisiensi ekonomis adalah suatu kondisi optimum yang tercapai apabila nilai
NPM = BKM dari variabel input yang digunakan dalam model. 20. Nilai Produk Marjinal NPM adalah turunan pertama dari persamaan fungsi
produksi dikali dengan harga produksi. NPM =
.
P
Y
21. Biaya Korbanan Marjinal BKM adalah rata-rata harga satuan faktor-faktor produksi P
X
yang berlaku di daerah penelitian. 22. Keberlanjutan usaha adalah upaya perusahaan untuk memenuhi kebutuhan
produksi.
V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1. Keadaan Umum Lokasi Perusahaan
Perusahaan ini bernama PT Andini Persada Sejahtera atau biasa disebut juga dengan PT APS. PT APS merupakan salah satu perusahaan yang bergerak
dibidang peternakan, yang mengkonsentrasikan usahanya dalam bidang penggemukan sapi potong. Sapi-sapi potong disini merupakan sapi impor dengan
sapi persilangan Brahman Cross sebagai sapi dominan yang dipelihara, bangsa sapi lain yang juga dipelihara diantaranya Santa Gertrudis dan Droughtmaster.
Perusahaan ini memiliki satu unit kantor pusat yang terletak di Jl. Transyogi Km 3 Cibubur Times Square, Ruko Madison Blok B4 No.23, Cibubur.
Lokasi kantor ini dipilih karena jaraknya tidak terlalu jauh dengan pusat kota. Sedangkan untuk lokasi peternakan farm dipilih lokasi yang jauh dari pusat kota
dan keramaian, namun tetap terjangkau oleh akses transportasi yang baik yaitu adanya jalan besar dengan kondisi yang baik serta tanpa kemacetan sehingga
distribusi dapat berjalan dengan lancar. Selain itu lokasi peternakan juga dipilih yang berada di dataran tinggi dengan sumber air baik dan asri, hal ini
dimaksudkan agar kondisi peternakan mirip dengan lingkungan awal ternak sehingga ternak dapat beradaptasi dengan baik. Peternakan tersebut berada di
Desa Cikalong, Kecamatan Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung Barat. Peternakan ini dapat menampung hingga 2500 ekor sapi bakalan. Disamping itu,
untuk memperluas usahanya PT Andini Persada Sejahtera juga memiliki dua unit peternakan lain yang berada di Desa Mekarlaksana, Kecamatan Cikanjung,
Kabupaten Bandung dan Kampung Duren Desa Sokanegara RT 02RW 04,