Dimana : a
: RC ratio R : penerimaan revenue
C : biaya cost P
Y
: harga output Y : output
FC : biaya tetap fixed cost VC : biaya variabel variable cost
Kriteria keputusan : RC 1, usahatani untung
RC 1, usahatani rugi RC = 1, usahatani impas tidak untungtidak rugi
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional
Perusahaan penggemukan sapi potong PT Andini Persada Sejahtera merupakan salah satu usaha peternakan dengan skala usaha cukup besar di Jawa
Barat yang turut berkontribusi dalam memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat. Dalam melakukan kegiatan usahanya, hasil produksi utama
perusahaan ini adalah sapi potong yang telah melalui masa pemeliharaan sehingga bobot badannya menjadi lebih besar dan daging yang dihasilkan pun menjadi
lebih banyak. Untuk memperoleh hasil produksi tersebut, diperlukan beberapa faktor
produksi yang dapat menunjang output yang dihasilkan. Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap hasil produksi berupa sapi potong, adalah sapi
bakalan, konsumsi pakan konsentrat, dan konsumsi pakan hijauan. Sapi potong
dan sapi bakalan dihitung berdasarkan bobot badan dari ternak sapi. Faktor-faktor produksi tersebut kemudian diuji secara statistik agar diketahui faktor produksi
mana yang berpengaruh nyata terhadap hasil produksi. Kebutuhan daging sapi yang tinggi sebagai salah satu pemenuhan
kebutuhan protein hewani menyebabkan perlunya analisis efisiensi produksi dari suatu perusahaan yang dapat menghasilkan daging sapi. Analisis efisiensi
produksi dilakukan untuk mengetahui apakah produksi berada pada tingkat efisien atau tidak. Produksi yang berada pada tingkat efisien dapat menunjukkan hasil
produksi yang optimal dimana produksi optimal tersebut dapat menghasilkan keuntungan maksimum. Efisiensi produksi dapat diketahui melalui efisiensi teknis
dan efisiensi ekonomis. Efisiensi teknis dapat dilihat melalui nilai elastisitas produksi dari tiap-tiap
faktor produksi yang berpengaruh terhadap hasil produksi. Efisiensi teknis tercapai jika nilai elastisitas produksi berada antara nol dan satu, yang artinya
peternak telah mengalokasikan faktor produksi sedemikian rupa sehingga dicapai hasil yang optimal. Sedangkan efisiensi ekonomis dapat dilihat melalui nilai NPM
nilai produk marjinal dan BKM biaya korbanan marjinal dari faktor produksi yang berpengaruh terhadap hasil produksi. Efisiensi ekonomis tercapai jika nilai
NPM = BKM, artinya faktor produksi yang digunakan telah mencapai tingkat optimal sehingga dapat memberikan keuntungan yang maksimal.
Selain efisiensi produksi, diperlukan juga analisis pendapatan untuk mengetahui tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan. Penggunaan faktor-
faktor produksi dalam kegiatan usaha tentunya membutuhkan biaya cost. Selain itu diperlukan juga biaya lain yang dikeluarkan perusahaan dalam menunjang
proses produksinya. Biaya tersebut dibedakan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Hasil produksi yang diperoleh perusahaan akan menghasilkan
penerimaan. Selisih antara penerimaan dan biaya tersebut merupakan pendapatan yang diperoleh perusahaan.
Disamping itu akan dilihat juga bagaimana RC ratio yang merupakan perbandingan antara penerimaan yang diterima perusahaan dengan biaya yang
dikeluarkan dalam proses produksi. Melalui RC ratio ini dapat diketahui apakah setiap rupiah yang dikeluarkan perusahaan akan memberikan penerimaan yang
lebih besar dari biaya tersebut atau tidak. Suatu usaha dikatakan menguntungkan jika RC ratio lebih besar dari satu. Semakin besar RC ratio maka semakin bagus.
Permintaan daging yang tidak akan berakhir, malah semakin meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, peningkatan pendapatan dan
tingginya tingkat pendidikan masyarakat yang tentunya memerlukan pemotongan sapi secara kontinu. Untuk itu, dalam penelitian ini juga akan dibahas mengenai
keberlanjutan usaha agar dapat memenuhi kebutuhan daging sapi tersebut, dilihat dari sisi penyediaan sapi bakalan dan pakan. Selain itu, penanganan limbah
peternakan kedepannya juga perlu dikaji agar tercipta lingkungan yang baik. Analisis keberlanjutan usaha yang juga dimaksudkan agar usaha dapat terus
berjalan ini akan dijelaskan secara deskriptif. Hasil dari kajian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan
masukan bagi perusahaan dalam mengelola usahanya sehingga dapat melakukan produksi dengan optimal dimana produksi optimal dari suatu usaha peternakan
nantinya dapat membantu untuk memenuhi kebutuhan daging sapi dalam negeri
serta membantu agar usaha dapat terus dijalankan dengan baik. Adapun bagan kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 3.
Keterangan :
hubungan tidak langsung hubungan langsung
Sumber : Penulis 2010
Gambar 3. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional
Perusahaan Penggemukan Sapi Potong Faktor-faktor Produksi X
i
Sapi bakalan Pakan konsentrat
Pakan hijauan
Fungsi Produksi Cobb-Douglas Uji Statistik
Faktor-faktor Produksi yang Berpengaruh
Analisis Efisiensi Produksi
Hasil Produksi Y
i
Sapi potong
Biaya TC
i
= P
Xi
. X
i
TC = Σ TC
i
Penerimaan TR
i
= P
Yi
. Y
i
TR = Σ TR
i
Analisis Pendapatan
Efisiensi Teknis
Efisiensi Ekonomis
Pendapatan π = TR - TC
RC Ratio
Analisis Keberlanjutan Usaha
Alokasi faktor-faktor produksi optimal
Tingkat keuntungan usaha peternakan
Rekomendasi Ketersediaan bahan
baku dan pengelolaan limbah dimasa yang
akan datang
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu