13
maupun antara nelayan dengan pemerintah. Dalam Hikmah 2008, akibat dari konflik jenis ini, yaitu:
a. Terancamnya keberlanjutan sumberdaya perairan.
b. Rusaknya kelestarian lingkungan perairan.
4. Konflik cara produksi atau alat tangkap, merupakan konflik yang
terjadi karena perbedaan alat tangkap. Konflik ini mengakibatkan rusaknya lingkungan perairan Hikmah 2008 dan adanya dominasi
dari nelayan dengan alat tanggap modern pada nelayan tradisional Kinseng 2007.
5. Konflik lingkungan, merupakan konflik yang terjadi akibat kerusakan
lingkungan yang disebabkan oleh praktik salah satu pihak yang merugikan nelayan.
6. Konflik usaha, merupakan konflik yang terjadi di darat akibat
mekanisme harga ataupun sistem bagi hasil yang merugikan sekelompok nelayan. Menurut Hikamah 2008 akibat dari konflik ini,
yaitu: a.
Kerugian materi. b.
Nelayan menjual hasil tangkapan ke pemilik modal dengan harga jauh di bawah harga pasar.
c. Nelayan didesak untuk menggunakan Trawl.
7. Konflik primordinal, merupakan konflik yang terjadi akibat perbedaan
identitas, secara etnik, asal daerah, dan seterusnya. Akan tetapi konflik primordinal tidak pernah berdiri sendiri atau menjadi penyebab utama
dalam suatu konflik. Konflik ini mengakibatkan terganggunya akses suatu pihak terhadap sumberdaya Adhuri 2005.
2.1.2.3 Penyebab Konflik
Terdapat sebuah pribahasa “tidak ada asap jika tidak ada api”, begitu pula dengan konflik. Setiap konflik berasal dari suatu permasalahan baik yang
mengakar kuat ataupun tidak. Menurut Soekanto 2002, penyebab dari konflik ada empat, yaitu: perbedaan antar individu, perbedaan kebudayaan, perbedaan
kepentingan, dan perbedaan sosial. Perbedaan sosial berkaitan dengan status kelas
14
masyarakat, seperti kelas bangsawan dan kelas orang merdeka Adhuri 2005. Sedangkan menurut Dorcey 1986 dalam Mitchell et al. 2007, konflik
disebabkan karena: perbedaan pengetahuan atau pemahaman, perbedaan nilai, perbedaan kepentingan, persoalan pribadi atau latar belakang sejarah.
Menurut Fisher et al. 2000 dalam Satria 2002, terdapat beberapa teori mengenai berbagai penyebab konflik, yaitu:
1. Teori hubungan masyarakat. Dalam masyarakat yang heterogen sering
kali terjadi kegagalan dalam interaksi sosial karena arogansi masing- masing kelompok.
2. Teori negosiasi prinsip. Perbedaan kepentingan dan ketidakselarasan
di antara dua pihak. Konflik jenis ini akan semakin rumit dengan adanya perbedaan andangan di antara kedua belah pihak berkenaan
konflik itu sendiri. Hal ini terjadi karena salah satu atau kedua belah pihak tidak dapat memisahkan antara perasaan pribadi dari berbagai
masalah dan isu. 3.
Teori kebutuhan manusia. Dalam konflik ini erat kaitannya dengan kebutuhan manusia sehari-hari. Kabutuhan manusia yang terdiri dari
kebutuhan fisik, mental, dan sosial ini harus terpenuhi karena menyangkut hajat hidup manusia. Dalam kasus nelayan di Balikpapan
dijelaskan bahwa inti permasalah disebabkan karena terganggunya mata pencaharian nelayan yang pada akhirnya akan memperburuk
kehidupan nelayan. Dalam Cordell yang diacu dari Kinseng 2007 persoalan pokok ini menyangkut “inti dari kehidupan nelayan” core
of fishermen’s lifelihood atau bisa juga dikatakan sebagai sumber
kehidupan nelayan. 4.
Teori identitas. Dalam sejarah kehidupan manusia, sering terjadi upaya penghancuran suatu kelompok masyarakat karena kekuasaan
atau apapun karena dendam sejarah karena penderitaan masa lalu. 5.
Teori kesalahpahaman antar budaya. Konflik dapat muncul karena kesalahpahaman antar budaya karena kurangnya pengetahuan tentang
budaya lain. Selain itu konflik ini muncul juga karena perupaan
15
sterotype negatif yang dibentuk satu pihak terhadap pihak lain yang mengurangi rasa saling menghormati antar mereka.
6. Teori transformasi konflik. Konflik muncul akibat ketidakstaraan dan
ketidakadilan yang muncul sebagai masalah-masalah sosial, budaya, dan ekonomi.
Menurut Satria 2009, faktor-faktor penyebab konflik yang dikemukakan oleh Ginting 1998 dapat dijelaskan sebagi berikut:
1. Faktor sosial dapat yang digambarkan dengan kesenjangan teknologi
penangkapan ikan. Selain itu, faktor tersebut dapat dilihat dari banyak sedikitnya pihak yang terlibat dalam konflik, keberadaan tokoh dalam
konflik, keberadaan pihak yang bertolak belakang, isu yang berkembang, populasi nelayan, latar belakang budaya dan adat
istiadat, adanya keinginan tertentu, dan keberadaan peraturan dan penegakan hukum Budiono 2005.
2. Faktor ekonomi berhubungan dengan mekanisme harga ataupun
sistem bagi hasil nelayan. Namun menurut Budiono 2005, faktor ekonomi dalam konflik dapat dilihat dari kompetisi dalam
pemanfaatan sumberdaya, persepsi masyarakat terhadap stok sumberdaya, dan kondisi perekonomian masyarakat.
3. Faktor budaya berkaitan dengan perbedaan identitas, tetapi faktor ini
tidak pernah berdiri sendiri atau menjadi penyebab utama suatu konflik.
4. Faktor bio-fisik dapat digambarkan oleh kerusakan lingkungan yang
pada akhirnya dapat mengurangi ketersediaan sumberdaya ikan.
2.1.2.4 Dinamika Konflik