Definisi Konseptual Definisi Operasional

22

2.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini disajikan sebagai berikut: Diduga terdapat hubungan antara karakteristik nelayan terhadap akses politik nelayan.

2.4 Definisi Konseptual

Terdapat beberapa definisi konseptual dalam penelitian ini, yaitu: 1. Wilayah pesisir adalah suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan. 2. Sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil adalah sumberdaya hayati, sumberdaya nonhayati, sumberdaya buatan, dan jasa-jasa lingkungan 3. Zonasi pertambangan dalam hal ini berkaitan dengan batas pelayaran kapal- kapal tanker dan tongkang yang digunakan untuk mengankut minyak bumi serta batu bara. Hal ini sesuai dengan Surat Keputusan Bersama SKB dua menteri, yaitu menteri perhubungan dan menteri dalam negeri dengan nomor keputusan No. 131986 KM 31AL-101PHB-86 mengenai batas pelabuhan. 4. Zonasi perikanan dalam hal ini berkaitan dengan batas wilayah perairan berdasarkan UU No. 27 Tahun 2007. 5. Konflik adalah suatu proses sosial dimana individu atau kelompok berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan dengan ancaman atau kekerasan. 6. Konflik kelas adalah konflik yang terjadi akibat perbedaan kelas sosial nelayan dalam memperebutkan wilayah penangkapan. 7. Konflik kepemilikan sumberdaya, merupakan konflik yang terjadi dalam isu “ikan milik siapa” atau “laut milik siapa”. 8. Konflik pengelolaan sumberdaya, merupakan konflik yang disebabkan oleh pelanggaran aturan pengelolaan baik yang terjadi antar nelayan maupun antara nelayan dengan pemerintah. 9. Konflik lingkungan, merupakan konflik yang terjadi akibat kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh praktik salah satu pihak yang merugikan nelayan. 23

2.5 Definisi Operasional

Definisi operasional untuk masing-masing variabel sebagai berikut: Karakteristik nelayan dapat dilihat berdasarkan umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan tingkat tanggungan. 1. Umur adalah lama hidup nelayan di dunia ini hingga saat diwawancara. Hal ini dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu: a. Tua: umur 47,5 tahun b. Sedang: 39,5 umur =47,5 tahun c. Muda: umur = 39,5 tahun 2. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan yang telah ditempuh oleh nelayan. Hal ini dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu: a. Tinggi: lulus SMA atau sederajat hingga perguruan tinggi, nilai 3. b. Sedang: lulus SMP atau sederajat, nilai 2. c. Rendah: tidak sekolah hingga lulus SD, nilai 1. 3. Tingkat pendapatan adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh nelayan sebelum paceklik. Hal ini dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu: a. Tinggi: pendapatan Rp 152.500trip, nilai 3. b. Sedang: Rp 54.375 pendapatan = Rp 152.500trip, nilai 2. c. Rendah: pendapatan = Rp 54.375trip, nilai 1. 4. Tingkat pendapatan adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh nelayan pada masa paceklik. Hal ini dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu: a. Tinggi: pendapatan Rp 20.000,00trip, nilai 3. b. Sedang: Rp 5.000pendapatan= Rp 20.000trip, nilai 2. c. Rendah: pendapatan = Rp 5.000,00trip, nilai 1. 5. Jumlah tanggungan adalah banyaknya jumlah tanggungan dalam keluarga. Hal ini dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu: a. Tinggi: jumlah tanggungan 2, nilai 3. b. Sedang: jumlah tanggungan = 2, nilai 2. c. Rendah: jumlah tanggungan =1, nilai 1. Partisipasi yang dilakukan oleh nelayan terhadap zonasi laut, yaitu berupa tahap perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan, dan evaluasi. Hal ini dapat dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu: 24 a. Tinggi = nelayan ikut berperanserta minimal pada tiga tahap partisipasi. Nilai: 3. b. Sedang= nelayan ikut berperanserta pada dua tahap partisipasi. Nilai: 2. c. Rendah = nelayan hanya ikut berperanserta pada salah satu tahap partisipasi. Nilai: 1. Akses nelayan terhadap sumberdaya alam adalah kemampuan nelayan dalam memanfaatkan sumberdaya alam yang ada. Hal ini dilihat dalam cangkupan wilayah dan hak pemanfaatan. Cangkupan wilayah dibagi menjadi dua hal, yaitu: 1 Jarak tempuh adalah jauhnya wilayah tangkap nelayan dari bibir pantai. a. Jarak tempuh sebelum zonasi adalah jauhnya wilayah tangkap nelayan dari bibir pantai ke tengah laut sebelum zonasi, dibagi menjadi tiga, yaitu: i. Tinggi: jarak tempuh 2 mil, nilai 3. ii. Sedang: 0,813 mil jarak tempuh = 2 mil, nilai 2. iii. Rendah: jarak tempuh = 0,813 mil, nilai 1. b. Jarak tempuh sesudah zonasi adalah jauhnya wilayah tangkap nelayan dari bibir pantai ke tengah laut sesudah zonasi, dibagi menjadi tiga, yaitu: i. Tinggi: jarak tempuh 3 mil, nilai 3. ii. Sedang: 0,813 mil jarak tempuh = 3 mil, nilai 2. iii. Rendah: jarak tempuh = 0,813 mil, nilai 1. 2 Waktu tempuh adalah lamanya nelayan melaut untuk menangkap ikan. a. Waktu tempuh sebelum zonasi adalah lamanya nelayan melaut untuk menangkap ikan sebelum adanya zonasi, dibagi menjadi dua, yaitu: i. Tinggi: waktu tempuh 4,5 jam, nilai 3. ii. Rendah: waktu tempuh = 4 jam, nilai 1. b. Waktu tempuh sesudah zonasi adalah lamanya nelayan melaut untuk menangkap ikan sesudah adanya zonasi, dibagi menjadi tiga, yaitu: i. Tinggi: waktu tempuh 7 jam, nilai 3. ii. Sedang: 5 waktu tempuh = 7, nilai 2. iii. Rendah: waktu tempuh = 5 jam, nilai 1. Sedangkan akses sumberdaya alam nelayan jika dilihat dari hak pemanfaatannya dapat dilihat dari dua hal, yaitu hak pemanfaatan dan jumlah tangkapan. 25 1. Hak pemanfaatan adalah hak yang dimiliki oleh nelayan dalam memanfaatkan sumberdaya pesisir yang ada, dibagi menjadi dua: a. Hak pemanfaatan sebelum zonasi yang dibagi menjadi dua, yaitu: i. Tinggi: hak pemanfaatan tinggi 5, nilai 3. ii. Rendah: hak pemanfaatan = 5, nilai 1. b. Hak pemanfaatan sesudah zonasi yang dibagi menjadi dua, yaitu: i. Tinggi: hak pemanfaatan 7, nilai 3. ii. Rendah: hak pemanfaatan = 7, nilai 1. 2. Jumlah tangkapan adalah banyaknya hasil tangkapan yang diperoleh nelayan. a. Jumlah tangkapan sebelum adanya zonasi adalah banyaknya hasil tangkap yang dapat diperoleh nelayan sebelum adanya zonasi. Hal ini dibagi menjadi tiga, yaitu: i. Tinggi: jumlah tangkapan 5 kg, nilai 3. ii. Sedang: 2 kg jumlah tangkapan = 5 kg, nilai 2. iii. Rendah: jumlah tangkapan 5 kg. b. Jumlah tangkapan sesudah adanya zonasi adalah banyaknya hasil tangkap yang dapat diperoleh nelayan sesudah adanya zonasi. Hal ini dibagi menjadi tiga, yaitu: i. Tinggi: jumlah tangkapan 1 kg, nilai 3. ii. Sedang: 0,5 kg = jumlah tangkapan 1 kg, nilai 2. iii. Rendah: jumlah tangkapan = 1 kg. 26 BAB III PENDEKATAN LAPANGAN

3.1 Metode Penelitian

Dokumen yang terkait

Prospek Peranan Sukun dalam Food Security (Keamanan Pangan), dan Tataniaga Sukun Studi Kasus di Kelurahan Tritih Kulon, Kecamatan Cilacap, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah

1 11 126

Pengaruh Perikanan Apong terhadap Keberadaan Sumberdaya Udang (PENAEID) di Perairan Karang Anyar, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah (Studi Kasus di Perairan Segara Anakan, Kabupaten Cilacap)

0 11 154

Asset-Asset Sosial Pada Komunitas Nelayan (Studi Kasus Proses Mobilisasi Asset Sosial Pada Komunitas Nelayan Di Kelurahan Cilacap, Kecamatan Cilacap Selatan, Cilacap, Jawa Tengah)

0 17 188

Rancang-bangun Jaring Sirang (Bottom Gillnet) di Kecamatan Cilacap Selatan, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah

0 18 62

Model Pengelolaan Sumberdaya Udang Penaeidae spp di Kabupaten Cilacap Provinsi Jawa Tengah

0 6 172

Model Pengelolaan Sumberdaya Udang Penaeidae spp di Kabupaten Cilacap Provinsi Jawa Tengah

2 21 93

Pengaruh Perikanan Apong terhadap Keberadaan Sumberdaya Udang (PENAEID) di Perairan Karang Anyar, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah (Studi Kasus di Perairan Segara Anakan, Kabupaten Cilacap)

0 2 72

Analisis pemasaran ikan laut segar di Kabupaten Cilacap (Studi Kasus di Kecamatan Cilacap Selatan, Cilacap)

3 37 159

STUDI ETNOFARMAKOLOGI TUMBUHAN SEBAGAI OBAT DI KELURAHAN KUTAWARU KECAMATAN CILACAP TENGAH KABUPATEN CILACAP

0 0 16

PENERAPAN SISTEM EVAKUASI TSUNAMI DI KAWASAN PERKOTAAN KABUPATEN CILACAP, KASUS : KECAMATAN CILACAP SELATAN Tsunami Evacuation System Application In Cilacap Regency Urban Area, Case : Southern Cilacap District

0 0 12