20
terjadi setelah nelayan mengalami konflik dengan pengusaha budidaya mutiara di Talise Ginting 1998; dan
7. Proses pengambilan keputusan tertunda.
Dampak negatif lain dari konflik menurut Soekanto 2002 adalah: 1.
Perubahan kepribadian para individu. Perubahan kepribadian ini dapat dilihat pada masyarakat nelayan yang mengalami konflik pengelolaan
pesisir dengan pengusaha budidaya mutiara Ginting 1998. Perubahan kepribadian itu diperlihatkan pada penggunaan bom dan
racun sianida oleh nelayan agar mendapatkan hasil tangkapan yang banyak dalam waktu yang singkat Malik 1998 dalam Ginting 1998.
Sebelumnya mereka tidak menggunakan kedua alat tangkap tersebut; 2.
Hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia. Salah satu contohnya adalah perampasan jaring Minitrawl di perairan Kwanyar
oleh nelayan lokal Hikmah 2008. Perampasan ini merupakan aksi balas dendam nelayan lokal. Menurut Mitchell et al. 2007, balas
dendam juga merupakan dampak dari konflik; dan 3.
Akomodasi, dominasi, dan takluknya salah satu pihak. Menurut Adhuri 2005, dominasi dan penaklukan salah satu pihak dapat terjadi
karena perbedaan status sosial antara dua kelompok. Seperti yang terjadi di Maluku antara kelompok bangsawan dan orang merdeka.
2.2 Kerangka Pemikiran
Sistem pemanfaatan sumberdaya alam dapat berupa kebijakan mengenai hak pengelolaan sumberdaya tersebut. Kebijakan pengelolaan wilayah pesisir
dapat dipengaruhi oleh akses politik nelayan yang dilihat dari partisipasi nelayan terhadap pembentukan kebijakan tersebut. Akses politik ini dapat dipengaruhi
oleh karakteristik nelayan yang dilihat dari usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan jumlah tanggungan.
Kebijakan pengelolaan wilayah pesisir dapat mempengaruhi perubahan akses nelayan terhadap sumberdaya alam. Akses ini dilihat dari cangkupan
21
wilayah dan hak pemanfaatan pesisir. Akses nelayan terhadap sumberdaya alam ini juga dapat dipengaruhi oleh skala usaha nelayan yang dilihat dari skala kapal
tangkap nelayan. Perubahan akses nelayan terhadap sumberdaya alam dapat menyebabkan
konflik berupa konflik kelas, konflik kepemilikan sumberdaya, konflik pengelolaan sumberdaya, dan konflik lingkungan. Konflik ini dapat diatasi atau
diminimalisir dengan berbagai macam cara. Fokus penelitian ini adalah analisis konflik yang terjadi di Cilacap dimana
hal ini dipengaruhi oleh akses politik nelayan berupa partisipasi dalam hal zonasi wilayah pesisir. Penelitian ini mengambil individu sebagai unit analisisnya dengan
populasi berupa nelayan. Kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Keterangan: Mempengaruhi
Menghasilkan Termasuk
dalam
Gambar 1 Kerangka Pemikiran
Karakteristik nelayan:
Umur Tingkat
pendidikan Tingkat
pendapatan Jumlah
tanggungan Partisipasi
nelayan
Tingkat Partisipasi
Kebijakan pengelolaan
Wilayah pesisir
Perubahan akses sumberdaya
alam nelayan
Cakupan wilayah
Hak Pemanfaatan
Konflik:
‐ Konflik kelas ‐ Konflik kepemilikan
sumberdaya ‐ Konflik pengelolaan
sumberdaya ‐ Konflik lingkungan
Skala usaha nelayan:
Skala kapal tangkap
Solusi Zonasi:
- Sektor
pertambangan -
Sektor perikanan
22
2.3 Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini disajikan sebagai berikut: Diduga terdapat hubungan antara karakteristik nelayan terhadap akses politik
nelayan.
2.4 Definisi Konseptual