58
adalah garis yang terlihat mulai dari gambar lingkaran hingga dermaga tujuan. Sementara itu ada pelabuhan perikanan yang harus melewati jalur pelayaran dan
ada pula yang di luarnya.
6.2 Zonasi Perikanan
Samudera Indonesia merupakan wilayah perairan yang menjadi tempat bagi para nelayan di wilayah Kabupaten Cilacap untuk memenuhi kebutuhan
hidup mereka. Perairan ini terbagi menjadi zona pelayaran dan zona perikanan. Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan mengenai batas wilayah zona
pelayaran bagi kapal non nelayan. Pada wilayah jalur pelayaran terdapat peraturan bahwa wilayah tersebut sebaiknya bebas dari bagan apung dan jaring apung. Hal
ini ditujukan agar kegiatan pelayaran tidak terganggu. Sementara itu bagi nelayan Kabupaten Cilacap yang mencari hasil tangkapan juga diikat oleh suatu peraturan
mengenai batas wilayah tangkap. Batasan tersebut ditentukan oleh Kementrian Kelautan dan Perikanan berupa Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No.
Kep.34MEN2002 tentang Pedoman Umum Penataan Ruang dan Pulau-pulau Kecil.
Keputusan Menteri mengenai jalur perikanan tersebut adalah bahwa terdapat tiga jalur penangkapan ikan. Pada jalur penangkapan ikan I dengan batas
0 sampai 6 mil laut dibagi menjadi dua, yaitu: jalur 0 sampai 3 mil laut yang diperuntukkan bagi nelayan dengan peralatan penangkap ikan menetap dan alat
penangkap ikan tidak menetap yang dimodifikasi, kapal perikanan tanpa motor dengan ukuran kurang dari 10 meter. Selain itu ada klasifikasi jalur 3 hingga 6 mil
laut dimana hal ini diperuntukkan bagi nelayan alat penangkap ikan tidak menetap yang dimodifikasi, kapal perikanan tidak bermotor atau bermotor tempel dengan
ukuran kurang dari 12 meter atau kurang dari 5 GT. Pada jalur penangkapan ikan II dengan batas 6 sampai 12 mil ke arah laut. Nelayan yang boleh memasuki
wilayah ini adalah nelayan dengan kapal motor maksimum 60 GT, menggunakan pukat cincin, maksimum 600 meter 1 kapal dan maksimum 1000 meter 2
kapal, menggunakan jaring insang hanyut dengan ukuran maksimum 2500 meter. Jalur terakhir adalah jalur penangkan ikan III dengan batas perairan dari 12 mil
hingga Zona Ekonomi Eksekutif Indonesia. Nelayan yang diperboloehkan masuk
59
ke wilayah tangkap ini adalah kapal perikanan bendera Indonesia dengan ukuran maksimum 200 GT. Jenis alat tangkap adalah pursue seine bagi jenis ikan pelagis
besar di Laut Maluku, Laut Seram, Laut Banda, Laut Flores, Laut Sawu tidak diperbolehkan. Kapal Indonesia dengan ukuran maksimum 200 GT diperbolehkan
pada daerah ZEEI di Selat Malaka, kecuali pukat ikan dengan ukuran minimal 60 GT. ZEEI di luar Selat Malaka pengaturannya adalah kapal ikan Indonesia dan
asing kurang dari 350 GT; kapal ikan dengan alat tangkap purse seine dengan ukuran antara 350 GT sampai 800 GT, dan beroperasi di luar 100 mil dari garis
pangkal Kepulauan Indonesia, kapal ikan dengan alat tangkap purse seine dengan sistem kelompok hanya boleh dioperasikan di atas 100 mil laut dari garis pangkal
Kepulauan Indonesia. Berdasarkan aturan zonasi perikanan di atas maka dalam penelitian ini
nelayan yang menjadi responden seharusnya berada di jalur penangkapan ikan I. Para nelayan tersebut hanya memiliki hak untuk melaut sejauh 6 mil dari bibir
pantai ke tengah laut. Namun pada kenyataannya hal tersebut tidak diterjadi. Baik nelayan perahu bermotor maupun nelayan dengan perahu tanpa motor terkadang
melanggar batas zonasi tersebut. Hal ini dilakukan karena nelayan memiliki prinsip “di mana ikan berenang, maka nelayan akan mengejar”. Berikut ini
merupakan diagram yang menunjukkan jarak tempuh melaut nelayan tersebut.
Gambar 31 Diagram Jarak Tempuh Nelayan Sebelum Zonasi
60
Berdasarkan diagram tersebut dapat dilihat bahwa terdapat satu nelayan yang memiliki wilayah tangkap lebih jauh dari ketentuan yang seharusnya.
Nelayan tersebut melaut hingga jarak tempuh 7 mil dengan menggunakan perahu viber glass bermesin tempel 15 PK. Selain nelayan tersebut tidak ada lagi yang
menempuh jarak di luar batas ketentuan. Sementara itu keadaan berubah ketika setelah zonasi.
Gambar 12 Diagram Jarak Tempuh Nelayan Sesudah Zonasi Berdasarkan diagram pada Gambar 12 di atas dapat diketahui bahwa
terdapat 7 orang nelayan yang melaut lebih dari jarak 6 mil. Beberapa di antara mereka bahkan mencapai jarak 10 mil yang berarti hanya berbeda 2 mil dengan
ketentuan batas akhir jalur penangkapan ikan II. Alasan dari perluasan wilayah tangkap ini adalah agar bisa mendapatkan lebih banyak hasil tangkapan. Hal ini
dikarenakan di wilayah tangkap yang biasa mereka arungi keberadaan hasil laut seperti ikan, rajungan, udang, dan lobster sudah jarang.
6.3 Konflik Zonasi