terhadap 92 masyarakat tersebut, jangankan untuk meningkatkan pendapatan mereka, peluang untuk bekerja pada sektor pertambangan saja tidak ada.
Berdasarkan hasil survai, sebesar 8 responden yang menyatakan bahwa pendapatan mereka meningkat semenjak berdirnya perusahaan pertambangan
batubara tersebut. Sebesar 8 responden tersebut melihat peluang usaha yang besar dengan berdirinya perusahaan pertambangan batubara. Peluang usaha
tersebut terdiri dari masyarakat membuka warung sembako, warung makan dan menjadi tukang ojek. Peluang usaha ini dipandang dapat membantu meningkatkan
pendapatan mereka.
6.2.4 Migrasi Masuk
Masuknya sebuah industri dalam suatu wilayah dapat berpengaruh terhadap pergerakan penduduk, seperti halnya dapat memicu terjadi migrasi
penduduk. Pada Kelurahan Sempaja Utara, dimana dengan masuknya perusahaan- perusahaan pertambangan yang saat ini mencapai 12 perusahaan, telah
memberikan dampak terhadap jumlah penduduk di wilayah tersebut. Tabel 10 menunjukan sikap masyarakat terhadap keberadaan perusahaan pertambangan
batubara memicu terjadinya migrasi masuk. Tabel 10 Persentase Sikap Responden Terhadap Terjadinya Migrasi Masuk
Pernyataan Sikap
Masuknya perusahaan pertambangan
batubara memicu
terjadinya migrasi
penduduk Sangat
Setuju Setuju
NetralRagu- Ragu
Tidak Setuju
Sangat Tidak
Setuju 4
8 32
64 12
24 1
2 1
2 Berdasarkan hasil survai yang ditunjukan pada Tabel 10 di atas, untuk
pernyataan “dengan masuknya perusahaan pertambangan batubara memicu terjadinya migrasi penduduk” sebesar 8 responden menyatakan sangat setuju, 64
reponden menyatakan setuju, 24 responden netralragu-ragu, sebesar 2 responden menyatakan tidak setuju. Secara umum, sebagian besar responden
menyatakan bahwa keberadaan perusahaan memicu terjadinya pergerakan penduduk, yang terlihat pada perkembangan perusahaan pertambangan batubara
diikuti dengan lajunya penambahan jumlah penduduk. Hal ini, terlihat dari pernyataan salah satu ketua Rukun Tetangga RT 26 yang menyatakan
“Sejak masuknya perusahaan pertambangan di wilayah Kelurahan Sempaja Utara khususnya pada RT saya ini, banyak
penduduk yang berdatangan untuk mengadu nasib di wilayah ini. Kebanyakan warga pendatang tersebut bekerja pada
perusahaan baik bekerja di kantoran nya mapun sebagai buruh kasaran juga. Permasalahanya adalah banyak warga pendatang
yang tidak melapor kedatangannya, jadi kami RT disini juga cukup kerepotan apabila diminta pertanngung jawaban dari
kelurahan. Warga pendatang disini biasanya dari suku Jawa, Toraja, Bugis dan Madura.”
Pernyataan ketua RT tersebut dapat menjadi gambaran terjadinya pergerakan penduduk pada kelurahan Sempaja Utara, ini akibat masuknya
industri pertambangan batubara. Warga pendatang adalah pekerja pada perusahaan-perusahaan
pertambangan batubara tersebut. Seiring dengan
masuknya warga pendatang di wilayah Sempaja, terjadi penambahan
heterogenitas suku yang ada di wilayah Keluarahan Sempaja Utara, khsusnya pada RT 26 dan 28 sebagai tempat penelitian penulis. Masyarakat pendatang
terdiri dari suku Banjar, Bugis, Toraja, Buton, Jawa dan Madura. Perjalanannya keberagaman suku ini membuat warga pendatang dan lokal saling menghargai.
Akan tetapi, interaksi antara warga pendatang dengan warga lokal tidaklah begitu tinggi. Kondisi ini terlihat oleh fenomena warga pendatang yang jarang
terlihat pada kegiatan-kegiatan yang ada di RT. Kebanyakan warga pendatang lebih bersifat individualistik, jarang bersosialisasi bersama warga lainya. Pada
warga pendatang waktu untuk melakukan kegiatan sosial di tingkat RT sangatlah sedikit, karena kebanyak warga pendatang adalah para pekerja di perusahaan
pertambangan batubara yang memiliki waktunya untuk bekerja yang tinggi. Keberadaan warga pendatang dapat menimbulkan kecemburuan sosial
antara masyarakat lokal dengan masyarakat pendatang, seperti halnya dalam kaitannya dengan peluang untuk bekerja di perusahaan pertambangan batubara.
Sebagian masyarakat lokal tidak merasakan dampak positif dari keberadaan perusahaan pertambangan,
justru warga pendatanglah yang lebih merasakan dampak positifnya. Akan tetapi, kecemburuan itu tidak sampai menimbulkan
konflik yang serius seperti terjadinya perkelahian, pergolakan, bahkan pemberontakan. Tabel 11 menunjukan sikap masyarakat terhadap konflik sosial
antara masyarakat pendatang dan lokal tidak meningkat semenjak masuknya perusahaan pertambangan batubara.
Tabel 11. Persentase Sikap Responden Terhadap Konflik Sosial antara Masyarakat Pendatang dan Lokal
Pernyataan Sikap
Konflik sosial antara masyarakat pendatang
dan lokal
tidak meningkat
Sangat Setuju
Setuju NetralRagu-
Ragu Tidak
Setuju Sangat
Tidak Setuju
1 2
24 48
18 36
5 10
2 4
Berdasarkan hasil survai yang ditunjukan pada Tabel 11 di atas, untuk pernyataan “konflik sosial antara masyarakat pendatang dan lokal tidak
meningkat” sebesar 2 responden sangat setuju, 48 respoden setuju, 36 responden netral, 10 responden menyatakan tidak setuju dan sebesar 4
responden menyatakan sangat tidak setuju. Keberadaan masyarakat pendatang hanya memberikan pengaruh kecil
terhadap masyarakat lokal, seperti halnya masuknya masyarakat pendatang dapat membantu peningkatan perekonomian masyarakat lokal dengan menjadi
konsumen atau pembeli pada masyarakat yang memiliki usaha. Akan tetapi dengan masuknya masyarakat pendatang tidak akan meningkatkan persaingan
antar warga dalam kegiatan usaha, yang mana kegiatan usaha tersebut di dominasi oleh masyarakat lokal. Masyarakat lokal cukup menghargai perbedaan tersebut
dan tidak adanya desakan dari masyarakat lokal kepada perusahaan untuk memberikan tuntutan dalam memperkerjakan masyarakat pada perusahaan.