Dampak Keberadaan Perusahaan Pertambangan Terhadap Ekologi, Sosial- Ekonomi Masyarakat di Era Otonomi Daerah (Kasus Kelurahan Sempaja Utara, Kecamatan Samarinda Utara, Kota Samarinda)

(1)

(2)

Abstract

This research has 2 objectives, namely to investigate impacts of coal mining company’son social-economics and ecological;secondly to analyze common attitude towards impacts ofcoal mining company’ssocial-economics and ecological. Methods of this reserach is case study research by qualitative and quantitative approach. Qualitative methode was done by direct interview, in which quantitative method was done by survey. Productive age local community in north sempaja utara area is this subject of research. Number of sample which is taken is 50 respondent by using simple random sampling technique, however the number of informan on this research is unlimited. Result of this research is coal mining company’s operation bring impacts on ecological, social, and economics condition in samarinda city in general and north sempaja utara area in specific. Since the operation of coal mining company the enviromental quality was decreased gradually.

Keywords : Coal Mining Company’s, Impacts Aspects Ecological, Social and Economics, Community Perception


(3)

RINGKASAN

HARDIYANTI DHARMA PERTIWI, Dampak Keberadaan Perusahaan Pertambangan Batubara Terhadap Ekologi, Sosial dan Ekonomi Masyarakat di Era Otonomi Daerah, Kasus Kelurahan Sempaja Utara, Kecamatan Samarinda Utara, Kota Samarinda.(Dibawah BimbinganRILUS A. KINSENG)

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan yaitu (1) menganalisis dampak keberadaan perusahaan pertambangan batubara terhadap sosial dan ekonomi masyarakat sekitar beroperasinya perusahaan di Kelurahan Sempaja Utara (2) menganalisis dampak keberadaan perusahaan pertambangan batubara terhadap aspek ekologi sekitar beroperasinya perusahaan di Kelurahan Sempaja Utara (3) menganalisis sikap masyarakat terhadap keberadaan perusahaan pertambangan batubara di Kelurahan Sempaja Utara.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Metode penelitian kualitatif yang digunakan ialah studi kasus. Metode kualitatif ini dilakukan dengan pengamatan langsung, wawancara mendalam dengan menggunakan panduan pertanyaan yang dilakukan kepada informan dan responden. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan menggunakan metode survai. Kuesioner digunakan sebagai instrumen untuk pengumpulan informasi dari responden. Jumlah responden dalam penelitian ini ialah 50 responden yang diambil dengan menggunakan teknik simple random sampling dengan populasi penelitian yaitu masyarakat Kelurahan Sempaja Utara yang memiliki usia produktif antara 20-65 tahun pada dua RT yaitu RT 26 dan RT 28.

Pengumpulan data penelitian dilaksanakan pada bulan Maret hingga April tahun 2011. Data sekunder dikumpulkan melalui studi literatur dari data di Kantor Kelurahan Sempaja Utara, Dinas Pertambangan dan Mineral, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Pendapatan Daerah, Badan Perizinan serta dari literatur penelitian sebelumnya. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung di lokasi penelitian dimana dilakukan wawancara kepada responden dan informan yang mengacu kepada kuesioner dan panduan pertanyaan.

Data kualitatif yang diperoleh lalu disajikan dalam bentuk deskriptif sedangkan data kuantitatif dianalisis dengan uji Korelasi Rank Spearman menggunakan program komputer Ms. Excel 2007 dan SPSS 17 for windows, dengan nilai taraf nyata alpa sebesar 10%. Hasil uji Rank Spearmanyang dilakukan menunjukkan bahwa berdasarkan hasil uji menggunakan Rank Spearman, menunjukan bahwa dari ke empat faktor internal seperti umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan jumlah tanggungan keluarga, hanya terdapat satu faktor


(4)

yang mempengaruhi pembentukan sikap, yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendapatan terhadap aspek sosial-ekonomi masyarakat.

Keberadaan perusahan pertambangan batubara ini memberikan dampak yang positif terhadap pendapatan Kota Samarinda. Pada saat pelaksanaan otonomi daerah persentase dalam pembagian dana perimbangan cukup besar, hal ini juga diikut oleh subsidi atau dana perimbangan dari melalui pengelolaan sumberdaya alam pertambangan batubara. Setiap tahunnya pendapatan Kota Samarinda dari hasil pertambangan batubara mengalami peningkatan. Keberadaan perusahaan pertambangan batubara di wilayah Kelurahan Sempaja Utara dirasakan oleh sebagian masyarakat memberikan dampak yang positif. Terlihat dengan berdirinya perusahaan-perusahaan pertambangan batubara memberikan peluang berusaha terhadap masyarakat sekitar perusahaan, adapun jenis usaha yaitu seperti membuka warung sembako, warung makan dan sebagai tukang ojek.

Kesempatan bekerja pada sektor pertambangan pada masyarakat lokal di wilayah Kelurahan Sempaja Utara sangatlah kecil, terlihat hanya sedikit dari masyarakat lokal yang bekerja di perusahaan. Masyarakat yang bekerja pada perusahaan hanyalah sebagai buruh kasar dan supir truk penangkut batubara. Selain itu juga keberadaan perusahaan pertambangan batubara ini juga memberikan dampak terhadap pergerakan penduduk pada kelurahan Sempaja Utara. Masyarakat pendatang adalah pekerja pada perusahaan-perusahaan pertambangan batubara tersebut. Masuknya masyarakat pendatang menambah heterogenitas suku yang ada di wilayah kelurahan Sempaja Utara.

Berdirinya perusahaan pertambangan batubara di Kelurahan Sempaja Utara membuat masyarakat menjadi resah. Masalah lingkungan merupakan suatu hal yang tidak dapat terpisahkan dari kegiatan usaha pertambangan tersebut. Keberadaan perusahaan pertambangan tersebut membuat resah masyarakat. Semenjak perusahaan pertambangan masuk, masyarakat merasa kualitas lingkungan menjadi sangat buruk. Hal ini dapat dilihat dari fenomena sering terjadinya banjir, sumur masyarakat tercemar, saluran air tersendat, debu, terjadinya tanah longsor dan jalan rusak. Masih rendahnya kepedulian perusahaan terhadap masyarakat terlihat, hanya kepada sebagian kecil masyarakat saja yang pernah memberikan dana kompensasi (uang debu), akan tetapi pemberian dana tersebut tidak merata dan dirasakan oleh masyarakat tidak cukup untuk menggantikan dampak negatif yang dihasilkan.


(5)

(6)

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang ditulis oleh: Nama : Hardiyanti Dharma Pertiwi

NRP : I34070094

Departemen : Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Judul : Dampak Keberadaan Perusahaan Pertambangan Terhadap Ekologi, Sosial-Ekonomi Masyarakat di Era Otonomi Daerah (Kasus Kelurahan Sempaja Utara, Kecamatan Samarinda Utara, Kota Samarinda)

Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Rilus A. Kinseng, MA NIP. 19590506 198703 1 001

Mengetahui,

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS. NIP. 19550630 198103 1003


(7)

LEMBAR PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL

“DAMPAK KEBERADAAN PERUSAHAAN PERTAMBANGAN BATUBARA

TERHADAP EKOLOGI, SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI ERA OTONOMI DAERAH (KASUS KELURAHAN SEMPAJA UTARA, KECAMATAN SAMARINDA UTARA KOTA SAMARINDA)” BELUM PERNAH DIAJUKAN DAN DITULIS PADA

PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI MERUPAKAN HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK/LEMBAGA LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH INI.

Bogor, Juni 2011

Hardiyanti Dharma Pertiwi NRP. I34070094


(8)

RIWAYAT HIDUP

Nama penulis Hardiyanti Dharma Pertiwi, biasa dipanggil Adis dikalangan keluarga dan teman-teman di dekat Penulis. Penulis lahir di Samarinda, 30 Mei 1990. Penulis dilahirkan dari keluarga yang sederhana. Ayahanda penulis bernama Drs. H. Agus Sofian dan Ibunda penulis bernama Hj. Hayati Marhamah, SE. MM. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dengan memiliki 2 orang saudara, satu orang kakak yang bernama Karina Ansi Hanani, SE dan adik yang terkecil bernama Annisa Rahma Utari.

Penulis bersekolah di TK Aisyah pada tahun 1994-1995 di Samarinda, dilanjutkan Sekolah Dasar 008 pada tahun 1995-2001 di Samarinda, penulis melanjutkan Sekolah Menengah Pertama 3 pada tahun 2001-2004 di Samarinda, penulis melanjutkan Sekolah Menengah Atas 4 pada tahun 2004-2007 Samarinda, setelah menyelesaikan menengah atas penulis melanjutkan kuliah di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007-sekarang, diterima di IPB dengan menggunakan Jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD), dengan mengambil Fakultas Ekologi Manusia, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat.

Selama menjadi mahasiswi penulis aktif mengikuti kegiatan Himpunan Mahasiswa (Himpro). Penulis menjadi anggota Himpunan Peminat ilmu-Ilmu Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (HIMASIERA) pada tahun pertama menjadi anggota Divisi Public Relation, pada tahun kedua penulis menjadi Bendahara HIMASIERA. Selama menjadi pengurus HIMASIERA penulis aktif menjadi panitia di segala kegiatan HIMASIERA baik itu menjadi Ketua Kegiatan sampai menjadi anggota divisi kegiatan. Selain aktif dikegiatan Himpro penulis juga pernah menjadi Asisten Dosen Mata kuliah Komunikasi Bisnis. Penulis pernah mengikuti kegiatan Pekan Kreatifitas Mahasiswa (PKM) yang mandapat pembiayaan dari Dikti dalam bidang kewirausahaan selain mengikuti kegiatan pada tingkat nasional penulis juga mengikuti kegiatan Internasional yaitu kegiatanAceh Development Internasional Conference yang di adakan di Kuala Lumpur, Malaysia, dengan mempersentasikan makalah bersama teman-teman penulis.


(9)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah mari kita panjatkan puji syukur atas berkah dan nikmat yang diberikan oleh yang maha kuasa, diberikanya limpahan rahmat dan karunia maka penulisan

skripsi yang berjudul “Dampak Keberadaan Perusahaan Pertambangan Batubara Terhadap

Aspek Ekologi, Sosial dan Ekonomi Masyarakat Di Era Otonomi Daerah” telah selesai.

Proposal skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat pengambilan data lapangan dan skripsi pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor..

Dampak keberadaan perusahaan pertambangan ini bukan hanya memberikan kontribusi yang positif untuk pemerintah daerah akan tetapi keberadaan perusahaan pertambangan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang postif terhadap masyarakat di sekitar beroperasinya perusahaan pertambangan. Selain pemerintah daerah yang dapat merasakan hal ini, masyarakat lokal pun bisa merasakan, dari bertambahnya pendapatan masyarakat lokal, memberikan peluang untuk berusaha, memberikan peluang untuk lapangan pekerjaan pada sektor pertambangan, yang mana hal-hal tersebut dapat mensejahterakan masyarakat lokal.

Oleh karena itu, diperlukannya sinergi antara pemerintah daerah dan pihak perusahaan dalam mensejahterakan masyarakat lokal. Mudah-mudahan skripsi ini dapat berguna untuk memberikan tambahan informasi dan pengetahuan bagi pihak-pihak yang memerlukannya. Diperlukan kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan karya ini.

Bogor, Juni 2011


(10)

PRAKATA

Dengan memanjatkan puji syukur atas berkah dan nikmat yang diberikan oleh yang maha kuasa, diberikanya limpahan rahmat dan karunia maka penulisan skripsi penulis yang

berjudul “Pengelolaan Sumberdaya alam di Era Otonomi Daerah” telah selesai, tidak lupa penulis ucapakan terima kasih kepeda:

1. Kepada Allah SWT, yang telah memberikan berkah dan nikmatnya kesehatan, materi dan pikiran kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Ir. Rilus A. Kinseng, MA yang telah banyak membantu, membimbing dengan sabar dan memberikan banyak ilmu dan pengetahuan kepada penulis dalam menyelesaikan studi pustaka ini dan juga memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Dr. Ir. Ekawati S. Wahyuni, MS dan Bapak Sfyan Sjaf, Msi sebagai penguji dalam sidang skripsi yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis.

4. Papah penulis tersayang Drs. H. Agus Sofian, dan Mamah penulis Tersayang HJ. Hayati Marhamah, SE. MM yang telah banyak melimpahkan doa, waktu, perhatian dan kasih sayang serta motivasi kepada penulis dalam dalam menyelesaikan studi pustaka ini.

5. Kakak penulis Karina Ansi Hanani, SE dan Adik penulis Annisa Rahma Utari yang telah membuat hari-hari penulis menjadi semangat, telah berbagi canda tawanya, dan kasih sayangnya kepada penulis.

6. Sahabat-sahabatku tercinta Geidy Tiara Ariendi, Isma Rosyida, Mery Purnamasarie, Lisbeth Juwita Girsang, Marika Veraria, Intan Yuliastry yang telah memberikan banyak kebahagian, mengajari penulis menghargai arti kehidupan, membuat hari-hari penulis sangat berwarna, memberikan canda tawa, melewati hari-hari bersama senang-sedih serta memberikan kasih sayang dan semangat kepada penulis.

7. Kepada Teman-teman kostan Retno, Nurhidayah Ningsih, Maeda Niella, Kusumawaradani, Denty Utami, Risna Astuti, Mia, Nunu, Kenia Yolanda Sari dan Yuni yang telah memberikan perhatian, kasih sayang dan semangat kepada penulis dalam penyusunan studi pustaka ini.

8. Kepada sahabat penulis Crishtin Natalia Wati dan Devi Agustria yang telah memberikan semangat dan motivasi kepada penulis.

9. Kepada Teuku Irwan Satria yang selalu mengingatkan penulis dan memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.


(11)

10. Kepada Kak Bayu Eka Yulian, Om Anwar, Tante Lili, Om Fikri yang membantu dan mengerahkan penulis dalam pemilihan judul studi pustaka ini.

11. Kepada Om Faisal, Teteh Sri dan Om Arul yang telah menemani dan memberikan semangat selama penelitian.

12. Pak Saupani sebagai ketua Kelurahan Sempaja Utara, pak RT 26 dan 28 yang banyak membatu dalam penelitian ini.

13. Kepada teman-teman KPM 44 temen seperjungan yang telah menemani penulis kurang lebih empat tahun, saling berbagi suka duka serta memberikan semangat kepada penulis.

14. Kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

Bogor, Juni 2011


(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ...xiv

DAFTAR GAMBAR...xv

DAFTAR LAMPIRAN ...xvi

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Masalah Penelitian ...4

1.3 Tujuan Penelitian...5

1.4 Kegunaan Penelitian...6

BAB II PENDEKATAN TEORITIS...7

2.1 Tinjauan Pustaka ...7

2.1.1 Perkembangan Batubara di Era Otonomi Daerah ...7

2.1.2 Dampak Pada Aspek Sosial dan Ekonomi...10

2.1.3 Dampak Pada Aspek Ekologi ...13

2.1.4 Pengertian Sikap...15

2.2 Kerangka Pemikiran ...18

2.3 Hipotesa Penelitian...20

2.3.1 Hipotesis Uji ...20

2.3.2 Hipotesis Pengarah ...20

2.4 Definisi Operasional...21

BAB III METODE PENELITAN ...25

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ...25

3.2 Pendekatan Penelitian...26

3.3 Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data ...26

3.4 Teknik Pemilihan Responden dan Informan ...27

3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data...28

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI...29

4.1 Letak Geografis dan Keadaan Lingkungan ...29

4.2 Kepadatan Penduduk Kelurahan Sempaja Utara ...30

4.3 Infrastruktur Kelurahan Sempaja Utara...31

4.4 Potensi Lokal Kelurahan Sempaja Utara...32

BAB V GAMBARAN UMUM PERTAMBANGAN BATUBARA DI KOTA SAMARINDA ...34

5.1 Perkembangan Pertambangan Batubara Kota Samarinda di Era Otonomi Daerah ...34


(13)

BAB VI DAMPAK KEBERADAAN PERUSAHAAN PERTAMBANGAN PADA

ASPEK SOSIAL-EKONOMI...38

6.1 Dampak Secara Makro ...38

6.2 Dampak Secara Mikro ...40

6.2.1 Peluang Kerja Pada Sektor Pertambangan ...41

6.2.2 Peluang Berusaha ...43

6.2.3 Tingkat Pendapatan Masyarakat ...45

6.2.4 Migrasi Masuk ...47

BAB VII DAMPAK KEBERADAAN PERUSAHAAN PERTAMBANGAN PADA ASPEK EKOLOGI ...50

7.1 Dampak Pertambangan Batubara Terhadap Lingkungan Menurut Sikap Masyaraka 51 7.1.1 Kerusakan Jalan ...53

7.1.2 Polusi Udara...53

7.1.3 Banjir ...54

BAB VIII SIKAP MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK KEBERADAAN PERTAMBANGAN BATUBARA...58

8.1 Karekteristik Responden ...58

8.2 Sikap Masyarakat Terhadap Keberadaan Perusahaan Pertambangan Batubara...60

8.2.1 Hubungan antara Umur Individu dengan Sikap Terhadap Dampak Sosial-Ekonomi dan Ekologi. ...62

8.2.3 Hubungan antara Tingkat Pendapatan Masyarakat dengan Sikap Terhadap Dampak Sosial-Ekonomi dan Ekologi...69

8.2.4 Hubungan antara Tingkat Pendidikan Individu dengan Sikap Terhadap Dampak Sosial-Ekonomi dan Ekologi...72

BAB IX PENUTUP ...76

9.1 Kesimpulan ...76

9.2 Saran ... ...78


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Luas Lahan Menurut Legilitas Pertanahan di Kelurahan Sempaja Utara Tahun

2010 ... 29

Tabel 2. Luas Lahan Menurut Pemanfaatannya di Kelurahan Sempaja Utara Tahun 2010 ... 30

Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kelurahan Sempaja Utara Tahun 2010 ... 30

Tabel 4. Mata Pencaharian Penduduk Kelurahan Sempaja Utara Tahun 2011 ... 31

Tabel 5. Sarana Pendidikan di Kelurahan Sempaja Utara Tahun 2010 ... 32

Tabel 6. Luas Tanah Pada Sektor Pertanian di Kelurahan Sempaja Utara... 33

Tabel 7. Pertumbuhan Penerimaan Pertambangan Umum Kota Samarinda Tahun 2005-2009 ... 40

Tabel 8. Persentase Sikap Responden Kelurahan Sempaja Utara Terhadap Peluang Kerja pada Sektor Pertambangan ... 43

Tabel 9. Persentase Sikap Responden Kelurahan Sempaja Utara Terhadap Peluang Usaha... 44

Tabel 10. Persentase Sikap Responden Kelurahan Sempaja Utara Terhadap Migrasi Masuk... 47

Tabel 11. Persentase Sikap Responden Kelurahan Sempaja Utara Terhadap Konflik Sosial antara Masyarakat Lokal dan Masyarakat Pendatang ... 49

Tabel 12. Persentase Sikap Responden Kelurahan Sempaja Utara Terhadap Kerusakan Lingkungan Hidup ... 52

Tabel 13. Tingkatan Umur Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 58

Tabel 14. Tingkat Pendidikan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 58

Tabel 15. Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 59

Tabel 16. Tingkat Pendapatan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 60

Tabel 17. Persentase Sikap Responden Kelurahan Sempaja Utara Terhadap Aspek Ekologi, Sosial dan Ekonomi... 61

Tabel 18. Hasil Uji SPSS Rank Spearman Hubungan antara Karekteristik Individu Dengan Sikap Masyarakat Terhadap Dampak Sosial-Ekonomi dan Ekologi dari Keberadaan Perusahaan Pertambangan Batubara ... 62

Tabel 19. Persentase Sikap Masyarakat Terhadap Aspek Ekologi Berdasarkan Umur.. 62

Tabel 20. Persentase Sikap Masyarakat Terhadap Aspek Sosial dan Ekonomi Berdasarkan Umur ... 64

Tabel 21. Persentase Sikap Masyarakat Terhadap Aspek Ekologi Berdasarkan Jumlah Tanggungan ... 66

Tabel 22. Persentase Sikap Masyarakat Terhadap Aspek Sosial dan ekonomi Berdasarkan Jumlah Tanggungan ... 68

Tabel 23. Persentase Sikap Masyarakat Terhadap Aspek Ekologi Berdasarkan Tingkat Pendapatan ... 69

Tabel 24. Persentase Sikap Masyarakat Terhadap Aspek Sosial dan Ekonomi Berdasarkan Tingkat Pendapatan ... 71

Tabel 25. Persentase Sikap Masyarakat Terhadap Aspek Ekologi Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 73

Tabel 26. Persentase Sikap Masyarakat Terhadap Aspek Sosial dan Ekonomi Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 74


(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Dampak Keberadaan Perusahaan Pertambangan Batubara Terhadap Ekologi, Sosial dan Ekonomi Masyarakat di Era Otonomi Dearah... 19


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Peta Penelitian Kota Samarinda ... 82

Lampiran 2. Hasi Uji SPSS denganRank Spearman... 83

Lampiran 3. Dokumentasi Penelitian ... 87

Lampiran 4. Jadwal Penelitian ... 89

Lampiran 5. Kuesioner ... 90

Lampiran 6. Pedoman Wawancara ... 96


(17)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pada era otonomi daerah, pengelolaan sumberdaya alam menjadi semakin penting karena adanya unsur penyerahan kewenangan kepada otoritas daerah. Kewenangan daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa daerah berdasarakan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Terkait dengan penyelanggaran otonomi daerah, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan di otonomi daerah, pemerintah pusat memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengelola sumberdaya alam termasuk yang berada di wilayahnya (Pasal 17 ayat 2), seperti halnya sumberdaya alam pertambangan.

Pertambangan mineral dan batubara merupakan kekayaan alam yang tidak dapat diperbaharui dan mempunyai peranan penting dalam memenuhi hajat hidup orang banyak, karena itu pengelolaanya harus dikuasi oleh negara untuk memberi nilai tambah secara nyata bagi perekonomian nasional dalam usaha mencapai kemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara berkeadilan (UU No. 4 tahun 2009 tentang pertambangan mineral dan batubara). Kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara, merupakan kegiatan usaha pertambangan yang mempunyai peranan penting dalam memberikan nilai tambah ekonomi secara nyata kepada pertumbuhan ekonomi nasional dan pembangunan secara berkelanjutan. Di Indonesia, sumberdaya pertambangan merupakan salah satu industri ekstraktif yang menyumbangkan devisa negara terbesar yakni 36 persen pada tahun 2008 (Kementrian ESDM, 2009).

Dalam rangka penyelenggaran otonomi daerah, pengelolaan sumberdaya alam pertambangan dilakukan oleh Pemerintah Daerah bersama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) yang memberikan kesempatan dan pemberian izin usaha kepada badan usaha yang berbadan hukum Indonesia, koperasi, perseorangan, maupun masyarakat untuk melakukan penguasaan mineral dan batubara. Pemberian izin kepada pihak perusahaan tersebut tidaklah mudah, terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dan disepakati secara bersama


(18)

oleh pihak perusahaan dan pihak Pemerintah Daerah, baik itu Walikota/Bupati, seperti yang dijelaskan pada UU. No. 4 Tahun 2009 pada bab VIII.

Salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki potensi sektor pertambangan adalah Kalimantan Timur, khususnya pertambangan batubara. Hal ini terlihat dari jumlah izin usaha pertambangan batubara di Kalimantan Timur, yakni sebanyak 1.212 kuasa pertambangan yang diterbitkan pemerintah kabupaten/kota dan 32 izin dari pemerintah pusat. Salah satu kota di Kalimantan Timur yaitu di Kota Samarinda, dikenal dengan sebutan kota tambang karena hampir 38.814 Hektar (54 persen) dari total 71.823 Hektar luas Kota Samarinda merupakan areal tambang batubara. Bahkan di Kota Samarinda telah terbit 59 KP (Kuasa Pertambangan) yang mendapat izin dari walikota Samarinda dan 5 PKP2B2 (Perusahaan Pemegang Perjanjian Karya Perjanjian Usaha Pertambangan) dengan izin pemerintah pusat1.

Keberdaaan perusahaan tersebut secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak terhadap pendapatan daerah Kota Samarinda. Tingginya pemasukan daerah dari sumberdaya alam pertambangan batubara, hal tersebut dikarenakan adanya pelimpahan kewenangan dalam pengelolaan sumberdaya alam seperti halnya kewenangan dalam pemberiaan perizinan dalam pemanfaatan, pembiyaan, serta potensi sumberdaya alam yang besar di Kota Samarinda yang mendukung peningkatan pendapatan tersebut serta keberadaan perusahaan pertambangan batubara. Sebelum otonomi daerah, sumber dana perimbangan khususnya dana sumberdaya alam yang merupakan tanggung jawab pemerintah pusat (sentralistik), akan tetapi dengan diimplementasikanya otonomi daerah saat ini dana perimbangan menjadi tanggung jawab pemerintah daerah.

Kecamatan Samarinda Utara, Kelurahan Sempaja Utara, merupakan salah satu kawasan pertambangan di Kalimantan Timur, yang memiliki beberapa perusahaan pertambangan batubara, baik skala besar maupun skala kecil. Keberadan perusahaan itu bukan hanya memberikan kontribusi pada pemerintah daerah secara keseluruhan seperti pada peningkatan pendapatan daerah, tetapi juga secara langsung dapat menyentuh masyarakat sekitar melalui keberadaan dan

1


(19)

kegiatan operasinya. Keberadaan perusahaan pertambangan batubara tersebut dapat memberikan kontribusi baik itu positif maupun negatif terhadap masyarakat sekitar perusahaan.

Masuknya perusahaan pertambangan batubara di Kecamatan Samarinda Utara, Kelurahan Sempaja Utara diduga akan membawa pengaruh, baik itu besar maupun kecil terhadap kehidupan masyarakat sekitar beroperasinya perusahaan pertambangan. Seperti yang telah dipaparkan pada UU No. 4 tahun 2009, usaha pertambangan harus dapat memberikan manfaat ekonomi dan sosial yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat Indonesia. Keberadaan perusahaan berpengaruh pada berbagai aspek dalam kehidupan manusia, diantaranya aspek ekologi, aspek sosial dan aspek ekonomi. Dampak pada aspek ekologi dapat dilihat dari fenomena terjadinya pembabatan hutan, yang mana lahannya akan digunakan untuk areal pertambangan, sehingga pada akhirnya dapat menganggu eksistensi ekosistem yang ada. Dampak akitivitas dari perusahaan pertambangan tersebut pada akhirnya juga dapat menyebabkan terjadinya pencemaran air akibat dari terkontaminasinya air bersih dengan limbah sisa aktivitas perusahaan yang dapat berimplikasi terhadap sulit mendapatkan air bersih. Selain dapat mencemari air, aktivitas perusahaan juga dapat mencemari udara. Aktivitas perusahaan pertambangan diketahui memberikan dampak yang negatif terhadap penurunan kualitas lingkungan hidup,

Keberadaan perusahaan pertambangan batubara juga berpengaruh terhadap aspek sosial dan ekonomi masyarakat. Seperti halnya dalam penyerapan tenaga kerja, berdirinya perusahaan akan dapat menyerap tenaga kerja pada sektor pertambangan dari masyarakat sekitar, dapat memberikan peluang berusaha bagi masyarakat, sehingga mendorong peningkatan pendapatan masyarakat yang akan berimplikasi terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Keberadaan perusahaan tersebut dapat memicu terjadinya mobilitas penduduk yaitu terdapat penduduk pendatang ke daerah sekitar perusahaan pertambangan batubara. Keberadaan penduduk pendatang akan berpengaruh terhadap tingkat interaksi antara penduduk lokal dan penduduk pendatang serta terdapatnya persaingan yang dapat juga memicu konflik antara dua kelompok masyarakat.

Menurut beberapa literatur dan data-data menunjukan bahwa pertambangan batubara memberikan dampak positif, seperti halnya pada penelitian Retna (2003)


(20)

perusahaan pertambangan batubara khususnya di Kabupaten Banjar adalah kegiatan perusahaan pertambangan batubara menambah usaha dan memberikan lapangan kerja pada masyarakat sehingga meningkatkan pendapat bagi masyarakat yang terlibat dalam kegiatan pertambangan. Akan tetapi ada pula yang meragukan hal tersebut, seperti halnya Ismono (2010)2 yang menyatakan bahwa aktivitas pertambangan, terutama batu bara di Kalimantan Timur selama ini harusnya benar-benar bisa mensejahterakan rakyat, jangan sampai malah membuat masyarakat sengsara. Pernyataan tersebut juga didukung oleh Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak yang mengaku sangat prihatin dengan kenyataan di lapangan saat ini. Betapa banyak perusahaan tambang dan lokasi yang dieksploitasi untuk pertambangan, tetapi ternyata tak membawa dampak apapun bagi masyarakat sekitar. Jangankan untuk membuat masyarakat sejahtera, untuk membuat masyarakat nyaman dalam beraktivitas saja tak mampu.

Terdapatnya dua pandangan yang berbeda di atas dalam melihat dampak keberadan perusahaan pertambangan terhadap masyarakat. Dari uraian di atas lah, yang menjadi latar belakang pentingnya penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana dampak keberadaan perusahaan pertambangan terhadap aspek ekologis, sosial dan ekonomi masyarakat sekitar perusahaan pertambangan batubara di era otonomi daerah pada Kelurahan Sempaja Utara, Kecamatan Samarinda Utara.

1.2 Masalah Penelitian

Berdirinya perusahaan pertambangan batubara dapat memberikan dampak positif maupun negatif terhadap aspek ekologi, sosial dan ekonomi masyarakat sekitar beroperasinya perusahaan. Menurut beberapa literatur dengan pandangan-pandangan yang berbeda, keberadaan perusahaan memberikan dampak yang positif, seperti pada penelitian Retna (2003), dimana perusahaan pertambangan batubara, khususnya di Kabupaten Banjar merupakan perusahaan pertambangan batubara yang menerapkan strategi pengembangan usaha dan memberikan lapangan kerja pada masyarakat lokal sehingga meningkatkan pendapat bagi masyarakat yang terlibat dalam kegiatan pertambangan. Akan tetapi Ismono 2Ismono. 2010. [internet]. [diunduh pada tanggal 31 Januari 2011] Diunduh dari http://TambangHarus.Mensejahterakan.Rakyat.html


(21)

(2010) menyatakan keberadaan perusahaan pertambangan belum tentu memberikan dampak yang positif terhadap masyarakat. Jangankan untuk membuat masyarakat sejahtera dan nyaman, dalam beraktivitas saja tak mampu.

Kelurahan Sempaja Utara merupakan salah satu kawasan yang banyak terdapat perusahaan pertambangan, baik itu perusahaan skala besar maupun perusahaan skala kecil. Akan tetapi dalam kegiatannya, masyarakat lokal belum begitu terlibat, oleh sebab itu penelitian ini ingin melihat bagaimana dampaknya terhadap masyarakat sekitar beroperasinya perusahaan pertambangan batubara. Selain itu juga penelitian ini ingin mengetahui bagaimana sikap masyarakat terhadap dampak keberadaan perusahaan pertambangan batubara pada aspek ekologi, sosial dan ekonomi.Berdasarkan uraian permasalahan di atas, dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian yaitu:

1. Bagaimana dampak keberadaan perusahaan pertambangan batubara terhadap sosial-ekonomi masyarakat sekitar beroperasinya perusahaan di Kelurahan Sempaja Utara?

2. Bagaimana dampak keberadaan perusahaan pertambangan batubara terhadap aspek ekologi di sekitar beroperasinya perusahaan di Kelurahan Sempaja Utara ?

3. Bagaimana sikap masyarakat terhadap keberadaan perusahaan pertambangan batubara pada aspek ekologi, sosial dan ekonomi di Kelurahan Sempaja Utara ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:

1. Menganalisis dampak keberadaan perusahaan pertambangan batubara terhadap aspek sosial-ekonomi masyarakat sekitar beroperasinya perusahaan di Kelurahan Sempaja Utara,

2. Menganalisis dampak keberadaan perusahaan pertambangan batubara terhadap aspek ekologi sekitar beroperasinya perusahaan di Kelurahan Sempaja Utara,

3. Menganalisis bagaimana sikap masyarakat terhadap keberadaan perusahaan pertambangan batubara pada aspek ekologi, sosial dan ekonomi di Kelurahan Sempaja Utara


(22)

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa manfaat untuk mahasiswa selaku pengamat dan akademisi, masyarakat dan pemerintah. Adapun manfaat yang dapat diperoleh yaitu:

1. Bagi Mahasiswa

Penelitian ini memberikan tambahan hazanah pengetahuan kepada mahasiswa mengenai dampak yang ditimbulkan baik itu positif maupun negatif oleh keberadaan perusahaan pertambangan batubara dan membuka realitas pikiran bagi mahasiswa dalam menanggapi permasalahan

2. Bagi Masyarakat

Penelitian ini membantu kepada masyarakat khususnya masyarakat di sekitar beroperasinya perusahaan pertambangan batubara untuk mengetahui dampak-dampak apa yang ditimbulkan dari keberadaan perusahaan tersebut terhadap aspek ekologis, sosial-ekonomi masyarakat dan membantu masyarakat dalam menyikapi dampak tersebut

3. Bagi Pemerintah dan Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan yang berkaitan dengan pemberian izin lokasi usaha pertambangan yang dapat memberikan dampak positif dan negatif terhadap kelangsungan hidup masyarakat dan pemerintah memperhatikan kepentingan masyarakat dalam pengambilan keputusan dan kebijakan. Kepada perusahaan agar lebih respect terhadap masyarakat dalam menghadapi permasalahan-permasalahan yang dirasakan oleh masyarakat.


(23)

BAB II

PENDEKATAN TEORITIS

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Perkembangan Batubara di Era Otonomi Daerah

Berdasarkan Undang-undang No. 32 Tahun 2004, tujuan utama dari kebijakan otonomi daerah adalah memberikan peluang dan ruang kepada pemerintah daerah agar dapat mengurus dan menangani secara mandiri permasalahan serta kebutuhan daerah mereka. Pemerintah pusat diharapkan lebih mampu memfokuskan dan berkonsentrasi pada perkembangan global dan makro. Dalam rangka menghadapi perkembangan keadaan ini, baik di dalam maupun di luar negeri, serta tantangan persaingan global, pemerintah memandang adanya urgensi untuk menyelenggarakan otonomi daerah, yakni dengan memberikan kewenangan kepada daerah secara luas, nyata, dan bertanggung jawab. Penyelenggaran otonomi daerah ini diarahkan untuk memberikan kewenangan kepada daerah terkait dengan penyelenggaran rumah tangganya sendiri secara proposional, yang diwujudkan melalui pengaturan, pembagian dan pemanfaatan sumberdaya nasional, serta pertimbangan keuangan pusat dan daerah sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masayarakat, pemerataan dan keadilan serta potensi dan keanekaragaman daerah yang dilaksanakan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Rasyid (2007) menyatakan bahwa otonomi daerah memberikan kewenangan itu didesentralisasikan ke daerah. Artinya, pemerintah dan masyarakat di daerah dipersilahkan mengurus rumah tangganya sendiri secara bertanggung jawab berdasarakan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pemerintah pusat dalam konteks desentralisasi ini berperan sebagai supervisor yang memantau, mengawasi dan mengevaluasi jalanya pelaksanaan otonomi daerah. Peran ini dinilai tidak ringan, tetapi juga tidak membebani daerah secara berlebihan. Oleh karena itu, dalam rangka otonomi daerah diperlukanya kombinasi yang efektif antara visi yang jelas serta kepemimpinan yang kuat dari pemerintah pusat, dengan keleluasaan berakarsa dan berkreasi dari pemerintah daerah.


(24)

Dalam kaitan dengan penyelanggaran otonomi daerah, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah juga memberikan kewenangan kepada Pemda untuk mengelola sumberdaya alam yang berada di wilayahanya seperti tertuang pada pasal 17(2). Susanto (2002) berpandangan bahwa pengaruh otonomi daerah dalam pengelolaan sumberdaya alam memiliki peranan yang sangat penting, dimana adanya kebijakan desentralisasi ini memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk dapat mengatur jalanya sistem pemerintahan daerah dengan bersandarkan kepada peraturan-peraturan yang berlaku dan tentunya kewenagan tersebut masih dalam koridor Negara Kesatuan Republik Indonesia. Diberikannya kewenangan tersebut, pemerintah daerah dapat menumbuhkan rasa kreatifitas dalam berbagai hal yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan daerah yang tepat guna dalam mencapai kepentingan bersama.

Peran Pemerintah Daerah (Pemda) dalam era Otonomi daerah menjadi domian, dimana adanya pemberian kewenangan kepada Pemda untuk mengatur dan mengelola sendiri urusan rumah tangganya. Digulirkanya otonomi daerah ini memberikan ruang yang seluas-luasnya kepada Pemda dalam mengelola dan mengatur sumberdaya alam yang dimiliki, seperti halnya sumberdaya alam pertambangan batubara. Peran pemerintah daerah dalam pengelolaan sumberdaya alam pertambangan batubara di era otonomi daerah ini yaitu memberikan kesempatan kepada pihak-pihak yang ingin mengelola sumberdaya alam pertambangan batubara. Pemerintah daerah memberikan Izin Usaha Pertambangan (IUP) kepada pihak-pihak yang terkait dalam hal ini adalah baik pihak swasta maupun BUMN. Peranan pemerintah daerah di era desentralisasi ini hanya sebatas pemberian Izin Usaha Pertambangan (IUP), akan tetapi semua aturan-aturan dalam prosedural masih diatur oleh pemerintah pusat.

Pertambangan batubara Indonesia umumnya berumur tersier yaitu batubara omblilin dan Mahakam dari tersier bawah, Bukit Asam dari tersier atas. Semua lapisan batubara itu telah terlipat, umumnya lemah dan membentuk sebuah silkin yang menunjam ke arah Tenggara. Pertambangan batubara yang pertama di Indonesia dimulai pada tahun 1849 di Pengaron, Kalimantan Timur. Oleh sebuah perusahaan swasta N.V. Oost Borneo Maatschapplj yang memulai kegiatanya pada tahun 1888 di Pelarang, menjelang perang dunia pertama, ada beberapa


(25)

perusahaan kecil yang bekerja di Kalimantan Timur (Pertambangan Indonesia. 1977. Departemen Pertambangan dan Energi RI). Setelah itu penambangan batubara pertama di Sumatera dan dilakukan secara besar-besaran yakni pada tahun 1880 yang dihasilkan dari lapangan Sungai Durian, Sumatera Barat. Karena waktu itu terjadi kesulitan angkutan, maka penambangan itu gagal (Sanusi, 1991).

Batubara merupakan salah satu sumberdaya alam tidak dapat diperbarui yang terbuat dari endapan senyawa organik karbonan yang terbentuk secara alamiah dari sisa tumbuh-tumbuhan yang dipengaruhi oleh temperatur dan tekanan yang tinggi selama ratusan tahun sehingga berubah menjadi tumbuhan lapuk yang memfossil (mengeras) dan terbentuk batuan yang mengandung karbon dan unsur lainya. Batubara merupakan salah satu sumberdaya alam mineral yang penting di Indonesia dan termasuk dalam golongan bahan tambang mineral organik yang dieksploitasi untuk sumber energi dalam negeri dan ekspor. Menurut Djajadiningrat (1999) dalam Retna (2003), dengan terpuruknya sektor industri khususnya manufaktur, maka pembangunan Indonesia pasca reformasi akan bertumpu pada sumberdaya alam yang masih dimiliki sektor pertambangan dan energi, oleh sebab itu menjadi penting untuk disadari keberlanjutan dalam pemanfaatan sumber daya pertambagan batubara dalam pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan.

Perusahaan pertambangan batubara tergolong salah satu industri sektor ekstraktif, merupakan industri dengan tingkat resiko tinggi, modal besar dan sifat eksplorasi yang tidak pasti. Tidak pasti dalam arti bahwa tempat yang dieksplorasi belum tentu mengandung materi seperti yang diprediksikan sebelumnya. Sifat industri yang mengambil sumberdaya alam-tak terbaharukan-serta paparan dampak yang cukup besar, juga menyebabkan pengelolaan bisnis ini tidak mudah dan memerlukan penanganan yang serius.3 Usaha pertambangan merupakan kegiatan untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya alam pertambangan (bahan Galian) yang terdapat di dalam bumi Indonesia. Usaha pertambangan meliputi pertambangan umum dan pertambangan minyak dan gas bumi.

3


(26)

Peranan batubara yang cukup besar bagi penyediaan sumber energi nasional dan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi penghasilan devisa negara, maka industri pertambangan batubara di Indonesia diperkirakan akan terus berkembang. Perkembanganya selalu dibarengi dengan masalah lingkungan dan sosial ekonomi masyarakat. Sebab kegiatan penambangan batubara berpotensi mencemari lingkungan dan sering aspirasi/kepentingan masyarakat sekitar penambangan kurang diperhatikan oleh penabang maupun pemerintah. Akibatnya masyarakat penambang sering merasa dirugikan atas dampaknya terhadap kehidupan mereka (Suyartono, 2001).

Salah satu daerah penghasil batubara adalah Kota Samarinda. Kota Samarinda yang terletak di daerah katulistiwa. Dengan kondisi topografi yang datar dan berbukit antara 10-200 meter di atas permukaan laut. Dengan luas wilayah 718 Km².Kota Samarinda berbatasan dengan Kabupaten Kutai Kartanegara disebelah barat, timur, selatan dan utara yang merupakan penghasil batubara terbesar kedua di Kalimantan Timur. Pada dasawarsa tahun 2000-an, perkembangan peningkatan produksi batubara di Kota Samarinda semakin meningkat. Samarinda juga dikenal dengan sebutan kota tambang, karena hampir 38.814 hektar (54%) dari total 71.823 hektar luas Kota Samarinda merupakan areal tambang batubara. Bahkan sekarang kegiatan pertambangan ini telah merambah kawasan lindung maupun perkotaan. Hal ini diketahui setelah adanya bukti-bukti bahwa kawasan hutan raya bukit Suharto telah dirambah pertambangan batubara dan penambangan illegal yang dikenal dengan batubara karungan yang banyak terdapat di kawasan perumahan-perumahan penduduk di Kota Samarinda makin memperparah kondisi lingkungan kota Samarinda4.

2.1.2 Dampak Pada Aspek Sosial dan Ekonomi

Kehadiran suatu perusahaan pertambangan diharapkan dapat memberikan manfaat tidak hanya terdapat pembangunan tapi juga terhadap masyarakat yang berada di sekitar lokasi pertambang. Kegiatan perusahaan pertambangan batubara ini berpotensi menimbulkan dampak yang bersifat postif maupun negatif terhadap aspek ekologi (lingkungan alam) dan aspek sosial dan ekonomi. Retna (2003), menyatakan bahwa adanya aktivitas masyarakat di lokasi pertambangan batubara 4

http://pertmbangandisamarindaPengelolaanTambangBatubaraBerkelanjutan.htm, [diunduh tanggal 31 Januari 2010]


(27)

sangat berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan hidup masyarakat yang terlibat dalam kegiatan pertambangan. Terdapat perbedaan pendapatan masyarakat lingkar pertambangan sebelum dan sesudah adanya kegiatan penambangan batubara, terjadi karena adanya penurunan jumlah pendapatan masyarakat yang bersumber dari usaha pertanian (on farm) dan kenaikan pendapatan masyarakat yang bersumber dari luar usaha pertanian (off farm) setelah adanya kegiatan penambangan batubara. Sejak beradanya perusahaan pertambangan, pendapatan masyarakat dari kegiatan pertanian lebih kecil dari sebelum ada kegiatan penambangan batubara, hal ini diduga akibat terjadinya penurunan kualitas sumber daya lahan pertanian/perkebunan dan kenaikan pendapatan dari luar usaha pertanian/perkebunan. Pekerjaan diluar pertanian/perkebunan disini adalah masyarakat menjadi buruh perusahaan, pedagang, tukang, pekerja jasa/angkutan dan pegawai.

Sedik (1996) menyatakan bahwa keberadaan perusahaan pertambangan secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi pola mata pencaharian masyarakat sekitar, seperti halnya pada keluarga Amungme dan Kamoro yang hidup di daerah terpencil di sekitar pertambangan PT. Freeport. Kehadiran industri pertambangan PT. Freeport merubah pola mata pencaharian masyarakat yang dari dulu mempertahankan kelangsungan hidupnya dengan menggantungkan kepada alam dan cara-cara tradisional, akan tetapi kehadiran Freeport membuat masyarakat, mencoba memasuki sektor baru menjadi buruh perusahaan walaupun tidak didukung dengan keterampilan dan pengetahuan yang tinggi.

Menurut Retna (2003) salah satu faktor yang menyebabkan berkembangnaya perusahaan pertambangan batubara khususnya di Kabupaten Banjar adalah kegiatan perusahaan pertambangan batubara ini menambah usaha dan memberika lapangan kerja pada masyarakat sehingga meningkatkan pendapat bagi masyarakat yang terlibat dalam kegiatan pertambangan. Hal ini sejalan dengan meningkatnya perubahan hutan menjadi areal pertambangan dan lahan pertanian/perkebunan menyebabkan masyarakat untuk berpindah pola mata pencaharian di luar sektor pertanian/perkebuan.

Dampak sosial dan ekonomi bukan hanya dihasilkan oleh kegiatan industri pertambangan batubara di suatu wilayah, akan tetapi hal serupa juga terlihat pada


(28)

sektor kehutanan. Penelitian CIFOR tahun 2005 menunjukan bahwa pada sektor kehutanan, dalam pelaksanan Izin Pemungutan dan Pemanfaatan Kayu (IPPK), masyarakat sekitar hutan mempunyai peluang lebih besar untuk memperoleh manfaat hasil hutan. Akan tetapi masyarakat tidak memiliki koneksi dan pengalaman dalam pengelolaan. Masyarakat menyerahkan peromohonan izin tersebut terhadap para investor. Umumnya masyarakat memperoleh bagian keuntungan dari hasil kayu tebangan IPPK. Bentuknya adalah berupa uang tunai atau lebih dikenal dengan uang fee, bantuan sosial pembangunan desa, bantuan kesejahteraan dan bantuan fisik. Pola distribusi fee dibagikan secara merata berdasarkan perorangan, sehingga bayi sudah dianggap mendapat jatah pembangian sendiri. Keberadaan perusahaan dan adanya distribusi IPPK dari pemerintah berdasarkan peraturan daerah kepada masyarakat dapat meningkatkan pendapatan masyarakat khususnya di sekitar hutan.

Masuknya sebuah industri dalam suatu wilayah dapat berpengaruh terhadap pergerakan penduduk, seperti halnya dapat memicu terjadi migrasi penduduk. Dijelaskan oleh Rusli (1995) migrasi adalah suatu bentuk gerak penduduk geografis, spasial atau teritorial antara unit-unit geografis yang melibatkan perubahan tempat tinggal yaitu dari tempat asal ke tempat tujuan. Seseorang melakukan migrasi apabila ia melakukan pindah tempat tinggal secara permanen atau relatif permanen dengan menenmpuh jarak minimal tertentu atau pindah dari satu geografis ke geografis lainya. Secara umum terdapat dua jenis migrasi yatu migrasi internal dan migrasi internasional. Banyak faktor melatar belakangi seseorang melakukan migrasi seperti halnya adalah dalam memperoleh pekerjaan.

Migrasi penduduk bukan hanya terjadi pada industri pertambangan batubara, akan tetapi juga dapat terjadi pada saat masuknya industri-industri lain yang dapat memicu terjadinya migrasi penduduk, seperti halnya pada perkebunan kelapa sawit. Penelitian Yulianto (2010) mengungkapkan semenjak masuknya industri perkebunan kelapa sawit penduduk Desa Semuntai cenderug terus bertambah. Peningkatan jumlah penduduk yang sangat signifikan ini menurut warga disebabkan banyaknya para warga pendatang yang mengadu nasib menjadi karyawan atau mencoba menjadi petani perkebunan sawit di Desa Semuntai. Laju pertumbuhan itu juga diikuti juga oleh bertambahnya beragam etnis dengan latar


(29)

belakang kepercayaan dan budaya yang heterogen dan kini menempati Desa Semuntai. Terlihat dari jumlah penduduk berkisar 500 jiwa dengan latar belakang etnis yang homogen, saat industri perkebunan kelapa sawit berdiri jumlah penduduk sekitar 1500 jiwa dan setelah industri perkebunan sawit berkembang sampai saat ini berjumlah 3.891 penduduk Desa Semuntai. Keberadaan perusahaan tersebut merupakan faktor pemicu terjadinya migrasi.

2.1.3 Dampak Pada Aspek Ekologi

Ekologi didefinisikan sebagai ilmu tentang hubungan timbal-balik antara mahluk hidup dengan lingkunganya. Dalam menghindari timbulnya dampak lingkungan yang negatif maka perlu disiapkan rencana pengedalian dampak negatif yang akan terjadi. Merencanakan pengendalian dampak negatif, tentu harus diketahui dampak negatif apa yang akan terjadi. Langkah ini disebut dengan pendugaan dampak lingkungan atau Enviromental Impact Assessment dan pendugaan ini merupakan salah satu proses Amdal (Kristanto, 2004).

Kegiatan eksploitasian dan pemanfaatan berbagai bahan tambang secara besar-besaran untuk memenuhi kebutuhan manusia tanpa mekanisme keseimbangan dalam pengeksploitasianya akan menyebabkan perubahan-perubahan ekosistem dan gangguan terhadap sumberdaya alam. Kondisi ini menimbulkan masalah lingkungan yaitu menurunya kualitas lingkungan hidup, produktivitas dan keanekaragaan sumberdaya alam. Setiap kegiatan eksploitasi sumberdaya alam yang tidak memperhatikan aspek lingkungan dapat menimbulkan dampak negatif baik terhadap lingkungan itu sendiri maupun hajat hidup orang banyak (Retna, 2003).

Kerusakan lingkungan hidup adalah perubahan langsung dan/atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan hidup yang melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan hidup (UU Nomor 32 tahun 2009). Kerusakan lingkungan akibat penambangan batubara paling parah diakibatkan oleh teknik penambangan open pit mining yaitu dengan menghilangkan vegetasi penutup tanah, mengupas lapisan atas tanah yang relatif subur.

Teknikopen pit mining ini biasanya digunakan ketika cadangan batubara relatif dekat dengan permukaan tanah dan biasa diterapkan oleh perusahaan yang relatif bermodal kecil sehingga hanya mampu menggunakan teknologi rendah yang bersifat tidak ramah lingkungan. Teknik ini sangat memungkinkan merusak


(30)

alam antara lain perubahan sifat tanah, munculnya lapisan bahan induk berproduktivistas rendah, lahan menjadi masam dan garam yang meracuni tanaman, dan terjadinya erosi dan sedimentasi.5

Hal diatas tersebut diperkuat pada penelitian Retna (2003) yang menyatakan bahwa pertambangan batubara menyebabkan kualitas sifat fisik dan kimia tanah akibat pengusapan tanah penutup (overburden) di lahan pasca tambang dan di lahan pertanian/perkebunan yang terpengaruh tailing. Penambangan batubara yang tidak memperhatikan aspek lingkungan dapat menyebabkan berupa pembersihan lahan dan pengusapan lapisan atas tanah yang akan menyebabkan terancamnya daerah sekitarnya dari bahaya erosi dan tanah longsor sebagai akibat dari hilangnya vegetasi penutup tanah.

Pada lahan pasca tambang batubara hingga tahun ke-10 setelah penambangan semua jenis tanaman sama sekali tidak bisa tumbuh, dan pada lahan pertanian/perkebunan yang terpengaruh tailing pertumbuhan tanaman menjadi terhambat. Hal ini menunjukan bahwa tailing (lahan pasca tambang) bukan media yang baik untuk pertumbuhan tanaman.

Setiawan (2010) menyatakan dampak lingkungan yang dihasilkan dari kegiatan penambangan batubara semakin banyak meresahkan masyarakat Samarinda. Dampak lingkungan ini antara lain adalah erosi, banjir, pencemaran udara, air dan tanah. Indikator kerusakan lingkungan yang semakin parah tersebut bisa dilihat dari DAS Sungai Karang Mumus yang semakin berkurang kawasan hutannya akibat pembukaan pertambangan yang berakibat dampak dari erosi semakin tinggi mengakibatkan sungai karang mumus semakin dangkal sehingga daya tampung airnya pun semakin berkurang. Hampir kerap terjadi hujan dengan intensitas kecil-sedang bisa mengakibatkan beberapa daerah tergenang oleh banjir. Bahkan data selama tiga bulan terakhir saja sejak November dan Desember 2008 serta Januari 2009 Kota Samarinda lima kali didera banjir cukup besar menyebabkan puluhan ribu warga menjadi korban akibat rumahnya terendam air

5

http://Institute for Essential services reform.html, [diunduh tanggal 31 Januari 2011]


(31)

antara 30 cm sampai satu meter, padahal awal tahun 9–2000, tiap tahun hanya 1 -2x banjir melanda Kota Samarinda.

Dampak perubahan iklim pun juga dirasakan pada saat ini, akibat konversi hutan menjadi pertambangan menjadikan suhu Kota Samarinda naik hampir 1,5 digit, Belum dampak turunan dari banjir dan perubahan iklim tersebut yaitu banyak penyakit-penyakit, seperti : Muntahber, ISPA, Kulit dan lain-lain yang semakin sering diderita warga Samarinda dan dampak yang dirasakan langsung oleh warga Samarinda akibat pertambangan batubara ialah dampak polusi udara dari kegiatan konstruksi dan operasi serta banyaknya truk-truk pengangkut batubara yang menggunakan jalan-jalan umum kota Samarinda, selain mengakibatkan polusi juga menimbulkan kerusakan jalan.

Pada Propinsi Kalimantan Selatan, pengelolaan sumberdaya alam pertambangan yang masih cenderung eksploitatif juga berdampak pada kerusakan lingkungan. Hutan di Kalimantan Selatan misalnya, data WALHI Kalsel menunjukkan pada tahun 2001-2002 setiap harinya terjadi pengurangan luas hutan sebesar 140 Hektar. Untuk skala nasional, deforestasi hutan 2000-2005 misalnya, menurut FAO, mencapai 1,8 juta ha/tahun. Angka ini lebih rendah dari angka resmi Dephut yaitu 2,8 juta ha/tahun. Walaupun ada yang menilai kontroversial, dataGreenpeace pada 2007 menunjukkan tingkat penghancuran hutan Indonesia, termasuk Kalimantan, setara dengan 51 Km2 setiap harinya. Pada gilirannya, berbagai akibat turunan dari semua inipun muncul seperti pencemaran sungai, terjadinya banjir dan gagal panen pada sektor pertanian6.

2.1.4 Pengertian Sikap

Sarwono (1999) sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap merupakan kecenderungan merespon (secara positif atau negatif) orang, situasi atau objek tertentu. Menurut Notoatmodjo (2007) sikap adalah penilaian (bisa berupa pendapat) seseorang terhadap stimulasi atau objek (dalam hal ini dampak keberadaan perusahaan pertambangan). Sikap yang terdapat pada diri individu akan memberi warna atau corak tingkahlaku ataupun perbuatan individu yang bersangkutan. Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu 6

http://PENGELOLAANSUMBERDAYAALAMKALIMANTANSudewiWeblog .html. [diunduh tanggal 8 November 2010]


(32)

stimulasi atau obyek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu.

Psikolog sosial memandang sikap sebagai hal yang penting bukan hanya kerena sikap itu sulit untuk diubah, tetapi karena sikap sangat mempengaruhi pemikiran sosial individu meskipun sikap tidak selalu direfleksikan dalam tingkah laku yang tampak dan juga karena sikap seringkali mempengaruhi tingkah laku individu terutama terjadi saat sikap yang dimiliki kuat dan mantap (Baron, 2004).

2.1.4.1 Komponen sikap

Azwar (2005) mengungkapkan bahwa sikap dibagi menjadi tiga komponen yaitu kognitif, afektif, dan konatif, yaitu :

a. Komponen kognitif, adalah komponen yang terdiri dari pengetahuan, yang menjelaskan bahwa komponen kognitif berisi persepsi, kepercayaan, dan stereotype yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Seringkali komponen kognitif ini dapat disamakan dengan pandangan (opini), terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversial.

b. Komponen afektif adalah komponen yang berhubungan dengan perasaan senang atau tidak senang, sehingga bersifat evaluatif. Kompoenen afektif merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin akan mengubah sikap seseorang

c. Komponen konatif, adalah komponen sikap yang berupa kesiapan seseorang untuk berperilaku yang berhubungan dengan objek sikap. Komponen perilaku berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak atau bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu.

Berdasarkan yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa sikap adalah suatu bentuk evaluasi perasaan dan kecenderungan potensial untuk bereaksi yang merupakan hasil interaksi antara komponen kognitif, afektif dan konatif yang saling bereaksi didalam memahami, merasakan dan berperilaku


(33)

terhadap suatu objek. Menurut Baroon (2004) sifat memiliki beberapa fungsi yang berguna yaitu :

a. Sikap tampaknya beroperasi sebagai skema-kerangka kerja mental yang membatu kita untuk menginterpretasi dan memproses berbagai jenis informasi. Selain itu sikap mempengaruhi persepsi dan pemikiran kita terhadap isu, orang, objek atau kelompok yang kuat.

b. Sikap memiliki fungsi harga diri (self-esteem function) yang membatu individu mempertahankan atau meningkatkan perasaan harga diri

c. Sikap berfungsi sebagai motivasi untuk menimbulkan kekaguman atau motivasi impresi (impression motivation function)

Wagito (2002) dalam Mulyandari (2006) mengatakan bahwa pembentukan dan perubahan sikap akan ditentukan oleh dua faktor, yaitu:

a. Faktor internal (individu itu sendiri), yaitu cara dalam menanggapi dunia luarnya dengan selektif sehingga tidak semua yang datang akan diterima atau ditolak. Faktor internal itu merupakan faktor-faktor yang terdapat dalam diri orang yang bersangkutan.

b. Faktor eksternal, yaitu keadaan-keadaan yang ada di luar individu yang merupakan stimulus untuk membentuk atau mengubah sikap. Faktor-faktor tersebut yaitu sifat objek yang dijadikan sasaran, kewibawaan orang yang mengemukakan suatu sikap, sifat orang-orang atau sekelompok orang yang mendukung sifat tersebut, media komunikasi, yang digunakan dalam menyampaikan sikap dan situasi pada saat sikap itu dibentuk. Sikap masyarakat dalam konteks keberadaan perusahaan pertambangan merupakan reaksi atau respon masyarakat terhadap kegiatan pertambangan atas dampak yang ditimbulkan dan dirasakan oleh masayrakat. 7Seperti halnya pada PT. Freeport Indonesia yang memulai kegiatan pengeboran eksplorasi di Ertsberg pada bulan Desember 1967. Daerah lokasi pertambangan terdapat beberapa perkampungan kecil yang tersebar secara tidak merata, dihuni oleh penduduk yang jumlahnya kurang lebih 1.000 orang. Penduduk asli (Orang Amungme) yang telah mendiami tempat tersebut mengklaim areal pertambangan sebagai tanah leluhur mereka. Pandangan hidup seperti itu telah melahirkan sikap keras yang 7

http://witrianto.blogdetik.com/2010/12/27/sikap-masyarakat-papua-terhadap-pt-freeport/ [diunduh tanggal 22 Februari 2011]


(34)

menentang eksploitasi kekayaan alam di puncak gunung oleh perusahaan pertambangan Freeport.

Faktor lain yang mempengaruhi terbentuknya sikap keras Orang Amungme adalah lingkungan alam yang melingkupi kehidupan sehari-hari. Sebagai orang yang biasa hidup dalam alam lingkungan yang keras, penuh tantangan dan marabahaya, membuat sikap Orang Amungme lebih ulet dan lebih dinamis. Sebagian besar Orang Amungme tidak suka terhadap Freeport karena telah merusak lingkungan yang merupakan sumber penghidupan Orang Amungme berupa sagu, sungai, dan sampan yang telah hancur. Orang Amungme melakukan aksi demo, protes dan melakukan gerakan sosial sebagai bentuk ketidaksukaan terhadap perusahaan.

2.2 Kerangka Pemikiran

Berdirinya perusahaan pertambangan batubara tersebut akan memberikan pengaruh, baik itu positif maupn negatif. Terlihat dari keberadaan perusahaan pertambangan batubara tersebut dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap tingkat pendapatan daerah. Akan tetapi, tingginya tingkat eksploitasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah, sering kali aspek lingkungan tidak diperhatikan atau menjadi hal yang diabaikan.

Keberadaan perusahaan bukan hanya dirasakan oleh pemerintah daerah akan tetapi juga pada masyarakat sekitar perusahaan beroperasi, yang mana masyarakat disini adalah aktor utama yang dapat langsung merasakan dampaknya. Dengan adanya perusahaan tersebut penulis ingin mengetahui bagaimana pengaruhnya terhadap aspek ekologi, aspek sosial dan ekonomi masyarakat? Pada aspek ekologi, penulis ingin mengetahui bagaimana penurunan kualitas lingkungan pada masyarakat sekitar akibat dari kegiatan pengelolaan sumberdaya alam pertambangan.

Dampak pada aspek ekologi disini dapat dilihat bagaimana terjadinya pembabatan hutan, yang mana lahanya akan digunakan untuk areal pertambangan, dari kegiatan pembabatan hutan tersebut dapat menganggu ekosistem yang ada. Dampak akitivitas dari perusahaan pertambangan tersebut dapat menyebabkan terjadinya pencemaran air akibat dari terkontaminasinya air bersih dengan limbah sisa aktivitas perusahaan yang dapat berimplikasi terhadap susahnya mendapatkan air bersih. Selain dapat mencemari air, aktivitas perusahaan juga dapat mencemari


(35)

udara, pencemaran suara dan dapat memicu terjadinya banjir serta erosi. Aktivitas perusahaan pertambangan diketahui memberikan dampak yang negatif terhadap penurunan kualitas lingkungan hidup, akan tetapi adakah pihak perusahaan melakukan reboisasi ataupun penghijauan kembali di areal pertambangan pasca kegiatan penambangan dalam rangka mengembalikan kualitas lingungan yang rusak.

Dilihat pada aspek sosial dan ekonomi, yang mana keberadaan perusahaan tersebut diduga akan dapat memberikan nilai positif terhadap Peluang kerja pada sektor pertambangan, dapat mempengaruhi tingkat pendapatan masyarakat sekitar, peluang berusaha serta dapat memicu masuknya masyarakat pendatang atau terjadinya migrasi penduduk yang akan berpengaruh terhadap interaksi antar masyarakat pendatang dengan masyarakat lokal.

Dari keberadaan perusahaan tersebut juga dapat membentuk sikap masyarakat terhadap aspek sosial dan ekonomi dan ekologi, yang mana pembentukan sikap masyarakat tersebut memiliki hubungan faktor internal masyarakat yang dilihat dari variabel umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan jumlah tanggungan keluarga. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bagaimana dampak perusahaan terhadap aspek ekologi, sosial dan ekonomi masyarakat dan melihat adanya hubungan antara sikap masyarakat terhadap keberadaan perusahaan dengan faktor internal masyarakat

Sikap masyarakat terhadap dampak keberadan perusahaan

pada aspek : - Sosial dan Ekonomi - Ekologis

Keberadaan perusahaan pertambangan Batubara

Masyarakat di Sekitar Beroperasinya Perusahaan

Dampak

Faktor internal individu - Umur

- Tingkat Pendapatan - Tingkat Pendidikan - Jumlah Tanggungan

Keluarga Aspek Sosial dan Ekonomi :

 Peluang Kerja pada Sektor pertambangan  Tingkat Pendapatan

Masyarakat  Migrasi Masuk  Peluang Berusaha Aspek Ekologi :

 Pembabatan hutan  Pencemaran air  Pencemaran suara  Pencemaran udara  Banjir


(36)

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Keterangan :

Mempengaruhi Berhubungan

2.3 Hipotesa Penelitian 2.3.1 Hipotesis Uji

Agar penelitian ini lebih terarah sehingga dapat menjawab pertanyaan penelitian dan mencapai tujuan penelitian, maka dari kerangka pemikiran dapat dirumuskan hipotesis penelitian berupa :

1. Diduga semakin tinggi umur responden, maka semakin positif sikap responden terhadap dampak keberadaan perusahaan pada aspek ekologi dan sosial-ekonomi

2. Diduga semakin tinggi pendidikan responden, maka semakin positif sikap responden terhadap dampak keberadaan perusahaan pada aspek ekologi dan sosial-ekonomi

3. Diduga semakin tinggi pendapat responden, maka semakin positif sikap responden terhadap dampak keberadaan perusahaan pada aspek ekologi dan sosial-ekonomi

4. Diduga semakin tinggi jumlah tanggungan keluarga responden, maka semakin positif sikap responden terhadap dampak keberadaan perusahaan pada aspek ekologi dan sosial-ekonomi

2.3.2 Hipotesis Pengarah

Dari kerangka pemikiran, maka hipotesis pengarah yang dapat disusun ialah :

1. Diduga adanya pengaruh keberadaan perusahaan pertambangan terhadap terhadap aspek ekologi

2. Diduga adanya pengaruh keberadaan perusahaan pertambangan terhadap terhadap aspek sosial dan ekonomi (kesempatan kerja pada sektor pertambangan, tingkat pendapatan masyarakat, migrasi penduduk, dan peluang berusaha


(37)

2.4 Definisi Operasional

- Pertambangan batubara adalah sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaruhui. Batubara adalah endapan senyawa organik karbonan yang terbentuk secara alamiah dari sisa tumbuh-tumbuhan, yang terdapat di dalam bumi, termasuk bitumen padat, gambut, dan batuan aspal

- Dampak Ekologi

Adalah perubahan pada lingkungan hidupnya (alam), di kawasan sekitar beroperasinya perusahaan pertambangan batubara. Dampak ekologi ini tidak dilihat secara kimia, fisika dan biologi, akan tetapi dilakukan secara deskriptif kualitatif, seperti terjadinya pembabatan hutan yang digunakan untuk areal pertambangan, pencemaran udara, pencemaran air dan pencemaran suara yang dapat menyebabkan terjadinya bencana banjir serta erosi. Kerusakan atau penurunan kualitas lingkungan ini, digali dari persepsi penduduk setempat dengan menggunakan pendekatan kualitatif. - Dampak Sosial dan Ekonomi :

Perubahan yang dirasakan dan diperoleh masyarakat lingkar perusahaan akibat dari keberadaan perusahaan pertambangan batubara tersebut, berdasarkan pada variabel pendapatan, penyerapan tenaga kerja, tingkat pendidikan,dan migrasi penduduk sebagai bagian dari indikator BPS 2010. Dampak sosial dan ekonomi ini diukur dengan menggunakan pendekatan kualitatif.

 Peluang Kerja pada Sektor Pertambangan

Terdapatnya peluang bekerja pada perusahaan pertambangan batubara yang dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat, semenjak masuknya perusahaan pertambangan batubara

 Tingkat Pendapatan

Rata-rata hasil kerja berupa uang yang diperoleh individu setiap bulan, semenjak masuknya perusahaan pertambangan batubara

 Migrasi Masuk

adalah perpindahan penduduk dari suatu tempat ke tempat yang lain melewati batas administratif dengan tujuan menetap (permanen) dan tidak menetap (non permanen). Migrasi ini ingin melihat berapa


(38)

banyak masyarakat yang datang atau masuk ke Kelurahan Sempaja Utara semenjak masuknya perusahaan pertambangan batubara

 Peluang Berusaha

Adalah kesempatan masyarakat untuk mendapatkan, menciptakan pekerjaan dalam sektor informal semenjak masuknya perusahaan pertambangan batubara

- Sikap masyarakat terhadap keberadaan perusahaan pertambangan adalah suatu proses dimana individu memberikan respon dan penilaian (bisa berupa pendapat) terhadap keberadaan perusahaan pertambangan batubara.

- Sikap masyarakat terhadap dampak keberadaan perusahaan pertambangan pada aspek sosial-ekonomi dan lingkungan

merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup (di dalam) terhadap dampak sosial, ekonomi, dan ekologi oleh keberadaan perusahaan di lingkungan mereka. Komponen sikap masyarakat disini yaitu kognitif, afektif dan konatif. Persepsi ini akan diukur dengan menggunakan skala likertyang terdiri dari lima tingkat :

 Sangat setuju : diberi skor 5

 Setuju : diberi skor 4

 Netral : diberi skor 3

 Tidak setuju : diberi skor 2  Sangat tidak setuju : diberi skor 1

Dalam mengukur indikator sikap, responden diminta untuk memilih ataupun menjawab pilihan pada setiap stimulus dan item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan tentang sikap masyarakat terhadap keberadaan perusahaan pertambangan batubara terhadap aspek sosial dan ekonomi dan lingkungan hidup, pada suatu skala yang mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif.

- Sikap masyarakat terhadap dampak keberadaan perusahaan pertambangan pada aspek sosial-ekonomi adalah respon atau reaksi masyarakat terhadap dampak yang dihasilkan oleh keberadaan perusahaan


(39)

pertambangan yang meliputi kesempatan kerja pada sektor pertambangan, tngkat pendapatan masyarakat, migrasi penduduk, peluang berusaha, dengan pengskoran sebagai berikut :

Skor minimum = 27 Skor maksimum= 27 x 5 =135

Sikap negatif jika skor nilai berada pada interval 27<x≤ 81

Sikap positif jika skor nilai berada pada interval 82< x≤ 135 - Sikap masyarakat terhadap dampak keberadaan perusahaan

pertambangan pada aspek ekologiadalah respon atau reaksi masyarakat terhadap dampak yang dihasilkan oleh keberadaan perusahaan pertambangan terhadap lingkungan alam masyarakat, dengan pengskoran sebagai berikut :

Skor minimum= 12 Skor maksimum= 12 x 5 =60

Sikap negatif jika skor nilai berada pada interval 12<x≤ 36

Sikap positif jika skor nilai berada pada interval 37< x≤ 60 - Faktor Internal individu adalah faktor-faktor yang terdapat di dalam

diri individu seperti, usia, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan dan jumlah tanggungan keluarga.

 Umur

Adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan masyarakat dari lahir hingga sekarang. Faktor internal individu (usia) ini diberi skor berdasarkan data yang didapat dilapangan, yang mana dibagi dalam tiga kategori berdasarkan data responden secara emic, sebagai berikut:

a). Tinggi : Jika umur responden 52–67 tahun (diberi kode 3) b). Sedang : Jika umur responden 36–51 tahun (diberi kode 2) c). Rendah : Jika umur responden 20 - 35 tahun (diberi kode 1)  Tingkat Pendapatan

Adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan masyarakat dari lahir hingga sekarang. Faktor internal individu (Tingkat Pendapatan) ini diberi skor berdasarkan data yang didapat dilapangan, yang mana dibagi dalam empat kategori berdasarkan data responden secara emic, sebagai berikut:


(40)

a). Tinggi : jika tingkat pendapatan

Rp. 2.400.000–Rp. 3.400.000 (diberi kode 3) b). Sedang : jika tingkat pendapatan

Rp. 1.400.000–Rp. 2.400.000 (diberi kode 2) c). Rendah : jika tingkat pendapatan

Rp. 300.000–Rp. 1.300.000 (diberi kode 1) d). Tidak Berpenghasilan (diberi kode 0)  Jumlah Tanggungan Keluarga

Adalah banyaknya anggota keluarga yang masih menjadi tanggungan keluarga dalam memenuhi kebutuhan hidup. Faktor internal individu (Jumlah Tanggungan Keluarga) ini diberi skor berdasarkan data yang didapat dilapangan, yang mana dibagi dalam tiga kategori berdasarkan data responden secara emic, sebagai berikut:

a). Tinggi : jika jumlah tanggungan≥ 5 (diberikode 3) b). Sedang : jika jumlah tanggungan 3-4 (diberi kode 2) c).Rendah : jika Jumlah tanggungan≤ 2 (diberikode 1)  Tingkat Pendidikan

Jenjang terakhir sekolah formal yang pernah diikuti oleh responden, sebagai berikut :

 Tidak sekolah : diberi kode 1

 SD : diberi kode 2

 SMP : diberi kode 3

 SMA : diberi kode 4


(41)

BAB III

METODE PENELITAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian mengenai pengaruh keberadaan perusahaan pertambangan batubara terhadap ekologis, sosial-ekonomi masyarakat di era otonomi daerah, dilakukan di Kelurahan Sempaja Utara Pada RT 26 dan RT 28, Kecamatan Samarinda Utara, Kalimantan Timur (Lampiran 1). Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Pemilihan lokasi penelitian ini berdasarkan :

1. Kelurahan Sempaja Utara merupakan salah satu kawasan yang banyak terdapat perusahaan pertambangan batubara

2. Kelurahan Sempaja Utara khususnya pada RT 26 dan RT 28, merupakan Rukun Tetangga yang sangat dekat dengan perusahaan pertambangan batubara dan yang sangat merasakan dampak keberadaan perusahaan pertambangan batubara tersebut

3. Perkembangan masyarakat di Kelurahan Sempaja Utara dapat ditelusuri.

4. Tersedianya data pendukung yang dapat membantu peneliti dalam melakukan penelitian

5. Akses menuju tempat lokasi penelitian mudah dan tersedinya jalan besar

6. Bahasa yang digunakan oleh masyarakat di Kelurahan Sempaja Utara dapat dipahami oleh peneliti sehingga memudahkan peneliti dalam melakukan wawancara dan pengumpulan data

7. Mendapat rekomendasi dari Dinas Pertambangan dan Mineral

Oleh karena itu, dengan mengambil wilayah Keluarahan Sempaja Utara sebagai tempat penelitian, diharapkan dapat memberikan manfaat dan solusi dari permasalahan yang diteliti oleh penulis terhadap masyarakat Kelurahan Sempaja Utara. Pengumpulan data sekunder, dan data primer dilakukan selama 1 bulan, dimulai pada bulan Maret – bulan April 2011. Dalam kurung waktu 1 bulan


(42)

tersebut peneliti mengumpulkan semua data dan informasi yang digunakan dalam penyusunan skripsi.

3.2 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak keberadaan perusahaan pertambangan batubara dan mengetahui bagaimana sikap masyarakat terhadap keberadaan pertambangan batubara. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Metode pendekatan kualitatif digunakan peneliti untuk memahami secara mendalam dan rinci mengenai suatu peristiwa, serta dapat menggali bebagai realitas, proses sosial, dan makna yang berkembang dari orang-orang yang menjadi subjek penelitian. Strategi penelitian kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini ialah studi kasus. Peneliti memilih suatu kejadian atau gejala untuk diteliti (Sitorus,1998).

Metode studi kasus dalam penelitian kualitatif adalah bersifat dekriptif, untuk mengetahui bagaimana dampak keberadaan perusahaan pertambangan batubara terhadap aspek sosial dan ekonomi, ekologi masyarakat sekitar beroperasinya perusahaan. Metode kualitatif ini dilakukan dengan pengamatan langsung, wawancara mendalam dan terbuka serta dengan menggunakan dokumen tertulis.

Penelitian kuantitatif digunakan metode survai, yang mana kuesioner digunakan sebagai instrumen untuk mengumpulkan informasi dari responden. Penelitian kuantitaif ini bersifat explanatory research yang menjelaskan hubungan-hubungan kausal antara variebel melalui pengujian hipotesa (Singarimbun, 1995). Pendekatan kuantitatif ini digunakan untuk melihat bagaimana hubungan antara sikap masyarakat terhadap keberadaan perusahaan pertambangan batubara pada aspek sosial - ekonomi dan ekologi dengan aspek internal masyarakat (usia, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga).

3.3 Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan jenis data primer dan data sekunder. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari dokumen-dokumen tertulis baik yang berupa tulisan ilmiah ataupun dokumen resmi dari instansi terkait. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti untuk mendapatkan data dan informasi yang relevan dan berguna mengenai penelitian ini. Data sekunder tersebut dapat


(43)

diperoleh pada instansi terkait dalam penelitian ini seperti data dari kantor Kelurahan Sempaja Utara, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Pertambangan dan Mineral, Dinas Pendapatan Daerah, Badan Perizinan Satu Pintu serta dari studi litelatur penelitian sebelumnya.

Data primer didapatkan melalui pengamatan langsung pada lokasi penelitian. Dalam melakukan pengamatan secara langsung, peneliti juga melakukan wawancara mendalam kepada responden dan informan dengan mengacu pada panduan pertanyaan dan kuesioner kepada responden. Pertanyaan-pertanyaan yang tertuang di dalam kuesioner merupakan data dan informasi yang dibutuhkan dalam menjawab perumusan masalah dalam penelitian ini. Kuesioner ini memiliki bagian-bagian dari data yang menggambarkan karekteristik responden sampai data-data yang akan menjawab rumusan masalah penelitian.

3.4 Teknik Pemilihan Responden dan Informan

Terdapat dua subjek dalam penelitian ini yaitu informan dan responden. Informan adalah seseorang yang dapat menjelaskan dan memberikan keterangan atau gambaran mengenai dirinya sendiri, keluarga, pihak lain dan lingkunganya. Adapun informan yang diambil adalah instansi terkait dalam penelitian ini seperti kantor Kelurahan Sempaja Utara, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Pertambangan dan Mineral, Dinas Pendapatan Daerah, Badan Perizinan Satu Pintu, tokoh masyarakat seperti ketua RT, ketua RW, serta masyarakat yang memiliki pengaruh kuat di dalam desa tersebut. Banyaknya informan disini tidak dibatasi, akan tetapi informan tersebut sudah dapat memberikan informasi yang relevan dan dapat membatu peneliti dalam menjawab perumusan masalah dalam penelitian ini.

Responden adalah individu yang dapat memberikan keterangan atau informasi mengenai dirinya sendiri. Penelitian ini populasi adalah masyarakat Kelurahan Sempaja Utara yang berada disekitar beroperasinya perusahaan pertambangan batubara, dimana populasi sampling pada penelitian ini adalah masyarakat Kelurahan Sempaja Utara yang memiliki umur produktif antara 20-65 tahun pada dua RT yaitu RT 26 dan RT 28. Responden dalam penelitian ini adalah penduduk yang berada di Kelurahan Sempaja Utara sejak sebelum munculnya perusahaan pertambangan batubara pada tahun 2005. Cara pertama dalam pemilihan responden dengan membuat kerangka sampling. Kerangka


(44)

sampling adalah daftar nama populasi sampling yang di dapat dari ketua RT 26 dan RT 28. Pengambilan sampel (responden) dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik simple random sampling, dengan menggunakan undian. Setiap unit rumah tangga hanya terpilih satu reponden, apabila dalam satu rumah tangga terpilih dua orang maka salah satunya akan gugur menjadi responden. Apabila terpilih ayah dan anak, maka anak akan mgugur menjadi responden. Responden terpilih akan diwawancarai sesuai dengan kuesioner yang teah disusun (Lampiran). Responden dalam penelitian ini sebanyak 50 orang yang terdiri dari pria dan wanita, yang memiliki mata pencaharian yang beragam seperti: ibu rumah tangga, pegawai swasta, wiraswasta, pemilik warung, petani, dan buruh kasar.

3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Dalam mengetahui dampak apa yang dirasakan masyarakat dengan keberadaan perusahaan pertambangan batubara terhadap aspek sosial dan ekonomi dan ekologi dengan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Dalam penelitian kualitatif ini peneliti memperoeh data dan informasi melalui wawancara mendalam dan terbuka, dokumen-dokummen yang terkait dan relevan serta observasi secara langsung yang disajikan dalam bentuk deskriptif.

Skala pengukuran yang digunakan di dalam mengukur sikap masyarakat terhadap dampak keberadaan perusahaan pertambangan pada aspek sosial dan ekonomi, dan aspek ekologi dengan menggunakan skala likert. Data hasil kuisioner dari responden, diolah dengan menggunakan tabulasi silang untuk pernyataan tunggal dan program microsoft excel dan SPSS 17.0 for Windows. Kemudian dilakukan analisis secara statistik dengan menggunakan uji statistik Rank spearmendengan nilai taraf nyata alpa sebesar 10%. Langkah awal proses pengujian ini yaitu dengan memberikan skor pada setiap pernyataan (aspek ekologi, sosial dan ekonomi) di dalam kuesioner, setelah itu hasil skor setiap pertanyaan di rata-ratakan dan dibuat pengkodean. Setelah pengkodean selesai, selanjutnya dilakukan uji Rank Spearmen dengan menggunakan SPSS 17.0 For Windows. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah hubungan antara faktor internal masyarakat (usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan jumlah tanggungan keluarga) dengan sikap masyarakat pada dampak keberadaan perusahaan pertambangan batubara (pada aspek sosial dan ekonomi dan ekologi).


(45)

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI

4.1 Letak Geografis dan Keadaan Lingkungan

Kelurahan Sempaja Utara terdapat di Samarinda Utara, Kota Samarinda, Propinsi Kalimantan Timur. Kelurahan Sempaja Utara merupakan daerah pemekaran dari Kelurahan Sempaja, sesuai Perda No. 1 Tahun 2006 dengan luas wilayah 45,33 km / 4.533 Ha dengan jumlah perangkat Rukun Tetangga (RT) 36, Kepala Keluarga 3.159 per Januari tahun 2010 dan 12.124 jiwa. Kelurahan Sempaja Utara merupakan perbatasan wilayah kota Samarinda dengan masing-masing batas Kutai Kartanegara di sebelah utara, Kelurahan Lempake di sebelah timur, Kukar dan Kelurahan Air Putih di sebelah selatan dan Kelurahan Sempaja Selatan sebelah barat.

Kelurahan Sempaja Utara merupakan suatu kawasan yang dikelilingi oleh bukit dan lereng gunung. Sempaja Utara memiliki ketingiandari perukaan tanah sebesar 75 M dengan curah hujan 190 mm/th serta suhu udara rata-rata di kelurahan Sempaja Utara ini 29-30℃ . Akses menuju Kelurahan Sempaja sangtlah mudah, di sana sudah terdapat jalan arteri yang mudah dilewati. Orbitasi jarak dari pusat pemerintah kelurahan ke kecamatan dengan jarak 7 Km, ke pemerintah Kota 15 Km dan jarak dari pusat pemerintahan proponsi 15 Km. Berdasarkan data monografi Kelurahan Sempaja Utara banyak terdapat status pertanahan yang terdapat di Kelurahan Sempaja Utara pada tahun 2010, sebagai berikut :

Tabel 1. Luas Lahan Menurut Legilitas Pertanahan di Kelurahan Sempaja Utara Tahun 2010

No Status Luas (Ha) Persentase (%)

1 Sertifikat Hak Milik 26 2

2 Sertifikat Hak Guna Usaha 47 4

3 Tanah Bersertifikat 689 54

4 Tanah Bersertifikat Melalui PRONA

510 40

Jumlah 1.272 100

(Sumber: Data Monografi Kelurahan Sempaja Utara, 2010)

Pertanahan di Kelurahan Sempaja Utara ini juga banyak digunakan untuk kepentingan umum, seperti jalan raya, daerah pertanian, pemukiman hingga tempat penguburan dan lain sebaginya.


(46)

Tabel 2. Luas Lahan Menurut Pemanfaatannya di Kelurahan Sempaja Utara Tahun 2010

No Pemanfaatan Luas (Ha) Persentase (%)

1 Jalan Umum 46 2

2 Sawah dan Ladang 215 9

3 Bangunan Umum 69 3

4 Permukiman 42 2

5 Jalur Hijau 110 5

6 Pengkuburan 19,075 1

7 Tegalan 92 4

8 Perkarangan 17 1

9 Perkebunan Rakyat 1.643 70

10 Tempat Rekreasi 1 0

11 Hutan 60 3

12 Rawa 10 0

Jumlah 2.324,075 100

(Sumber: Data Monografi Kelurahan Sempaja Utara, 2010)

Pada Kelurahan Sempaja Utara ini, banyak kegunaan pertanahan ini dialih fungsikan seperti halnya pada sawah dan ladang, perkebunan, hutan dan jalur hijau yang mana apabila daerah-daerah tersebut memiliki kandungan batubara, di gali dan akan diambil batubaranya. Sehingga terdapat daerah-daerah yang tidak berfungsi sedemikian layaknya.

4.2 Kepadatan Penduduk Kelurahan Sempaja Utara

Penduduk di Kelurahan Sempaja Utara terdapat 12.124 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 6.313 jiwa dan perempuan sebanyak 5.787 jiwa. Kepala keluarga yang terdiri 3.159 yang tersebar di 39 Rukun Tetangga (RT). Seluruh warga Kelurahan Sempaja Utara adalah Warga Negara Indonesia (WNI). Jumlah penduduk Kelurahan Sempaja Utara menurut tingkat pendidikan.

Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kelurahan Sempaja Utara Tahun 2010

No Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Taman Kanank-kanak 0

-2 Sekolah Dasar 1053 30

3 SMP 1086 31

4 SMA 976 28

5 Akademik (D1-D3) 143 4

6 Sarjana (S1-S3) 214 6


(1)

... ... 6. Setelah perusahaan pertambangan masuk ke daerah anda, apa anda merasa diuntungkan dengan keberadaan tersebut?

... .. ... ... .. 7. Menurut anda keberadaan perusahaan dapat memicu terjadinya migrasi penduduk ?

a. Ya b. Tidak

8. Apakah keberadaan perusahaan membuka peluang usaha ? a. Ya

b. Tidak

Jelaskan alasnya... 9. Apakah anda ingin bekerja pada sektor pertambangan ?

a. Ya b Tidak

Jelaskan alasanya... 10. Bagaimana hubungan anda dengan masyarakat sekitar baik itu pendatang/lokal ?

... .. ... 11. Apakah anda pernah mengikuti kegiatan perusahaan?

a. Ya b. Tidak

12. Apakah perusahaan pernah melakukan kegitan bakti sosial? a. Ya

b. Tidak

13. Pernah terjadi konflik antara perusahaan dengan masyarakat? a. Ya

b. Tidak

Berikan alasannya... 14. Apakah pernah terjadi konflik antara masyarakat pendatang/lokal ?

a. Ya b. Tidak


(2)

Berikan alasanya... 15. Bagaimana keadaan lingkungan anda semenjak perusahaan pertambangan masuk di wilayah anda ?

a. Baik b. Sedang c. Buruk

16. Pernah terjadi banjir? a. Ya

b. Tidak

17. Apakah lingkungan anda merasa tergangu semenjak berdirinya perusahaan pertambangan?

a. Ya b. Tidak

jelaskan alasanya... 18. Apakah terjadi pencemaran udara?

a. Ya b. Tidak

19. Apakah terjadi polusi suara ? a. Ya

b. Tidak

20. Adakah usaha dari perusahaan untuk mengembalikan kualitas lingkungan yang rusak?

a. Ya b. Tidak

Jika Ya, sebutkan... 21. Bagaimana kerusakan yang terjadi semenjak perusahaan masuk? ... ... .. 22. Pernahkan terjadi wabah penyakit yang di akibatkan dari kegiatan perusahaan?

... ... .. 23.Bagaimana pandangan anda terhadap perusahaan pertambangan?

... .. ... .


(3)

Lampiran 6. Pedoman Wawancara

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM

Dampak Keberadaan Perusahaan Pertambangan Batubara Terhadap Ekologi, Sosial dan Ekonomi Masyarakat Di Era Otonomi Daerah

Informan : Masyarakat Desa

Nama dan Umur :

Jabatan :

Hari/Tanggal Wawancara : Lokasi Wawancara :

1. Apakah anda merasa nyaman dengan keberadaan perusahaan tersebut? 2. Bagaimana pandangan anda terhadap perusahaan pertambangan? 3. Apakah perusahaan pertambangan memberikan kontribusi positif atau

negatif terhadap kehidupan masyarakat desa, jelaskan?

4. Apakah perusahaan memberikan peluang pada masyarakat untuk bekerja pada sektor pertambangan?

5. Apakah keberadaan perusahaan memberikan kontribusi yang positif terhadap pendapatan masyarakat desa?

6. Bagimana taraf kehidupan masyarakat desa semenjak masuknya perusahaan pertambangan?

7. Apakah perusahaan membantu masyarakat desa jika masyarakat membutuhkan?

8. Apakah perusahaan melakukan kegiatan bakti sosial?

9. Apakah perusahaan melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat? 10. Apakah perusahaan memberikan peluang untuk berusaha?

11. Apakah keberadaan perusahaan pertambangan memicu masuknya masyarakat pendatang?

12. Apakah pernah terjadi konflik antara masyarakat pendatang dengan masyarakat lokal?

13. Siapakah sering mendominasi dalam sektor perekomian masyarakat pendatang/lokal?

14. Siapakah sering mendominasi dalam kegiatan sosial, masyarakat pendatang/lokal?

15. Bagaiman hubungan antara masyarakat pendatang dengan masyarakat lokal?

16. Apakah perusahaan melakukan pencemaran lingkungan?

17. Adakah perusahaan melakukan kegiatan pencegahan pencemaran lingkungan?


(4)

18. Apakah perusahaan melakukan perbaikan kualitas lingkungan?

19. Taukah anda bagaimana perusahaan melakukan pencemaran linkungan? 20. Pernahkah anda berkonflik dengan pihak perusahaan?


(5)

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM

Dampak Keberadaan Perusahaan Pertambangan Batubara Terhadap Ekologi, Sosial dan Ekonomi Masyarakat Di Era Otonomi Daerah

Informan : Dinas-Dinas Terkait

Nama dan Umur : Dinas/Jabatan : Hari/Tanggal Wawancara : Lokasi Wawancara :

1. Bagaimana pandangan mengenai perusahaan pertambangan? 2. Apakah perusahaan pertambangan memberikan dampak positif?

3. Apakah perusahaan pertambangan memberikan kontribusi yang negatif ?

4. Apakah perusahaan pertambanganmemberikan kontribusi terhadap pendapatan daerah?

5. Bagaimana kontribusi perusahaan terhadap pemerintah daerah? 6. Bagaimana perusahaan menjalankan kegiatan perusahaanya? 7. Bagaimana perusahaan menjalankan tanggung jawabnya?

8. Bagaimana posedur perusahaan dalam izin lokasi perusahaan pertambangan?

9. Bagaimana tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan sekitar? 10. Bagaimana tanggung jawab perusahaan terhadap masyarakat sekitar? 11. Bagaimana menyikapi jika terdapat perusahaan pertambangan yang

menyalahi aturan-aturan yang telah disepakati? 12. Bagaimana mencegah terjadinya dampak negatif ?


(6)