Banjir Dampak Pertambangan Batubara Terhadap Lingkungan Menurut

Ketidakpedulian pihak perusahaan pertambangan batubara, sangatlah membuat resah masyarakat. Terlihat pernah terjadinya konflik antara pihak masyarakat dan perusahaan, saat masyarakat menuntut ingin diperbaikin jalanan yang rusak. Pihak masyarakat pernah melalukan proses negosiasi dengan menunjukan perwakilan kepada ketua RT untuk meminta bantuan dana dalam perbaikan jalan. Akan tetapi, proses negosiasi ini tidak dapat menyelesaikan permasalahan yang dirasakan oleh masyarakat, akibatnya masyarakat mencari solusi dengan melakukan aksi demo dan menutup jalan yang digunakan oleh pihak perusahaan pertambangan batubara. Aksi demo ini dilakukan oleh masyarakat sebagai salah satu bentuk protes dari ketidakadilan dan ketidakpedulian perusahaan terhadap rusaknya lingkungan hidup masyarakat. Setelah masyarakat melakukan aksi demo, barulah pihak perusahaan memperbaiki jalanan yang rusak tersebut. Perbaikan jalan tersebut barulah diperbaiki 20 saja dari kerusakan yang ada, sampai saat ini pihak perusahaan belum melakukanya lagi. Keresahaan masyarakat ini juga disampaikan kepada pihak pemerintah baik itu pemerintah kelurahan sampai kepada pemerintah kota. Pihak pemerintah kelurahan merasa sangat sedih, tidak adanya rasa kepedulian dari pihak perusahaan dalam membantu masyarakat untuk mengembalikan kualitas lingkungan hidup yang lebih baik. Pihak pemerintah kelurahan saat ini hanyalah membantu masyarakat melakukan mediasi kepada pihak perusahaan dan pihak pemerintah kota. Pemerintah kelurahan tidak jarang melakukan pertemuan untuk meminta tanggungjawab sosial dari pihak perusahaan dalam melihat fenomena sosial yang ada, akan tetapi tidak adanya respon yang baik oleh perusahaan. Ketidakpedulian perusahaan pertambangan batubara ini dalam melihat fenomena yang ada, tidak membuat masyarakat merasa putus asa. Terlihat pada RT 26, kesadaraan masyarakat dalam memperbaiki kualitas lingkungan. Terdapatnya uang iuran yang dibayarakan pada setiap satu bulan sekali oleh masyarakat kepada pak RT, yang mana uang iuran tersebut digunakan oleh masyarakat RT 26 untuk melakukan kerja bakti membersihkan selokan dan memperbaiki jalan. Melihat fenomena di atas dalam otonomi daerah, terlihat terdapatnya kewenangan penuh pemerintah daerah Kota Samarinda dalam pengelolaan sumberdaya alam pertambangan batubara ini. Pemberiaan kewenangan kepada pemerintah daerah, memberikan ruang seluas-luasnya kepada pemerintah daerah dalam menggali potensi-potensi yang dimilik daerah. Pemberian izin usaha pertambangan kepada perusahaan merupakan salah satu jalan dalam peningkatan pendapatan daerah dari dana bagi hasil sumberdaya alam. Hal ini diiringi dengan banyaknya terbit Kuasa Pertambangan KP atau Izin Usaha Pertambangan IUP yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah Kota Samarinda, akan tetapi kebijakan tersebut kurang memperhatikan dampak negatif yang dihasilkan seperti halnya pada penurunan kualitas lingkungan hidup. Pada era otonomi daerah ini, dimana peran serta masyarakat sangatlah diperlukan. Diikutsertakan masyarakat dalam pemberian keputusan sangatlah penting, karena masyarakat adalah orang yang paling merasakan dampak-dampak yang terjadi.