9 penyampaian informasi hasil produksi, penjualan dalam negeri, serta
ekspor kepada Menteri dan Gubernur; 10 pembinaan dan pengawasan terhadap reklamasi lahan pasca tambang; dan
11 peningkatan kemampuan aparatur pemerintah kabupatenkota dalam penyelenggaraan pengelolaan usaha pertambangan.
UU No.4 Tahun 2009 menunjukkan bahwa telah terjadi pergeseran kebijakan di bidang usaha pertambangan mineral dan batubara. Negara tidak lagi
ditempatkan sebagai pihak yang inferior terhadap perusahaan- perusahaan pertambangan asing. Negara mampu memiliki posisi tawar yang lebih
kuat melalui mekanisme perizinan IUP yang menjadi persyaratan bagi perusahaan- perusahaan pertambangan, baik nasional maupun asing, untuk
melakukan eksploitasi mineral dan batubara di Indonesia. Instrumen perizinan tidak menempatkan pemerintah sebagai pihak yang sejajar dengan
perusahaan pertambangan layaknya mekanisme yang digunakan dalam kontrak karya tetapi sebagai pihak yang menguasai sumber daya mineral dan batubara.
Dengan demikian pemerintah dapat mengatur dan mengendalikan pemanfaatan sumber daya tersebut baik oleh perusahaan nasional maupun asing.
67
4. Proses Divestasi Saham yang Seharusnya Dilakukan Antara Pemerintah
Pusat dan Daerah
Tata cara pengalihan divestasi pada saham pertambangan mineral dan batubara diatur dalam PP No 24 Tahun 2012 pada Pasal 97. Divestasi saham
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan kepada peserta Indonesia yang
67
http:www.academia.edu2614229Hak_Menguasai_Negara_atas_Mineral_dan_Batuba ra_Pasca berlakunya_Undang-Undang_Minerba.
terdiri atas Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah KabupatenKota, BUMN, BUMD, atau Badan Usaha Swasta Nasional. Dalam hal
Pemerintah tidak bersedia membeli saham sebagaimana dimaksud pada ayat 2, ditawarkan kepada pemerintah daerah provinsi atau pemerintah daerah
kabupatenkota. Apabila pemerintah daerah provinsi atau pemerintah daerah kabupatenkota sebagaimana dimaksud pada ayat 3 tidak bersedia membeli
saham, ditawarkan kepada BUMN dan BUMD dilaksanakan dengan cara lelang. Apabila BUMN dan BUMD sebagaimana dimaksud pada ayat 4 tidak bersedia
membeli saham, ditawarkan kepada badan usaha swasta nasional dilaksanakan dengan cara lelang. Penawaran saham sebagaimana dimaksud pada ayat 1
dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 90 sembilan puluh hari kalender sejak 5 lima tahun dikeluarkannya izin Operasi Produksi tahap penambangan.
Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupatenkota, BUMN, dan BUMD harus menyatakan minatnya dalam jangka waktu paling
lambat 60 enam puluh hari kalender setelah tanggal penawaran. Dalam hal Pemerintah dan pemerintah daerah provinsi atau pemerintah
daerah kabupatenkota, BUMN, dan BUMD tidak berminat untuk membeli divestasi saham sebagaimana dimaksud pada ayat 7, saham ditawarkan kepada
badan usaha swasta nasional dalam jangka waktu paling lambat 30 tiga puluh hari kalender.
Badan usaha swasta nasional harus menyatakan minatnya dalam jangka waktu paling lambat 30 tiga puluh hari kalender setelah tanggal penawaran.
Pembayaran dan penyerahan saham yang dibeli oleh peserta Indonesia
dilaksanakan dalam jangka waktu paling lambat 90 sembilan puluh hari kalender setelah tanggal pernyataan minat atau penetapan pemenang lelang. Apabila
divestasi sebagaimana dimaksud pada ayat la tidak tercapai, penawaran saham dilakukan pada tahun berikutnya.
5. Perimbangan Kepentingan Pemerintah Pusat dan Daerah Dalam Divestasi