Pada dasarnya PMA dapat dilakukan dengan penguasaan penuh, dimana pihak asing menguasai 100 saham perusahaan yang dibentuk. Hanya saja
mengatur hal yang demikian harus tetap memperhatikan keterkaitannya dengan peraturan lainnya yang terkait.UUD 1945 pada Pasal 33 ayat 2 dan ayat 3
merupakan dasar pembatasan penguasaan saham pihak asing. Oleh karena itu terhadap sektor-sektor usaha yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat
hidup orang banyak tetap harus dikuasai oleh negara. Dengan demikian pada sektor-sektor usaha tersebut tidak diperkenankan PMA dengan penguasaan penuh.
Mengijinkan pihak asing pada sektor usaha ini dengan penguasaan penuh dengan mempergunakan alasan perlakuan sama, adalah tindakan yang melawan
konstitusi.
64
D. Divestasi Saham Asing pada Perusahaan Pertambangan Minerba
UU Mineral dan Batu Bara No. 4 Tahun 2009 yang mengubah UU No. 11 tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Pertambangan mengatur beberapa perubahan
kebijakan yang berpengaruh bagi investai di Indonesia, khususnya investasi dalam sektor pertambangan. Salah satu perubahan kebijakan tersebut adalah pengaturan
mengenai divestasi saham bagi badan usaha pemegang IUP dan IUPK asing
Pasal 112 UU No. 4 Tahun 2009.
Divestasi yang dimaksud dalam pasal ini ialah jumlah saham asing yang harus ditawarkan untuk dijual kepada peserta Indonesia, baik pemerintah pusat,
pemerintah daerah, badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, atau badan usaha swasta nasional. Divestasi ini diwajibkan setelah perusahaan asing
64
MahmulSiregar,Op Cit, hal 103.
tersebut beroperasi 5 tahun. Minimal saham yang harus didivestasikan adalah 20 dari total saham yang dimiliki perusahaan asing tersebut Pasal 97 PP No. 23
Tahun 2010.
Aturan mengenai kewajiban divestasi saham asing dalam Undang- Undang Minerba pada dasarnya hanya berlaku bagi penanaman modal asing
secara langsung yang diatur oleh Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Hal ini disebabkan karena dalam ketentuan Undang-Undang
Penanaman Modal tersebut memang diatur mengenai pembatasan terhadap saham asing yang masuk ke Indonesia secara langsung foreign direct
investment .Minerba, yaitu pembatasan terhadap saham asing yang masuk ke
Indonesia. Pada UU No.4 Tahun 2009 justru ingin secara perlahan mengurangi
saham asing. Berdasarkan Pasal 112 UU No.4 Tahun 2009 dinyatakan demikian: 1.
Setelah 5 lima tahun berproduksi, badan usaha pemegang IUP dan IUPK yang sahamnya dimiliki oleh asing wajib melakukan divestasi saham pada
Pemerintah, Pemerintah Daerah, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, atau Badan Usaha Swasta Nasional.
2. Ketentuan lebih lanjut mengenai divestasi saham sebagaimana dimaksud pada
ayat 1 diatur dengan peraturan pemerintah. Pengaturan dalam Pasal 112 UU No.4 Tahun 2009 jelas menunjukkan
bahwa dalam 5 tahun persentase saham dari perusahaan pertambangan asing pemegang IUP dan IUPK akan berkurang. UU No.4 Tahun 2009 tidak mengatur
secara rinci persentase saham yang harus didivestasikan tersebut. Ketentuan lebih
lanjut baru diatur kemudian dalam Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara PP
No.23Tahun 2010 yang kemudian diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24Tahun 2012 PP No.24 Tahun 2012. Khusus pengaturan divestasi
saham perusahaan pertambangan, tampak jelas bahwa terdapat perubahan kebijakan yang ketika PP No.23 Tahun 2010 diubah dengan PP No.24 Tahun
2012. Berdasarkan PP No.23 Tahun 2010, ketentuan divestasi saham diatur dalam Pasal 97, Pasal 98, dan Pasal 99. Pasal 97 ayat 1, 2, 3, 4, dan 5 PP No.23
Tahun 2010 menyatakan sebagai berikut: 1. Modal asing pemegang IUP dan IUPK setelah 5 lima tahun
sejak berproduksi wajib melakukan divestasi sahamnya, sehingga sahamnya paling sedikit 20 dua puluh persen dimiliki peserta Indonesia.
2. Divestasi saham sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan secara langsung kepada peserta Indonesia yang terdiri atas emerintah, pemerintah daerah
provinsi, atau pemerintah daerahkabupatenkota, BUMN, BUMD, atau badan usaha swasta nasional.
3. Dalam hal Pemerintah tidak bersedia membeli saham sebagaimana dimaksud pada ayat 1, ditawarkan kepada pemerintah daerah provinsi atau pemerintah
daerah kabupatenkota. 4. Apabila pemerintah daerah provinsi atau pemerintah daerah kabupatenkota
sebagaimana dimaksud pada ayat 3 tidak bersediamembeli saham, ditawarkan kepada BUMN dan BUMD dilaksanakandengan cara lelang.
5.Apabila BUMN dan BUMD sebagaimana dimaksud pada ayat 4 tidak bersedia membeli saham, ditawarkan kepada badan usaha swasta
nasional dilaksanakan dengan cara lelang.
BAB IV PERIMBANGAN KEPENTINGAN PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH
DALAM DIVESTASI SAHAM ASING PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN
A. Aspek Hukum Yang Mengatur Kepemilikan Divestasi Antara Pemerintah