Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

concentrating on one product or industry. Divestment is therefore the opposite process to merger penjualan atau bagian perusahaan, umumnya dalam upaya untuk meningkatkan efisiensi dengan memotong kerugian bisnis atau berkonsentrasi pada satu produk atau industri. Oleh karena itu, divestasi adalah proses yang berlawanan dengan merger. Defenisi di atas hampir sejalan dengan defenisi yang diberikan oleh Haro Johannsen G. Terry Page dalam International Dictionary of Management, yakni divestasi divestment adalah Esthabilishing and elimining unprofitable activities of business. 19

4. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

Dari defenisi-definisi di atas terlihat bahwa tindakan pelepasan saham dilakukan karena pertimbanagan bisnis semata seperti untuk mempertahankan profitabilitas perusahaan. Namun dalam konteks skripsi ini yang dimaksud dengan divestasi adalah divestasi wajib, artinya pelepasan saham dilakukan bukan karena pertimbangan bisnis, tetapi lebih kepada memenuhi kewajiban kontraktual danatau peraturan perundang-undangan yang berlaku. Divestasi demikian lebih cocok dikatakan sebagai divestasi wajib, maksudnya wajib dilakukan karena ketentuan kontrak dan atau Undang-Undang. Pemerintahan pusat adalah penyelenggara pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia, yakni Presiden dengan dibantu seorang Wakil Presiden dan oleh menteri- menteri negara. Atau dengan kata lain, pemerintahan pusat adalah pemerintahan secara nasional yang berkedudukan di ibu kota Negara Republik Indonesia. 19 Johannsen, Hero, Terry Page, International Dictionary Of Management,New Delhi : Hagan Page India PVT, 2002, hal 45. Pemerintahan pusat terdiri atas perangkat Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri dari presiden dan para pembantu presiden, yaitu wakil presiden, para menteri, dan lembaga-lembaga pemerintahan pusat. Lembaga negara dalam sistem pemerintahan pusat dibagi menjadi tiga kekuasaan, yaitu eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Kewenangan pemerintah pusat menurut UUD 1945 juga menyatakan bahwa pemerintah daerah provinsi dan kabupaten diberi kewenangan untuk menjalankan pemerintahan sendiri dengan otonomi seluas- luasnya Bab VI pasal 18 ayat 5 UUD 1945 hasil amandemen. Otonomi artinya kekuasaan untuk mengatur daerahnya sendiri. Namun demikian ada urusan-urusan pemerintahan yang tetap menjadi kewenangan pemerintah pusat, yaitu : a. Urusan Politik Luar Negeri b. Urusan Pertahanan c. Urusan Keamanan d. Urusan Yustisi e. Urusan Agama f. Urusan Moneter Pemerintahan Daerah UUD 1945 pada hasil amandemen pada Bab VI pasal 18 ayat 3: ”Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan umum.” Pada ayat 4: ”Gubernur, Bupati, dan Walikota masing- masing sebagai kepala pemerintah daerah provinsi, kabupaten, dan kota dipilih secara demokratis.” Menurut UU No. 32 tahun 2004 pada pasal 1 ayat 2 : pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintahan daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi yang seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia Kewenangan Pemerintahan Daerah kewenangan pemerintahan daerah mencakup semua urusan dalam bidang pemerintahan, kecuali urusan-urusan yang menjadi kewenangan pemerintahan pusat Kewenangan pemerintah daerah, menurut UU No. 32 Tahun 2004, ada kewenangan yang bersifat wajib dan yang bersifat pilihan. 20 Hubungan antara pemerintah pusat dan daerah adalah hal yang sangat berkaitan. Antara kepentingan pusat dan daerah adalah hal yang Kewenangan-kewenangan pemerintahan daerah yang bersifat wajib, menurut UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah disebutkan sebagai berikut. 1. Perencanaan dan pengendalian pembangunan, 2. Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang, 3. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat, 4. Penyediaan sarana dan prasarana umum, 5. Penanganan kesehatan, 6. Penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya manusia potensial, dan 7. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat. 20 http:www.slideshare.netnurulrppengertian-pemerintahan-pusat-dan-pemerintahan- daerah. diakses pada 23 Juli 2014 pukul 20:30 WIB. berkesinambungan, sehingga dalam penentuan kepemilikan divestasi saham pertambangan harus melihat kepentingan secara nasional. Masalah divestasi memang menjadi hal krusial dalam pembahasan UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara maupun peraturan pelaksananya. Baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, BUMNBUMD, perusahaan asing maupun swasta, mempunyai kepentingan masing-masing. Apalagi selama ini divestasi kerap menuai sengketa antara pemerintah dengan perusahaan asing yang mendivestasikan sahamnya. Beberapa kasus yang mencuat antara lain divestasi saham PT Kaltim Prima Coal yang akhirnya dimiliki oleh Grup Bakrie. Kasus lain yang teranyar adalah divestasi saham PT Newmont Nusa Tenggara yang akhirnya berujung gugatan ke arbitrase internasional. Belajar dari kasus-kasus tersebut, pemerintah nampaknya lebih berhati- hati dalam merumuskan ketentuan divestasi. Buktinya, dapat dilihat ketentuan divestasi yang terkandung dalam PP No. 232010. Pasal 97 menyebutkan, modal asing pemegang Izin Usaha Pertambangan IUP dan Izin Usaha Pertambangan Khusus IUPK setelah 5 tahun sejak berproduksi wajib melakukan divestasi sahamnya, sehingga sahamnya paling sedikit 20 persen dimiliki peserta Indonesia. Jumlah saham yang dimiliki perusahaan Indonesia yang membeli saham hasil divestasi tersebut, tidak boleh terdilusi menjadi lebih kecil dari 20 persen apabila terjadi peningkatan jumlah modal perseroan Pasal 98. Divestasi saham dilakukan secara langsung kepada peserta Indonesia yang terdiri atas pemerintah, Pemerintah daerah provinsi pemprov, atau Pemerintah daerah Pemda kabupatenkota, BUMN, BUMD, atau Badan Usaha Swasta Nasional. Apabila pemerintah tidak bersedia membeli saham perusahaan yang akan didivestasi, ditawarkan kepada Pemprov atau Pemda KabupatenKota. Apabila Pemprov atau Pemda KabupatenKota tidak bersedia juga, ditawarkan kepada BUMN dan BUMD melalui cara lelang. Lalu, apabila BUMN dan BUMD juga tidak bersedia membeli saham, ditawarkan kepada Badan Usaha Swasta Nasional dilaksanakan dengan cara lelang. Penawaran saham dilakukan dalam jangka waktu paling lama 90 hari kalender sejak 5 tahun dikeluarkannya izin operasi produksi tahap penambangan. Pemerintah, Pemprov, Pemda KabupatenKota, BUMN, dan BUMD harus menyatakan minatnya dalam jangka waktu paling lama 60 hari kalender setelah tanggal penawaran. Apabila Pemerintah dan Pemprov atau Pemda KabupatenKota, BUMN, dan BUMD tidak berminat membeli divestasi saham, saham ditawarkan kepada Badan Usaha Swasta Nasional dalam jangka waktu paling lama 30 hari kalender. Sementara Badan Usaha Swasta Nasional harus menyatakan minatnya dalam jangka waktu paling lama 30 hari kalender setelah tanggal penawaran. Pembayaran dan penyerahan saham yang dibeli oleh peserta Indonesia dilaksanakan dalam jangka waktu paling lambat 90 hari kalender setelah tanggal pernyataan minat atau penetapan pemenang lelang. Apabila divestasi tidak tercapai, penawaran saham akan dilakukan pada tahun berikutnya berdasarkan mekanisme seperti tadi. 21 21 http:www.hukumonline.comberitabacalt4b963699f3c1elima-tahun-berproduksi- tambang-asing-wajib-divestasi, diakses pada 4 Mei 2014 WIB.

F. Metode Penelitian